Rumah paman, ITB, dan Bandung

5 0 0
                                    

Pagi itu ada yang mengetuk pintu kamarku, akupun bergegeas untuk membuka pintu, dan terkejut ternyata itu Aisyah, entah bagaimana bisa, dia mendapat alamat rumah pamanku. Aku pun menerka-nerka mungkin saja dia diberi tahu oleh Raka, yang pada saat itu aku ceritakan kepadanya.

Maksud dari kedatangan Aisyah, bertujuan mengundangku untuk bisa hadir di hari wisuda nya, tentu saja aku tidak dapat menolaknya, sebab aku yakin dia sangat berharap agar aku bisa turut hadir di hari yang amat penting baginya, mungkin juga itu adalah hari perpisahan terakhir untuk aku bertemu denganya, sebab Aisyah harus pindah ke Bogor karena ayahnya di pindah tugaskan.

Di aula ITB yang menjadi tempat untuk wisuda, aku melihat Yugo dia juga hadir di hari wisuda Aisyah, melihat Yugo menggandeng tangan, merangkul, dan berfoto bersama, membuat hatiku terpukul untuk kedua kalinya, tapi lagi-lagi, aku hanya bisa pasrah dan hanya bisa berkhayal, bahwa seharusnya aku yang ada di posisi itu.

Sepulang dari acara itu, aku mengalami nasib sial, ponsel ku terjatuh ke dalam genangan air, tentu saja aku merasa kesal mengapa hariku begitu buruk belakangan ini, mulai dari patah hati, perpisahan, hingga memori-memori serta data-data penting miliku tidak bisa ku selamatkan.

Tidak terasa, ternyata aku menimba ilmu di ITB sudah lima tahun lamanya, ada begitu banyak ilmu, kenangan serta lika-liku perjalanan hidup ketika berada disini. Tentunya momen-momen yang pernah ku alami akan menjadi kenangan yang begitu berarti untuku, sudah saatnya untuk mengabdi pada negara dan orangtua yang sedang menunggu ku dirumah. Saat ini aku sedang menyelesaikan tugas akhir, tujuanya untuk membuat dosen penguji senang agar aku dikatakan layak menyandang gelar Sarjana Seni (S.sn).

Akhirnya akupun dinyatakan lulus oleh ITB suatu pencapaian yang luar biasa bagiku, lulus tepat waktu pada semester ke delapan tentunya ini berkat doa orangtua, kerja keras, usaha, Ibadah, membuat hal-hal yang tidak pernah aku bayangkan dapat terwujud, awalnya pun aku mengira akan lulus terlambat, namun pada kenyataanya inilah yang terjadi. Memang prosesnya tidak mudah, tapi yakinlah bahwa usaha serta doa akan membuahkan hasil, konsisten dan yakin adalah kuncinya.

Ini adalah hari terakhir ku berada di Bandung, semua persoalan Bandung telah selesai, aku berpamitan dengan paman dan berterimakasih sebab beliau telah mengizinkan aku untuk tinggal dirumahnya selama beberapa tahun, beliau sangat berjasa atas proses ku ketika berada disini. Tentunya aku akan terus melaju layaknya kereta, yang bergerak hingga mencapai tujuan akhir. Segala kenangan tentang Bandung biarlah ini menjadi kenangan serta bekal dalam hidup. 

Aku bergegas menuju stasiun Bandung, mengingat kali pertama akumenginjakan kaki di kota ini, tentunya aku akan sangat merindukan Bandung. Keretayang aku tumpangi perlahan bergerak meninggalkan stasiun, bayang-bayang Aisyahseketika hadir di dalam isi kepalaku. Kacau rasanya apabila cinta yang belumsempat tersampaikan masih menjadi mimpi buruk

Pelangi Di hari RabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang