Menikahi Aisyah

3 0 0
                                    


Delapan bulan telah berlalu, Aisyah menghubungiku lewat telfon.

"Rend kamu apa kabar?" tanya Aisyah yang sebetulnya itu basa-basi perihal menanyakan kabar, sebab akupun tau pasti ada hal lain yang ingin ditanyakan kepada ku.

"Alhamdulilah baik syah kamu sendiri gimana baik-baik aja kan? jangan sedih terus Syah, masa alumni FSRD nangis haha" balasku dengan ledekan ringan, untuk mencairkan suasana.

"Apa sih kamu, mana ada aku nangis terus, kamu tuh harusnya cari pacar, masa alumni FSRD jomblo, emg mau sendirian terus" balas Aisyah yang menanggapi ledekan ringan yang aku tujukan kepadanya.

"Bisa aja ngeledeknya makasih loh nasehatnya oh ya ada apa Syah tumben pagi-pagi telfon?" tanya ku dengan heran, sebab tidak biasanya Aisyah menelfon ku sepagi ini.

"Gini Rend waktu kejadian delapan bulan yang lalu kamu mau ngobrolin sesuatu kan aku penasaran apa sih yang mau kamu bahas?" tanya Aisyah yang mengingat apa maksud dan tujuanku yang saat itu mengajaknya keliling bogor.

"Lupain aja Syah lagi pula kan itu udah lama dan gak penting juga kok," balasku yang mengelak pertanyaan Aisyah yang ditujukan kepadaku.

"Gak bisa gitu dong kamu tega ya aku terus-terusan dihantui sama bayang-bayang yang kamu ciptain itu?" balas Aisyah yang sedikit kesal, sebab tidak puas dengan jawaban ku.

"Bukan begitu maksud aku Syah, yaudah deh, kita ketemu yan anti aku jelasin ditempat aku." balasku yang mengajak nya untuk bertemu di salah satu restoran yang ada di Depok.

Aku dan Aisyah bertemu di salah satu restoran sederhana yang berada di Depok, dan ini hari Rabu yang cukup cerah bagiku, terlebih lagi setelah hujan siang itu menjadikan Depok sedikit lebih sejuk dari biasanya dan sesuai dengan apa yang aku harapkan, pada awalnya kami mengobrol dengan pembahasan yang cukup ringan, lalu Aisyah pun menanyakan hal yang cukup serius kepadaku.

"Rend terus terang saja sebenarnya kamu mau membahas sesuatu tentang apa?" tanya Aisyah dengan penasaran, dan sudah tidak sabar menunggu jawabanku.

"Tapi kamu janji ya jangan marah?" jawabku yang agak sedikit cemas, sebab menyatakan perasaan tidak semudah, seperti yang dijelaskan oleh pamanku.

"Iya-iya janji!" balas Aisyah yang agak sedikit tegang, sebab aku sedikit mengerti, megenai gestur tubuh.

"Syah maaf ya kalo waktunya kurang tepat terus momenya juga gak pas Syah sebenarnya saat awal kita menjalani hubungan pertemanan aku udah nyaman sama kamu syah aku sayang sama kamu tapi saat itu aku belum berani buat menyampaikan perasaan ke kamu aku takut nantinya hubungan pertemanan kita akan rusak dan waktu kejadian kemarin sebenarnya aku mau nyatain perasaan ini ke kamu tapi kan waktu itu kamu lagi terpukul banget nanti malah jadi runyam suasana nya mungkin ini udah saatnya ya nyataain perasaan kamu mau gak jadi pendamping hidupku sekaligus teman hidup selamanya dan kamu mau gak jadi istriku? jelasku yang sedikit cemas sambil menunjukan cincin ke hadapan Aisyah.

"Kamu lagi enggak bercanda kan Rend?" balas Aisyah yang terkejut mungkin tidak akan pernah menyangka bila hal ini di ucapkan olehku.

Ekspresi nya sangat jelas kemungkinan Aisyah terkejut sebab dia tidak pernah menyangka bahwa aku menyukainya. Tapi inilah perasaanku, aku tidak ingin melakukan kesalahan untuk kesekian kalinya apalagi harus membohongi diriku sendiri lagi.

"Rend, aku udah nunggu kamu buat ngebahas tentang ini, aku juga suka sama kamu Rend, waktu itu aku fikir kamu cuma anggap aku sekedar teman, jadi waktu itu aku belajar untuk hati untuk siapa saja yang suka sama aku. yang berlalu biarlah berlalu Rend, dan sekarang aku mau jadi pendamping untuk hidup kamu selamanya, makasih ya Rend udah mau jujur sama perasaan kamu sendiri." balas Aisyah, yang aku pun tidak menyangka bahwa dia mau denganku.

Saat itu adalah hari rabu yang paling bahagia untuku dan Aisyah, sebab setelah kami dipisahkan oleh keadaan, sekarang kami hanya bisa dipisahkan oleh maut mungkin bisa juga disebut takdir, aku berharap ada pelangi di hari itu, tapi biarlah sebab Aisyah sudah menjadi pelangi di dalam hatiku setiap hari.

Sekarang kami telah sah dimata agama dan hukum, dan kami pun telah di karuniai seorang bayi perempuan yang aku beri nama Indisya Resyandi Rabu. Itulah lika-liku perjalanan kisah cintaku, mungkin manusia bisa berencana, namun rencana tuhan akan lebih indah, terkadang kita hanya harus menysukuri apa yang tuhan beri. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi Di hari RabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang