Maddison kembali ke tempat duduknya dengan kesal namun penuh perhitungan. Ia memikirkan dampak apa saja yang akan ia terima kelak, namun sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Toh, lelaki itu yang meminta memalsukan hubungan mereka.
Hanna menatap Maddy dengan serius, menunjukkan rasa penasaran yang tidak bisa ia bendung lagi.
"Apa? Apa yang ia katakan padamu?"
Maddy belum bisa memutuskan apakah ia akan memberitahu Hanna mengenai perjanjian yang ia buat dengan Aaron, ataukah ia hanya akan menyimpan rahasia tersebut sampai ada waktu yang tepat untuk membicarakannya dengan Hanna, mengingat Hanna bukan tipikal wanita yang dapat tenang dengan mudah.
"Tidak ada, aku hanya memintanya untuk menghapus video tersebut." jawab Maddy ragu.
"Benarkah?" tanya Hanna seakan dapat mencium kebohongan dari mulut Maddison.
Maddison mengangguk dan langsung menyesap kopi hangatnya, takut jika Hanna dapat menemukan kebohongan di matanya.
Maddison tidak berpikir panjang saat menyepakati persetujuan dengan lelaki itu. Ia bahkan tidak tahu apa yang akan ia hadapi nanti, ia hanya ingin lelaki itu berhenti mengusiknya dan ketenangan hidupnya.
***
Di minggu pagi, Maddison terbangun oleh suara ponsel yang berdering keras. Ia cukup kesal dengan dirinya sendiri mengapa ia lupa untuk mematikan suara ponselnya semalam.
Emosinya semakin memuncak ketika nama "Aaron Sayang" terpampang jelas dimatanya. Seketika matanya membelalak kaget.
Sejak kapan lelaki itu menamai kontaknya dengan menjijikkan seperti itu?
"Apa?" Jawab dengan ketus,
Terdengar suara tawa Aaron diseberang sana, "Hey, bersikap manislah padaku. Bukankah kita sudah pacaran."
Maddison mendengus kesal, "Ya, kenapa Aaron sayang?" ucapnya dengan penegasan yang jelas.
"Aku didepan rumahmu sekarang. Kita akan pergi makan diluar." ucap lelaki itu seakan tidak ingin dibantah.
"Uhm..kurasa kesepakatan kita adalah aku berpura-pura menjadi pacarmu di sekolah, bukan kau yang berhak mengatur hidupku dan mengganggu waktu hari pekanku, brengsek."
"Nanti kujelaskan, aku akan menunggu selama 30 menit. Jika kau tak kunjung turun, aku yang akan menjemputmu kedalam kamar."
Saat itu juga, Aaron mematikan sambungan telepon mereka.
Maddison berteriak kesal, ia mengambil ponselnya kembali dan langsung mengubah kontak nama lelaki itu menjadi "Jangan Diangkat".
***
Wanita itu tidak sedang dalam suasana hati yang baik, ia hanya menggunakan celana hitam yang tampak skinny di kaki jenjangnya, dan sweater berwarna ungu dengan sepatu converse hitamnya yang ia pakai dengan asal-asalan. Wajahnya cemberut tanda kesal, sembari menghampiri Aaron ia terus menatap tajam pada lelaki itu.
Aaron memperhatikan Maddison dari ujung rambut hingga ujung kakinya.
Wanita ini benar-benar diluar ekspektasinya.
"Apa kau tidak punya baju lain?"
"Maaf? Kau mengganggu waktu tidurku dan sekarang kau mengatur caraku berpakaian? Aku tidak tahu ternyata kau berperan sebagai ayahku bukan pacarku."
Lelaki itu seperti kebal terhadap ucapan kasar yang dilontarkan oleh wanita itu. Ia tidak menggubris dan hanya membukakan pintu mobilnya untuk wanita itu.
Mobil itu melaju kedalam pusat perbelanjaan yang tidak terlalu ramai di kota tersebut.
"Jelaskan padaku, kemana kau akan membawaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stare At Me
RomanceMaddison tidak pernah berencana bahwa ia akan terjebak dengan permainannya sendiri. Awalnya, ia berpikir bahwa berpura-pura menjadi kekasih Aaron adalah hal yang akan membantunya disekolah, namun ia salah. Pertemuan dengan Aaron, dan berada diantara...