2

129 9 0
                                    

Aku terbangun kala sinar matahari menerobos melalui jendela kaca kamar ini. Aku terkejut merasakan rasa sakit di Punggung tangan kanan ku. Hanya aku sendirian di kamar ini.  Aku memeluk kedua lutut ku.

hiks...

"Dasar iblis, bagaimana bisa anak sekecil itu menembaknya,"

"jangan mendekat, nanti kau akan mati,"

"Dasar anak iblis,"

"huhu... Ibu aku tak mau dekat dekat dengannya,"

Kenangan kenangan lama beterbangan di pikiran ku. Aku selalu begini sehabis melakukannya.

"mama, i'm sorry," lirih ku.

hiks...
hiks...
hiks...

Terlintas di pikiran ku rasanya aku ingin melukai pergelangan tangan. Ku lihat kuku ku yang masih panjang, dengan segera aku melukai pergelangan tangan ku.

"Berhenti!" Ucap orang yang entah dari mana, tiba tiba mengangkat tangan kiri ku ke atas.

Aku menoleh kesumber suara itu.

"Kau-

"Jangan banyak bicara, cepat makan bubur mu!" Suruh orang itu sambil menyuapkan bubur ke arah ku.

Suapan terakhir berhasil masuk ke mulut ku.

"Kau ga takut sama gue?" Tanya ku.

"Kenapa harus takut?" Tanyanya

"Sudah menembak orang dengan brutal seperti iblis yang haus darah,"

"Apanya? Kau hebat menembak brutal dengan mata tertutup tapi tidak mengenai jantungnya,"

Hanya itu yah.

Aku tersenyum miris. "Itu pujian atau hinaan?"

.
.
.
.
.
.
.

Keesokan harinya, aku merasa tubuh ku sudah sehat dan saat ini aku mengikuti kampanye Pak Bagas.

"Kmu jangan jauh jauh dari saya," ucap Mayor Teddy memegang pergelangan tangan ku.

Sepanjang jalan menuju panggung aku selalu di dekatnya.

"Saya nitip ini yah sama kamu, hp saya kamu pegang aja," ucap Mayor Teddy sambil menyerahkan buku, dompet dan hp nya.

Penggemar Mayor Teddy melihatnya dan pada teriak.

PAK ACC PAK
PAK ITU CEWE SIAPA PAK
PAK AYOK KE PENGHULUU

12.00 siang

Mayor Teddy berjalan ke arah ku, sambil membawa 2 air putih dingin. Panas panas enaknya minum yang dingin dingin.

"Buat mu," ucap Mayor Teddy sambil memberikan salah satu air minum dinginnya.

"Arigato Gozaimas," ucap Ku membuka botol air minum nya.

Aku meneguk air minum ku sampai tinggal setengah. Tenggorokan ku terselamatkan.

Mayor Teddy melepaskan topinya dan memakaikan ke kepala ku.

Puk

"Makasi," gumam ku saat ia pergi.

Who Am ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang