ITB dan Braga

5 0 0
                                    

Kami berdua menghabiskan waktu dengan berkeliling, wisata kuliner, mencari ide, dan saling mengenal lebih dekat satu sama lain, entah mengapa kini aku merasakan kembali jatuh cinta yang begitu dahsyat kuharap Aisyah pun merasakan apa yang sedang aku rasakan saat ini.

Tidak terasa, kini aku telah berada di semester tiga dan Aisyah kini sudah sibuk dengan tugas-tugas yang diberikan dosen sebab dia sekarang sudah berada di semester lima. Perjalanan kehidupan yang ada di kampus membuat aku dan Aisyah menjadi dua orang yang sangat akrab dan serasi.

Kami selalu menghabiskan waktu Bersama, sebagai seorang teman tentunya aku memahami banyak hal tentangnya termasuk makanan favoritnya yaitu kupat tahu mang Farhat yang berada di jalan Braga.

Aku sangat menyukai Aisyah, namun jika persoalan perasaan, sampai saat ini masih ku pendam sebab aku belum berani untuk mengatakanya, hingga suatu hari kejadian yang tak kuharap menghampiri ku.

Telfon berdering.

"Rend, yampun aku jadian sama Yugo, ternyata dia suka sama aku, seneng banget, akhirnya setelah sekian lama aku ngerasain indahnya pacaran, ga kebayang aja gitu, senang sekali rasanya," ucapnya memberi kabar yang bahagia untuknya.

Yugo adalah mahasiswa semester enam di IKJ, sepertinya mereka berkenalan melalui organisasi, yaitu forum Mahasiswa Seni Rupa Seluruh Indonesia yang pada saat itu sedang melakukan musyawarah besar di aula ITB.

Mendengar kabar bahwa Aisyah telah resmi berpacaran dengan Yugo, membuatku kecewa, kehilangan arah, dan sedih semua rasa itu tercampur aduk membuat hati serta fikiranku menjadi kacau, mungkin benar ini yang di namakan patah hati.

"Selamat ya, aku juga ikut bahagia," balasku yang pura-pura ikut bahagia, sebab aku tidak ingin terlihat sedih walaupun rasanya hatiku sedang terluka mendengar kabar itu.

Aku telah berbohong, dengan diriku sendiri, perihal ucapanku yang ikut bahagia, karena pada kenyataanya hatiku tercabik-cabik dan rasanya mungkin lebih dari sayatan sembilu, saat itu aku pergi tanpa tujuan, entah harus kemana untuk mencari tempat ketenangan agar kesedihan ini setidaknya mereda.

Seketika, Bandung yang ku anggap hangat kini berubah menjadi kota patah hati. Aku hanya ingin ke Depok, pulang kerumah, memeluk mama, agar rasa kekecewaan ku perihal asmara bisa segera pulih.

Sudah satu bulan kesedihan ini aku pendam hidup-hidup bersama kenangan, kini saatnya aku memulai lembaran kehidupan di buku yang baru, aku harap dengan memendam semua hal-hal mengenai Aisyah, dapat menjadi sebuah pelajaran hidup, bahwa bumi berputar bukan untuku saja, dan kenangan hanyalah sebagian cerita di masa lalu yang hanya untuk di ingat tanpa perlu menyesali ataupun protes kepada tuhan yang maha berkehendak.

Aku kembali menjalani kehidupan yang normal di kampus, kembali ceria, kembali bersemangat, seolah-olah kejadian di masa lalu hanyalah mimpi buruk semata, kini aku sudah berdamai dengan diriku sendiri, dan menerima kenyataan yang beginilah adanya.

Barangkali inilah hikmah yang diberikan tuhan, dan mungkin tuhan cemburu bahwa aku terlalu mencintai mahkluk yang diciptakan olehnya, sehingga aku dijauhkan dengan seseorang yang aku cintai.

Aku ingat perkataan mama, jika memang kamu berjodoh, siapapun orang yang bahagia bersamanya di masa lalu itu hanyalah masa lalu, dan pastinya kamu akan dipertemukan kembali dengan versi yang lebih baik, jika tidak, mungkin itu bukan yang terbaik menurut tuhan. Begitulah menjadi manusia, kita hanya harus patuh, taat, berusaha, selebihnya biarkan tuhan yang mengatur.

Pelangi Di hari RabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang