PART 2

362 19 1
                                    

Pagi hari mulai menyapa, cuaca yang terasa begitu dingin membuat Khansa enggan untuk bangun dari tidurnya. Khansa membuka matanya, badannya terasa sangat sakit. Apa dia salah tidur? Khansa bergerak sampai dia terjatuh di atas dinginnya, lantai. Sejak saat itu Khansa baru tersadar kalau dia tidur di sofa. Tidak, Khansa ingat betul terakhir kali dia tertidur di atas tempat tidurnya yang empuk. Khansa bangkit dari jatuhnya, Khansa melihat ke arah kasurnya, di sana. Kaiser tengah tertidur dengan pulas tanpa menggunakan kaos. Khansa menduga-duga bahwa Kaiser lah yang memindahkan dirinya ke sofa.

Memilih abai, Khansa bangkit dari duduknya lalu ia bergegas untuk pergi ke kamar mandi. Ya, niatnya memang seperti itu. Tetapi Kaiser ternyata juga ikut terbangun dan mendorong tubuh Khansa ke samping tetapi untungnya Khansa tidak sampai terjatuh hanya saja gadis itu sedikit oleng.

Kaiser menatap Khansa datar dengan mata elangnya, Khansa hanya menatap manik Kaiser dengan mata sayunya. Lalu, Kaiser menutup pintu kamar mandi dengan sangat kencang sampai mata Khansa pun ikut tertutup seiring dengan suara pintu tertutup yang sangat keras.

BRAK

Khansa menghela napasnya panjang, suara ketukan pintu berhasil membuat atensi Khansa teralihkan. Khansa berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Selamat pagi, Nona muda." Bimo, asisten pribadi dari Erga Agraria, ayah dari Kaiser. Pria berusia 25 tahun itu menunduk sopan kepada Khansa, Khansa merasa tidak enak lalu dia pun melakukan hal yang sama. Bimo tersenyum tipis melihat Khansa. Lalu dia menyerahkan sebuah paper bag ke arah Khansa.

"Ini pakaian sekolah untuk Tuan muda." ujarnya. Khansa menerimanya dengan baik, Khansa tersenyum membuat Bimo pun ikut tersenyum.

"Terima kasih."

"Sudah tugas saya, Nona muda." Bimo menunduk sopan seperti tadi, begitu juga dengan Khansa. Bimo pamit undur diri, Khansa pun menutup kembali pintunya. Di saat yang bersamaan Khansa melihat Kaiser yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk sepinggang, air yang bercucuran dari rambut Kaiser membuat Khansa mengalihkan pandanganya. Bukannya tadi Kaiser juga telanjang dada? Tapi kenapa dia sangat tampak terlihat sexy?

Khansa menggelengkan kepalanya sesaat, dia kembali sadar akan dunianya.

"Ngomong sama siapa lo?" tanya Kaiser ketus.

"Bimo, dia bawa seragam sekolah baru buat kamu." jawab Khansa sambil menyerahkan paper bag warna cokelat itu, Kaiser membawanya dengan kasar lalu dia masuk ke dalam walk in closet yang berada di kamar Khansa.

•••

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Khansa menuruni anak tangga. Suasana rumahnya sangat sepi tidak seperti biasanya, asisten rumah tangga yang bekerja di rumahnya hanya bisa menatap dirinya sendu. Hidangan yang di berada di meja makan pun memang sangat tidak membuat Khansa berselera untuk sarapan.

"Non, Ibu masih belum ingin keluar dari kamarnya." ucap Bi Lastri, Khansa mengangguk paham. Ibunya selalu saja tampak terlihat sangat kuat, namun Khansa tahu seberapa hancur ibunya saat ini.

"Tadi Ibu minta, jangan temui Ibu dulu Non. Non langsung saja ke sekolah." ucap Bi Lastri.

Khansa mengangguk paham, langsung saja Khansa berjalan menghampiri Kaiser yang tengah duduk sambil menatapnya datar. Saat Khansa sudah berada di hadapannya, Kaiser bangkit dari duduknya."Lama, lo. Sialan." ucap Kaiser dan tentu membuat Bi Lastri yang ada di sana sangat kaget mendengar ucapan Kaiser. Khansa menoleh ke arah Bi Lastri lalu menatap ke arah Kaiser.

"Kai, please." ucap Khansa lirih. Kaiser menatap Bi Lastri sekilas lalu menatap manik mata Khansa. Tanpa ingin berbasa-basi lagi Kaiser berjalan lebih dulu meninggalkan Khansa.

K A I S E R || Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang