ITB

6 0 0
                                    

Halaman belakang kampus adalah tempat favoritku dalam persoalan melamun, berfikir, dan melahirkan ide-ide baru. Pohon yang rindang, dan suasana yang damai, ternyata banyak mahasiswa selain aku yang juga menyukai tempat ini. Saat aku sedang mencari ide-ide baru, mataku tertuju pada seorang mahasiswi yang sedang melukis di sudut halaman kampus, segera ku temui karena objek yang ia lukis adalah salah satu tempat bersejarah di Bandung, yang membuatku sangat tertarik pada lukisan itu.

"Tugas dari dosen teh?" tanyaku sambil terkagum melihat lukisan yang sedang ia lukis.

"Asstagfirullah gusti nu agung kaget ih kirain jurig!" ucapnya dengan terkejut sebab aku berdiri di sampingnya tanpa ia ketahui.

"Maaf teh, habis aku lihat dari jauh, keliatan serius banget ngelukisnya," jelasku sambil memandangi lukisan itu.

"Iya-iya gapapa, lain kali jangan ngaggetin makanya, oh ya jangan panggil teteh!, panggil nama aja ya, biar gaul, aku Aisyah," ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan.

"Aku Rendi, mahasiswa baru, fakultas seni rupa dan dakwah salam kenal," balasku, dengan lelucon kecil lalu menanggapi uluran tangan darinya yang mengajak berkenalan.

"Ngaco kamu masa dakwah desain dong ada-ada saja kamu rend, oh ya aku juga dari FSRD, semester 3," balasnya dengan menanggapi leluconku serta memberitahukan tentang dirinya bahwa dia pun dari fakultas yang sama deganku.

Kami saling mengenal satu sama lain,  Aisyah orang yang ramah menurutku, terlebih lagi ia sangat manis, kurasa kopi yang ku seduh tidak memerlukan gula, sebab melihat dirinya pun kopi yang pahit akan terasa manis sepertinya.

"Aku melukis objek ini bukan karena tugas dari dosen tapi memang hobi aja, apalagi aku suka sama bangunan-bangunan bersejarah, ini kan saksi bisu pribumi melawan penjajahan kolonial, dan tempat ini kan pernah jadi tempat diasingkanya pak Soekarno," ucapnya yang membalas pertanyaanku, sambil menjelaskan objek yang sedang ia lukis.

Mendengar penjelasan Aisyah, rasanya aku seperti diajak berkeliling wisata masa lalu, tentang bagaimana dan mengapa sejarah yang menjadi objek itu lahir, benar benar membuatku terlena oleh dirinya, ku harap dia belum memiliki pacar, sebab laki-laki mana yang tidak kagum oleh paras cantiknya, serta kepintaran yang ia miliki.

"Memangnya kamu belum tau Rend tentang bangunan bersejarah ini?" tanya Aisyah keheranan.

"Aku baru seminggu di Bandung Syah, mau berkelling kota Bandung tapi aku belum tau banyak tentang daerah ini, takut ke sasar, jadinya setelah habis mata kuliah, aku langsung pulang ke rumah pamanku," jelasku menanggapi pertanyaan Aisyah yang heran, sebab semua orang Bandung sepertinya sudah tau tentang bangunan bersejarah ini.

Sebetulnya Aku sudah ke beberapa tempat yang ada di Bandung bersama Raka, dia adalah teman satu fakultas ku. Hari itu dia sudah pulang dengan pacarnya yang kebetulan kuliah di UNPAD, Raka adalah warga asli Bandung, dan aku tidak ingin membuatnya kerepotan karena harus menemaniku berkeliling Bandung, yang pasti waktunya Raka akan di habiskan oleh pacarnya dan tidak akan sempat untuk menemaniku untuk berkeliling.

"Eh nanti sore aku ingin ke jalan Braga kamu ikut ya sekalian mengajakmu untuk mengenal lebih banyak tempat di Bandung," ucapnya yang mengajaku untuk ikut denganya.

"Serius wih seru juga sepertiya, ayo deh kebetulan aku ke kampus naik motor, kita bareng-bareng aja ya, biar aku tau sudut-sudut kota Bandung," balasku yang menanggapi ajakan Aisyah.

Langsung saja, aku iya kan ajakanya itu, sebab selain mengenal daerah yang ada di Bandung, aku juga dapat mengenal dirinya lebih dekat, sungguh ini adalah hal luar biasa yang tidak pernah aku bayangkan.

Pelangi Di hari RabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang