Bertemu kembali dengan Aisyah

4 0 0
                                    


Sudahlah tidak seharusnya aku memikirkanya, lagi pula dia pasti sudah bahagia dengan pacarnya terlebih lagi, jarak antara Jakarta dan Bogor lumayan dekat, aku yakin mereka pasti sangat bisa untuk menghabiskan waktu bersama tiap minggunya. Aku terlelap lalu ketika aku mulai tersadar dari tidur, kereta sudah sampai di stasiun Gambir Jakarta.

Aku telah sampai dirumah, orangtuaku sangat merasa bahagia saat kepulanganku melepas rasa rindu sebab tak bertemu empat tahun lamanya, jamuan masakan mama telah dihidangkan, aku merindukan semur jengkol, tempe orek dengan nasi hangat buatan mama, sangat sederhana sebab tidak ada makanan enak selain buatan mama, mungkin masakan ini dibuat dengan ketulusan, yang membuat rasa masakan ini menjadi tidak biasa terlebih lagi ketika sedang bercengkrama di meja makan bersama keluarga, itulah hal yang paling kurindukan dari Depok.

Pagi pun datang, aku mendapati sebuah email dari perusahaan yang bergerak di bidang seni budaya, yang minggu lalu ku kirimkan perihal lamaran pekerjaan dan esok harinya aku datangi perusahaan itu untuk lanjut ke tahap interview, ternyata perusahaan itu beralamat di kota Bogor, cukup dekat bila ditempuh dengan naik motor.

Sudah satu bulan aku bekerja, dan kini diminta untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan lain, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang event pameran atau sejenisnya, aku tidak pernah menyangka aku dipertemukan kembali dengan Aisyah, Setelah satu tahun lost contact, itu dikarenakan kejadian di masa lalu yang dimana ponsel ku tenggelam di genangan air, aku bertremu denganya di Jakarta pada saat menjalin kerja sama perusahaan tepatnya ketika meeting saat itu.

"Rendi anak ITB fakultas seni rupa dan dakwah kan?" tanya Aisyah yang terkejut sebab tidak menyangka bisa bertemu kembali.

"Aisyah kamu ada urusan apa disini?" ucapku yang juga masih tidak menyangka bahwa itu adalah Aisyah.

"Yampun kamu kemana aja, aku telfon ga bisa, aku chat centang satu, kangen banget aku Rend kebetulan aku karyawan di perusahaan ini," jelas Aisyah yang terlihat rindu dengan ku sebagai teman lamanya.

Itu adalah pertemuan yang tidak disengaja, dan aku tidak habis fikir, bagaimana ini bisa terjadi. Perihal pertanyaan Aisyah, aku sudah menjelaskan kepadanya tentang kejadian pada saat itu, aku dan Aisyah bernostalgia pada masa kuliah dengan menghabiskan waktu ditengah kota Jakarta, mengenang kisah masa lalu tentang hubungan pertemanan kami sembari makan malam di pecel lele favoritenya, Aisyah menceritakan bahwa ia sebentar lagi akan dipindah tugaskan ke Jogjakarta selama lima bulan.

Namun dia tidak menyetujiunya karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan entah apa alasanya, tiba-tiba aku mengingat perkataan paman, kalau memang cinta dengan seseorang, buktikan dan ungkapkan sebelum terlambat. Aku mencoba untuk meyakinkan diriku untuk menyatakan perasaan kepadanya dan pekan depan aku berencana mengajaknya berkeliling kota Bogor, lalu aku menghubunginya lewat ponsel yang sekarang aku gunakan.

"Syah kamu ada waktu kosong ngga? aku mau ngajak kamu keliling Bogor" ucapku dengan harapan dia mau dengan ajakan yang aku tawarkan.

"Hai Rend ada apa tumben kamu ngajak aku keliling Bogor?" tanya Aisyah yang heran, karena mungkin dia berfikir bahwa aku tidak seperti yang biasanya.

"Waktu itu kan kamu yang ngajak aku keliling Bandung, nah sekarang gantian aku yang ngajak kamu dan ada sesuatu yang mau aku obrolin Syah, sekaligus kulineran di Bogor," jelasku yang menanggapi pertanyaan Aisyah yang heran.

"Boleh deh nanti sore ya, jemput aku di stasiun Bogor, jangan telat awas aja aku tempeleng loh hahaha." balas Aisyah sambil tertawa kecil.

Sore itu aku bersama Aisyah, aku mengajaknya ke Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. Hari itu Bogor gerimis sepanjang hari, tapi itu bukan masalah karena bagiku itu adalah hari yang paling cerah sebab aku bisa menghabiskan waktu dan bercengkrama denganya, dan itu adalah hari yang paling indah bagiku.

Disaat aku ingin menyatakan perihal perasaanku terhadapnya, Aisyah mendapati kabar dari teman dekatnya, bahwa Yugo akan bertunangan dengan wanita lain, tanpa sepengetahuanya.

Lagi dan lagi waktu sedang tidak berpihak kepadaku, dan akupun memutuskan untuk mengurungkan niatku perihal menyatakan perasaan kepadanya, sebab hari itu dia merasa terpukul, merasa kecewa itu sudah jelas, dan sedih yang luar biasa, itulah wanita yang hatinya mudah rapuh.

Disepanjangperjalanan pulang dia menangis di bahu ku lalu memeluk ku dengan erat, mungkinitu cara dia untuk meluapkan rasa marah dan kekecewaanya terhadap laki-lakiitu.

Pelangi Di hari RabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang