berakhir tanpa ciuman #2

162 14 0
                                    

Happy reading.
-
-
-
-
-
-

Dean segera berbalik dan mencari sumber suara yang memanggilnya, tepat disebelah kiri mobilnya, dean menemukan sumber suara itu. Asha.

Asha berlari kecil dengan senyum lebarnya kearah Dean. Dean hanya diam ditempat, didalam.. hati dan pikirannya sedang berperang.

Tangan Asha meraih tangan Dean,

"ayo masuk." Dean tidak menjawab, dia membiarkan Asha menariknya kedalam.

-

Asha membawa Dean kesebuah ruangan yang terdapat tv dan sofa yang cukup besar, ruangan ini.. adalah ruangan yang memang biasa digunakan mereka untuk bermesraan.

Dean duduk disofa, masih dengan wajah gelisahnya. Asha yang duduk tepat disebelah Dean, menggeser sedikit tubuhnya, melingkarkan tangannya di pinggang Dean dan menyandarkan kepalanya di bahu nya.

"kenapa murung mulu?" tanya Asha sembari mengeratkan pelukannya. Dean awalnya ragu untuk menjawab.. namun, dengan suara kecil dia menggeleng,

"gapapa, cuma kecapean." Asha yang memang selalu percaya dengan semua ucapan Dean, hanya mengangguk.

"hari ini, mau?" tanya Asha, tangannya menjalar kearah benjolan kecil yang berada di balik celana Dean. mengelus perlahan benjolan itu..

"ha-" Dean menggigit bibir bawahnya, hampir saja dia mengeluarkan sebuah erangan kecil. tidak.. bukan ini niat awalnya, dia akan mengakhiri hubungan ini bukan?

menelan ludah, Dean meraih tangan Asha dan menyingkirkannya dari benjolan yang mulai membesar dibalik celananya..

"kak.."

"kenapa?" Dean berpikir sejenak, jika ia terus menunda-nunda, ia tau ini akan menjadi lebih sulit.

Asha memandangi wajah Dean, dia mengerutkan alisnya.. lalu menghela nafas. "haah." tangannya meraih pipi dean dan menariknya kedepan, namun saat itu akan terjadi.. dean lagi dan lagi menghentikannya.

Dean menutup mulut menggunakan punggung tangannya, tentu saja itu membuat bibir Asha menyentuh telapak tangan dan bukan bibirnya.

"kak.."

"ayo putus." Ucap Dean segera setelah ia memalingkan wajahnya kesamping.

Asha yang mendengar dua kata yang sebelumnya belum pernah ia kira akhirnya akan datang.. Hanya bisa terdiam.

Sejujurnya, kini.. Hatinya gelisah. ingin rasanya ia memohon untuk tidak mengakhiri hubungan ini, namun.. ia yakin bahwa itu hanya akan membuang-buang waktu.

Walau begitu.. Asha tidak ingin berakhir tanpa alasan yang jelas.

"kenapa?." Dean menggigit bibir bawahnya, tatapannya mulai kembali kearah wajah Asha.

"huff.."

"aku.."

"aku pengen jadi cowok normal." Mendengar pernyataan itu, seketika Asha mengerutkan alisnya.. menurutnya, itu alasan yang tidak masuk akal. karena pada kenyataannya, banyak pria seperti Dean.

Namun karena Asha tau bahwa dirinya tidak bisa memaksa, dia hanya mengangguk perlahan.

"a..aku.."

"pergi aja." Ucap Asha dengan nada datar serta enggan menatap wajahnya.

Dean yang saat itu kebingungan dengan perasaan yang bercampur dihatinya, hanya bisa berjalan keluar dari ruangan itu.

-------

Apalah daya, kita semua manusia. Tertipu oleh hati sendiri.. itu sudah biasa. terasa sanggup, namun nyatanya tetap akan hancur saat akhirnya kehilangan sesuatu yang di sayang.

Mengurung diri di kamar serta langsung menumpahkan air matanya saat itu juga. Dean menangis sejadi-jadinya.. dia kesusahan untuk berpikir jernih. namun, sebuah pemikiran seperti, "bukankah ini yang aku inginkan?." Sempat terlintas di pikirannya.

Sekarang.. dia hanya meyakinkan dirinya bahwa tangisan ini adalah perasaan sesaat yang tentu saja akan menghilang. Karena, Dean sadar akan fakta bahwa inilah yang dia inginkan.. oleh karena itu, dia berpikir bahwa ini semua akan berlalu. dia berpikir bahwa tangisannya disebabkan oleh bagian hatinya yang sangat menyayangi Asha atau bisa dibilang, bukan sepenuhnya bagian dirinya.

-

Sama namun tak sama.

Asha merasakan hal yang sama dengan apa yang Dean rasakan, hanya saja.. dia tidak pernah menangis. Jadi yang bisa dia lakukan hanyalah melampiaskan semuanya pada minuman keras.

Asha ditemani oleh teman dekatnya yang bernama Hana. Hana sendiri.. sudah berteman cukup lama serta berhasil mendapatkan kepercayaan Asha sepenuhnya.

Di bar..

Tubuh Asha sudah 50% diambil alih oleh minuman keras, untuk mencegah hal yang tidak di inginkan, dengan sabar Hana menemani dan menunggu Asha disebelahnya.

"gue.. ada salah ya sama dia?"

"atau dia sebenernya nemu cewek yang lebih kaya dari gue..?" Hana menghela nafas ketika mendengar kata demi kata yang Asha lontarkan.

Ya.. Hana tau bahwa semua kata itu dikatakan oleh Asha yang sudah hampir sepenuhnya mabuk. hanya saja, dia merasa sedikit jengkel.

"husss. Shaa, udah yuk pulang.."

"euhhn.."

"gue gamau pulang!" Teriak Asha tiba-tiba sembari menggebrak meja.

"gue mau tidur.." Lagi dan lagi, Hana menghela nafas. padahal, saat Asha mabuk karena keinginannya sendiri.. dia tidak seperti ini. apakah ini penyebab stress?

"iya makanya ayo pulang.. nanti tidur."

"gue mau tidur sama dia han.."

"gue mau peluk dia.." Hana melihat jam di pergelangan tangannya, sadar bahwa sekarang sudah sangat larut, mau tak mau.. dirinya harus segera membawa Asha pulang dan menyuruh karyawan untuk menutup bar.

"iya ayo."

"heung?.." Asha menatap Hana, tersenyum kecil dengan mata yang terlihat sangat berat namun dia berusaha menahannya agar tetap terbuka.

"lo mau bawa gue ke dean?" Senyuman Asha melebar dan matanya menutup. Hana menghela nafas, meraih tangan Asha dan menariknya untuk bangkit.

"iya ayo ke dean." Asha yang masih memiliki beberapa persen kesadaran, mendengar ucapan Hana, membuatnya memeluk teman nya itu.

"hehehehe.."

"hana baik.."

"hana yang terbaikk.." Hana menatapi Asha, sejujurnya.. dia merasa bersalah karena harus berbohong seperti ini. namun karena Asha juga sedang berada dibawah pengaruh minuman keras, jadi tidak apa-apa.

Setelah itu, Hana pun membawa Asha pulang kerumahnya dan menemaninya sebentar.

*TBC*

Selalu Kamu. || [GXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang