Bab 59

85 0 0
                                    

Dr. Erdan sedang fokus memeriksa serta mengganti perban usai menjahit  luka sobek akibat ketidak hati hatian pasien menyebabkan perdarahan, untungnya tidak begitu parah.

Sedangkan lelaki yang sebelas dua belas tampan dengan pasien kini malah sibuk sendiri, mondar mandir seperti setrika saja, di belakang Erdan gelisah.

"Lo mau kemana. Kok cepat sekali." heran Morgan menghentikan pergerakan tangan Erdan yang memasukkan alat alat ke dalam tas khususnya.

"Sepertinya anda perlu diperiksa juga." saran Erdan.

Menunjuk diri sendiri. "Saya. Saya sehat sehat aja, kenapa harus periksa." kata Morgan terkekeh.

Rupanya lelaki itu belum sadar, tidak peka untuk hal tersebut.

"Apa sebelumnya tuan Andre sempat jatuh." tanya Erdan mengamati bekas luka dari sobekan lukanya sedikit melebar, untung tidak terlalu parah dan cepat ditangani.

"I iya dok. Itu kesalahan saya." ucap Morgan mengangguk karena tadi dia sendiri penyebabnya ia malah sempat tertawa.

Tanpa berkata pun Erdan tau lewat oleh mimik wajah lelaki di sampingnya ada rasa bersalah. Seandainya ia lebih berhati hati semua itu tidak akan terjadi.

"Saya sarankan agar bosmu istirahat selama beberapa minggu selama pemulihan pasca operasi berlangsung, karna itu sangat berpengaruh juga akan sangat mempengaruhi kondisi fisiknya." jelas Erdan.

Heran kebanyakan orang pasti akan malas bekerja jika ada sesuatu tidak beres pada tubuhnya, terlebih lagi Andre belum sepenuhnya pulih, malah bekerja, ya walaupun dua bulan sempat kembali mengalami koma setelah tindakan oprasi berlangsung.

"Oke." manggut manggut paham.

"Saya pamit. Pastikan jaga pola makan dengan makanan sehat, istirahat cukup, jangan biarkan dia terlalu berpikir keras karna atau stres." pesan Erdan.

"Ck... iya nanti aku usahakan. Lo, jadi dokter cerewet banget kayak ibu ibu komplek rumah gue." ujar Morgan tertawa garing.

Erdan buru buru keluar dari dalam sana tidak menanggapi candaan kecil ia fokus pada ponsel yang sedari tadi bergetar.

Drettt

Drettt

Drettt

"Hallo?" jawabnya menekan tombol hijau tanda penerimaan panggilan.

(....)

"Lukanya tidak terlalu parah. Tetapi pergelangan bahunya terkilir, mungkin akibat menopang tubuhnya agar tidak terlalu jatuh."

(....)

"Tenang saja dia sepupumu baik baik saja sekarang, kau cukup suruh dia break dulu dari kantor."

(....)

"Dia bersama asisten yang tidak punya sopan santun itu."

(....)

"Nee hyeong."

(....)

"Hahaha... oke siap, aku lagi otw."

(....)

Tuutt

"Kebiasaan." gumamnya ketika sambungan teleponnya terputus secara sepihak.
...

Tak jauh dari posisi berdirinya Erdan di depan lift seseorang mengamatinya dari jarak lumayan dekat, mendengar semua ucapan lelaki itu.

"Cih! Pasti dia lagi ngomongin gue." ucapnya berdecih lalu pergi setelah melihat lelaki tampan mirip dengan wajah orang yang ia kenal.

.
.
.

Disisi lain

Cafe

"Hai bro!" sapa nya menepuk bahu seraya duduk di kursi berhadapan menatap matanya.

"Lama banget, ngapain aja dijalan. Perasaan jarak dari kantor BG dekat hanya beberapa kali saja dari cafe ini." heran nya melihat arloji mahal di pergelangan tangan nya.

"Biasalah ngepel aspal. Maklum jalanan licin." canda Erdan terhadap sang kakak tak lain ialah Juno.

"Bisa aja deh lo." mengusak rambut Erdan semula rapi jadi berantakan.

Menyingkirkan tangan yang mengusaknya. "Heh, tanganmu bau terasi. Abis ngapain sih lo Hyeong." dengus Erdan kesal.

Lelaki berdarah asli orang Asia timur itu cengengesan tak jelas.

"Jangan bilang." telunjuk tangan terulur, bisa ditebak lewat ekpresi menjengkelkan kakak nya.

"Hehe... namanya juga lupa."

"Astaga Hyeong...! jorok banget sih!" dengus nya menyemprotkan cairan Hand Sanitizer ke telapak tangannya ia paling anti soal kuman.

Sebelumnya Juno sempat singgah di rumah makan lesehan pinggiran jalan untuk mengisi perutnya yang kelaparan sehabis mengurus baby junior Andre sementara menggantikan peran ayah selama ibunya ada urusan, untungnya bayi mungil itu tidak rewel, jadi ia tak begitu kerepotan.

"Masih suka makan pete." kata Erdan bisa menebak asal bau cukup menyengat dari telapak tangan sang kakak.

"Iya, kamu mau. Kebetulan aku bawa nih!" tawar Juno menyodorkan beberapa buah pete ia sembunyikan di kolong meja.

Sontak Erdan kaget langsung berdiri dari duduknya. "Tujuanmu nyuruh aku datang, hmm."

"Sepupumu."

Hmm

"Kan udah aku bilang tadi lewat telepon, dia baik baik saja." jelas Erdan sedikit menjaga jarak.

Syukurlah, Juno bisa bernafas lega bisa mendengar penjelasan langsung dari mulut adik plus asisten nya.

Oh iya readers, kalian boleh mampir ke cerita terbaru novel author👇

Pesona Cinta Adik Tiri , ceritanya dijamin seru, penuh tantangan.

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang