Part 8 - Change

62 28 23
                                    

Maddison yang kala itu hendak pulang, hanya berdiri mematung di depan pagar sekolah ketika Jessica datang menyapanya.

Tipikal Maddison, ia akan banyak berasumsi dan menerka-nerka dalam otaknya.

Apa yang diinginkan wanita ini? Apakah gosip bahwa ia berpacaran dengan Aaron telah menyebar? Apakah Jessica akan cemburu? Atau ia akan ditertawakan karena bukan tandingannya?

Macam-macam pikiran itu berkecamuk dalam kepala Maddison, membuat kepalanya semakin sakit.

"A—ada apa?"

Sial! Maddison mengutuk dirinya sendiri. Mengapa ia terbata-bata?

Jessica tersenyum manis, sangat manis sehingga Maddison merasa tidak enak.

"Aku melihatmu berkencan dengan Aaron pekan lalu. Boleh kutanya sesuatu?" Suaranya lembut, wajahnya cantik dan meneduhkan.

"Iya?"

"Apa kau berpacaran dengan Aaron?"

Maddison tidak menjawab.

Jessica merasa bahwa pertanyaannya ini salah, "Umm.. maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman, hanya saja.. Kemarin aku bertanya pada Aaron namun dia tidak menjawab." Jelasnya.

"Aku ingin dengar darimu." Lanjutnya.

Bodoh, dia yang meminta hubungan pura-pura ini namun dia yang tidak memberikan penjelasan sama sekali. Lalu apa maksud sikap yang ia tunjukkan didepan para siswa sampai tadi siang? Bodoh!

"K—kami tidak berpacaran. Kami hanya berteman saja. Itu hanya salah paham."

Ya! Itu keputusan Maddison. Tidak mungkin ia mengaku berpacaran dengan Aaron jika lelaki itupun tidak memberikan jawaban yang jelas ketika Jessica menanyainya.

"Syukurlah." Jessica tersenyum lembut.

"Umm.. sepertinya kau sudah tahu bagaimana hubunganku dengan Aaron. Kami sudah bersama sejak kelas 1, dan tidak mudah untuk melupakannya begitu saja."

"Aku sedikit khawatir ketika mengetahui ia sudah memiliki penggantiku, namun sekarang aku lega bahwa kalian hanya berteman." Lanjutnya.

"Tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengganggu."

Memang itu yang ingin dilakukan Maddison. Mendengar ucapan Jessica, tampaknya apa yang Aaron inginkan terkabul, membuat Jessica menyesal dan cemburu. Tidak perlu berlama-lama, mereka pasti kembali menjadi pasangan kekasih idaman disekolah ini.

***
Maddison datang ke sekolah dengan malas, tahu bahwa ia akan tetap menjadi buah bibir seisi kelas.

Gerombolan siswi menginterogasi Maddison di meja belajarnya, menanyai seputar hubungannya dengan Aaron. Memberitahunya bahwa Jessica dan Aaron kembali bersama, dan gosip-gosip lainnya seakan kode bahwa Maddison tidak boleh mengganggu pasangan sejoli itu.

Memang benar. sejak terakhir kali ia bicara dengan Aaron, lelaki itu tidak menampakkan wajahnya dihadapannya lagi.

Maddison mendapati anak baru duduk dibelakang kanannya.

Lelaki itu, aku bahkan belum tahu namanya, gumam Maddison.

Karena belum sempat mengucapkan apapun sejak hari itu, Maddison merasa berhutang budi. Bagaimanapun, anak lelaki itu setidaknya membelanya ketika Aaron berbuat kasar.

Tanpa pikir panjang, Maddison menghampiri meja anak baru tersebut.

"Hei."

Lelaki yang sedang mengenakan earphone ditelinganya, mendongak ketika Maddison berada di depannya. Ia melepas earphone-nya, menunggu Maddison berbicara.

Wah, dia tampan.

Maddison terpaku. Pertengkaran kecil beberapa waktu lalu memang membuatnya tidak memperhatikan lelaki itu dengan detail.

"Namaku Maddison Ansley. Namamu?" Seraya mengulurkan tangan.

Untuk sesaat, lelaki itu hanya diam menatap uluran tangan Maddison.

"Ethan. Ethan West."

***
Hanna berlarian menghampiri Maddison yang sedang duduk menyantap makan siangnya dengan tenang.

"Maddy! Kau harus lihat!" Pekiknya.

"Lihat!" Hanna menunjuk kearah dimana Aaron dan Jessica sedang makan siang bersama.

Dari tempatnya, Maddison dapat melihat jelas posisi Aaron yang menghadap langsung kearahnya.

Mereka berdua pasangan serasi.
Aaron berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Orang tuanya merupakan salah satu penyumbang dana terbesar disekolah ini. Meskipun ia tidak terlalu pintar secara akademik, ia merupakan kapten basket dengan segudang prestasi olahraga disekolah. Terlebih ia tampan, membuatnya sangat populer.

Jessica tidak kalah mengagumkan. Ia cantik, populer, dan pintar. Ia kapten cheerleaders dan banyak lelaki mengidamkannya. Jelas sekali bahwa mereka pasangan yang sempurna.

Mata mereka bertemu.

Maddison terlebih dahulu memalingkan wajahnya. Hanna mengernyitkan dahinya, "Apa?" tanya Maddison.

"Akhirnya mereka kembali bersama. Apa kau putus dengannya?"

"Aku tidak pernah berpacaran dengannya!" Jawab Maddison dengan tegas.

Maddison menghela napasnya. Apakah ini artinya ia dan Aaron tidak perlu berpura-pura lagi? Apakah Aaron akan menghapus video dirinya seperti janji diawal?

Ia akan menanyakannya langsung.

***
Maddison menghampiri Aaron yang sedang berada dilapangan basket bersama dengan teman-temannya.

Dengan lirikan, teman-teman Aaron memberi isyarat bahwa seseorang tengah menghampiri mereka membuat Aaron menoleh.

"Bisa kita bicara?" tanya Maddison. Kali ini ia tidak datang dengan marah-marah dan melemparkan pukulan, melainkan dengan suara tenang dan tatapan yang tidak bisa ditebak.

Aaron mengangguk.

Beberapa hari tidak melakukan kontak, membuat keadaan keduanya menjadi canggung.

Aaron yang mulanya sangat berisik dan menyebalkan, mendadak dingin dan kaku.

"Jadi.. hubungan kita selesai, kan?"

Entah kenapa kalimat itu yang terlontar dari bibir Maddison, "Maksudku, hubungan palsu kita." Koreksinya.

"Ya." Jawab Aaron singkat dan dingin.

"Kalau begitu, hapus videoku sekarang. Aku sudah menuruti kemauanmu, dan kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan."

Tanpa pikir panjang, Aaron mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Maddison.

"Silahkan kau hapus sendiri."

Maddison bingung sejenak, lalu mengambil ponsel Aaron.

Semua video dirinya yang memalukan itu ia hapus dan berusaha tidak meninggalkan jejak satupun.

Setelah ini, urusanku dan Aaron selesai, pikirnya.

Maddison mengembalikan ponselnya.

"Baiklah, kalau begitu tidak ada alasan lagi bagi kita untuk bertemu satu sama lain." ucap Maddison.

"Hmm.. Ya." jawab Aaron dengan singkat.

Maddison meninggalkan lapangan basket itu.

Entah harus senang atau kesal, Maddison tidak tahu. Ia jelas senang karena tidak ada lagi yang mengancam kehidupannya, namun disisi lain ia merasa kesal dengan sikap Aaron yang mendadak berubah dingin.

Mungkinkah Aaron masih marah karena percakapan mereka terakhir kali?

Maddison menggelengkan kepalanya.

"Ayolah, Maddy! Apa pentingnya itu sekarang?" ucapnya kepada diri sendiri.

***

Halloooo semuanya^^ senang sekali bisa kembali.
Semoga bisa konsisten ya menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai, aku berharap cerita ini bisa banyak disukai sama pembaca lainnya. Enjoy!🥹⛅️✨

Stare At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang