Part 4 - His Ex-Girlfriend

146 40 12
                                    

Mobil itu melaju menyusuri jalanan dengan berbagai macam restoran dari ujung ke ujung. Maddison hanya melihat keluar jendela, entah kenapa pikirannya kosong dan itu membuatnya sangat tidak bersemangat. Ini adalah tugas pertamanya, sangat mudah, hanya makan dengan Aaron--memastikan Jessica memperhatikan mereka--lalu pulang dan tidur dengan damai.

Ya. Begitulah yang wanita itu bayangkan. Ini akan cepat, pikirnya.

Mereka tiba disebuah restoran bergaya klasik. Nampak ornamen-ornamen dengan kayu jati yang terukir dengan indah. Cuaca sangat bagus, harusnya suasana hatinya juga mengikuti. Aaron kembali membukakan pintu untuk Maddison, sebelum Maddison sempat membantah Aaron terlebih dahulu berkata, "Arah jam dua, Jessica disana bersama dengan dua temannya."

Maddison melirik, dan benar saja wanita cantik itu sedang tertawa dengan kedua temannya. Rambutnya hitam lurus dan kulitnya yang putih hingga membuatnya semakin terlihat menawan.

Pantas saja Aaron tidak bisa lepas dari wanita ini, dia terlalu sempurna untuk lelaki brengsek ini, pikir Maddison.

Aaron tersenyum manis pada Maddison, membuat wanita itu mengernyitkan dahinya heran. Tiba-tiba saja, Aaron mengambil tangan wanita itu dan mengaitkannya di lengan lelaki itu. "Tersenyumlah, ingat ini peranmu." ucap lelaki itu sembari tersenyum dengan sangat manis.

Maddison memaksakan senyumannya, dan dalam hati ia hanya ingin semua ini cepat berakhir. Ia harus bisa menyelesaikan misi hari ini, jika tidak ingin video bodohnya sampai ke orang tuanya. Dengan perubahan sikap yang sangat drastis, Maddison meletakkan satu tangannya yang lain untuk mengelus wajah lelaki itu. Untuk sesaat, tubuh Aaron menegang, setelahnya ia bersikap natural.

Maddison tahu bahwa Jessica memperhatikan mereka karena posisi duduk wanita itu menghadap ke pintu masuk restoran. Dengan penuh keberanian dan rasa percaya diri, Maddison berjalan beriringan dengan Aaron disampingnya.

Aaron memperlakukannya dengan sangat gentle, ia menarik kursi untuk Maddison sembari tersenyum hangat. Posisi duduk Maddison adalah berhadapan langsung dengan Jessica sedangkan Aaron membelakangi Jessica dipunggungnya.

"Apakah dia melihat kita?" tanya Aaron penasaran dengan reaksi Jessica.

Maddison mengangguk sembari tersenyum kearah lelaki itu, bersikap seakan-akan mereka membicarakan hal yang sangat menyenangkan dan hanya mereka berdua yang mengetahuinya.

"Bagus. Oke, kau ingin memesan apa?" Tanya lelaki itu.

"Kau saja yang memesankan untukku." Balas Maddison. Sembari ia bertopang dagu dan tersenyum pada Aaron. Kini, lelaki itu yang mengernyit heran.

"Kau oke?" tanya Aaron. Senyuman hilang diwajah Maddison, "Kau mengatakan untuk bersikap manis didepan Jessica, dan aku melakukan apa yang kau suruh. Sekarang kau menanyakan apakah aku oke?" Cerocosnya.

"Hei, tenang. Baiklah-baiklah, aku hanya belum terbiasa saja." ucap lelaki itu sembari melihat menu yang ada ditangannya.

"Kau pikir aku terbiasa?" balas Maddison ketus.

Hilang sudah moodnya untuk ber-akting sesuai dengan rencana mereka.

"Jangan memasang wajah seperti itu. Jessica dan teman-temannya bisa melihatmu dan rencana kita akan gagal." Aaron memanggil pelayan dan memesan dua jenis makanan dengan dua gelas minuman untuk mereka berdua.

Sembari menunggu makanan mereka datang, Maddison melirik kearah meja dimana Jessica sedang melihat kearahnya dan Aaron disusul dengan teman-temannya yang menoleh seakan penasaran.

Maddison mengalihkan pandangannya, lalu berkata "Usap kepalaku, cepat!"

Seakan mengerti kode yang diberikan oleh Maddison, lelaki itu mengusap kepala Maddison dengan lembut.

Untuk sesaat, Maddison tertegun, dan wajahnya memerah.

Ia menyesali keputusannya ini, dan berharap waktu cepat berlalu.

Makanan mereka pun tiba, dan baik Aaron maupun Maddison bersikap layaknya pasangan. Hingga salah satu teman Jessica menghampiri mereka, "Hei, Aaron. Kau disini."

Anna, wanita centil yang sangat sering berganti pasangan. Seleranya adalah lelaki yang jauh lebih tua sepuluh tahun darinya, sedikit sinis dan tidak mau kalah.

"Hei, Anna. Kau juga disini." jawab Aaron ramah.

"Ya, aku sedari tadi disini dengan teman-temanku, termasuk Jessica." ucap wanita itu sembari melirik kearah Maddison. "Oh, kau dengan temanmu?" tanya Anna.

Aaron melirik Maddison dan langsung menggenggam tangan wanita itu, "Ya. ini Maddison teman dekatku."

Anna tampak terkejut, dan hal itu terlihat jelas diwajah mungilnya. "Oh? Sungguh?"

"Ya, hai aku Maddison." ucapnya sembari menyodorkan tangan pada Anna. Wanita itu menyambut dan berkata, "Kurasa aku pernah melihatmu."

"Tentu." jawab Aaron, "Maddy satu sekolah dengan kita. Di tahun yang sama."

Apa? Maddy? Panggilan itu hanya boleh digunakan oleh orang-orang terdekatnya saja. Dan tentunya Aaron bukan siapa-siapa selain kekasih bohongan.

Mulut Anna tampak membentuk huruf O dengan rasa kagetnya yang tidak bisa ia sembunyikan, "Baiklah, aku harus segera kembali ke mejaku. Selamat menikmati makanan kalian." Dengan begitu, Anna kembali ke tempat duduknya dan sudah jelas ia pasti langsung menceritakan apa yang baru saja ia dengar kepada Jessica dan Judy--salah satu temannya yang lain.

Semua berjalan sesuai ekspektasi Aaron. Mereka makan dalam diam, tak ada obrolan lagi setelahnnya hingga Aaron pergi membayar ke kasir.

Maddison sedikit kesal karena Aaron memanggilnya seperti itu, "Jangan pernah memanggilku dengan sebutan Maddy lagi!" ucapnya.

"Kenapa? Aku mendengar Hanna memanggilmu begitu."

"Hanna adalah sahabatku."

"Dan aku adalah calon pacarmu."

"Ya, pacar palsuku! Pokoknya jangan pernah memanggilku seperti itu lagi, Aaron. Kita tidak sedekat itu."

Aaron memutar bola matanya atas apa yang baru saja disampaikan oleh wanita ini seakan ia tidak peduli.

Sepanjang perjalanan pulang Maddison hanya diam saja. Aaron juga tidak berusaha mengucapkan "Maaf" atau sekedar ucapan "Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini." Padahal ia sudah berakting dengan sangat bagus, mengingat bahwa Jessica tidak hentinya menatap kearah mereka saat berada di restoran tersebut.

Terlebih, Aaron tidak mengenalkannya sebagai kekasih namun sebagai teman dekat. Sebenarnya apa rencana lelaki ini?

"Kenapa kau hanya diam saja?" ucap lelaki itu memecah keheningan. Seakan apa yang baru saja Maddison katakan tidak menyakiti hatinya sama sekali.

"Aku hanya mengantuk. Kau lupa bahwa sudah mengganggu waktu liburku? Dan moodku sangat berantakan hari ini."

"Bersabarlah sedikit, kita sedang dalam perjalanan memulangkanmu. Setelah ini kau bisa beristirahat dengan tenang hingga besok."

Maddison tidak menggubrisnya, dan hanya diam sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah wanita itu.

Maddison keluar tanpa menunggu Aaron mengucapkan sepatah katapun dan langsung berjalan menuju pintu rumahnya hingga suara panggilan lelaki itu membuatnya berhenti dan menoleh.

"Apa lagi?"

"Sampai bertemu hari Senin." lelaki itu tersenyum dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan Maddison yang hanya mendengus kesal.


***

SELAMAT HARI KEMERDEKAAN UNTUK INDONESIA KITA TERCINTA!

Part hari ini spesial karna mood aku lagi bagus, dan juga lagi ada inspirasi sehabis mendengarkan lagu Chris Brown - City Girls <-- ini reccommended siiiiii!

Temen2 aku minta supportnya yaaaa jangan lupa Vote dan Comment dibawah gimana menurut kalian part ini?:))

Stare At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang