Four.

141 35 9
                                    

Happy Reading!
Sorry for typo!


Haechan menggerutu begitu banyak sembari memgendarai mobilnya. Ia hari ini begitu lelah dengan banyaknya pasien, ditambah ketua baru rumah sakit yang semena-mena. Asisten katanya?! Apa memangnya yang bisa psikolog lakukan untuk menjadi asisten seorang kepala rumah sakit?!

Huft, melelahkan sekali. Namun ia tidak ingin keluar dari pekerjaan ini. Ia sudah sangat nyaman dengan rutinitas, lingkungan serta pasien-pasien nya. Ia bisa saja pindah ke rumah sakit lain, namun kenyamanan yang saat ini ia dapat tentu tidak akan ia dapatkan di tempat baru.

Jalanan begitu lenggang, setidaknya ada hal yang membuat Haechan lega. Mobilnya pun memasuki area yang cukup sepi dibanding jalanan tadi, karena Haechan memang memilih rumah yang memiliki suasana sejuk dan tidak terlalu bising dengan hiruk-pikuk perkotaan.

Namun, ia merasakan jika mobil dibelakangnya seperti mengawasinya. Atau mungkin hanya perasaannya saja? Ya, mungkin hanya perasaannya saja. Lagipula area perumahannya terdapat wisata alam, mungkin mobil itu ingin  pergi kesana.

"Akhirnya, sampai juga." Haechan menghela napas, lalu meregangkan otot-otot nya karena kelelahan. Mobil terparkir dan ia pun masuk ke rumah.

Sementara itu, Jaehyun dan tangan kananya, Johnny menelisik dengan tajam rumah yang Haechan masuki. "Kenapa dia memiliki rumah di area sehening ini?"

"Ratu adalah seorang dokter jiwa master, tentu saja suasana seperti ini cocok untuk dijadikan hunian." Ratu? Ya, Jaehyun akan mengklaim bahwa Haechan akan menjadi ratu klannya, ratu kerajaan Neo.

Para leluhur mungkin tidak akan menyetujuinya, akan tetapi saat ini ia adalah rajanya, ia adalah master serta vampir terkuat, tentu segala kuasa ada dalam genggamannya.

"Awasi dia terus, jika bisa kirim seseorang untuk menjadi pekerja di rumahnya. Aku harus terus mengawasi pergerakannya, jangan sampai ia terluka." Apalagi Jaehyun mencium bau musuhnya tadi, jika memang benar, maka akan sangat berbahaya.

Bahkan satu tetes darah itu bisa membuat seorang vampir yang meminumnya akan memiliki kekuatan yang begitu besar. Dewa benar-benar menganugerahkan seorang manusia memiliki darah yang begitu kuat serta suci.

"Baik master."

[BLOOD]

Pagi ini, Haechan tidak akan terlambat. Karena ia memasang banyak alarm agar ia tidak bangun kesiangan! Namun, entah dorongan darimana juga, ia bangun terlalu awal, dan malah berkutat di dapur untuk membuat bekal.

Oh, apakah ia harus buat bekal juga untuk Renjun? Ya, ia harus membuatnya, karena sahabat satu-satunya itu pasti sudah lama tidak memakan masakannya.

Asik memotong bahan masakan, tidak sengaja jari telunjuk Haechan tergores. "Aw, sakit!" Darah yang keluar tidak terlalu banyak, namun Haechan begitu ketakutan saat ini.

"Hiks tolong!" Ah, Haechan lupa. Siapa yang bisa ia mintai pertolongan, tidak ada seorang pun disini.

Dengan terisak, Haechan berjalan menuju wastafel lalu membasuh lukanya. Kemudian mengobatinya dan membalutnya dengan kasa, namun terdapat darah yang menembus terluhat, tapi tidak terlaku banyak.

"Huft, lebih baik. Aku harus berterimakasih kepada Renjun." Renjun lah yang mengajari Haechan bagaimana agar sahabatnya itu tidak terlalu takut pada darah, minimal pada darah sendiri.

Haechan trauma. Saat kecil dirinya melihat hal yang begitu menyeramkan. Hal yang membuat kehidupannya seketika berubah, kehilangan orangtua dengan genangan darah membuat dirinya tidak bisa berkutik, ia ketakutan.

Hingga detik ini, dirinya tidak tahu mengapa orangtuanya bisa meninggal dengan keadaan yang mengenaskan. Sambutan hangat sepulang sekolah hilang, terganti dengan kondisi orangtuanya yang jauh dari kata baik.

Jam sudah menunjukkan pukul 8, sudah saatnya ia berangkat. Jika tidak karena panggilan ketua baru itu, Haechan bisa berangkat siang hari. Namun mana mungkin ia bisa menolak perintah atasannya?

Apalagi perawakan ketua yang sekarang cukup gagah dan tampan? Hey, apa yang Haechan pikirkan sekarang? Tetapi memang ia akui, Pak Jaehyun itu tampan. Apalagi tuan Johnny? Oh tidak, ia tidak ingin mengomentari penampilan kedua orang penting itu.

[BLOOD]

Haechan sampai di parkiran rumah sakit, hari ini rumah sakit tidak terlalu ramai, melihat suasana pagi ini cukup membuat Haechan sedikit bersemangat menjalani hari.

"Renjun! Astaga, kau datang pagi juga hari ini?" Teriak Haechan sembari berlari kearah sahabatnya.

"Aku memang berangkat pagi setiap hari Kamis, kau sendiri kenapa ada disini? Bukannya masuk siang?"

"Aku dipanggil ketua baru itu, tiba-tiba aku diangkat menjadi asistennya. Entah mengapa bisa seperti itu, bukankah aku tidak bisa mendampinginya saat operasi, aku bukan ahli bedah!"

"Omo! Ternyata kau yang menjadi bahan pembicaraan semalam." Haechan heran, apa orang-orang membicarakannya?

"Staff lain membicarakanmu karena ada seorang dokter yang langsung menjadi asisten di hari pertama ketua rumah sakit bekerja. Astaga, aku juga tidam tau mengapa itu terjadi, bukannya dokter Jaehyun itu dokter bedah spesialis jantung?!"

Haechan mengangguk. "Benar! Dan aku sudah berusaha menjelaskan hal itu, tetapi dia tidak mau mendengarkan!"

"Mau bagaimana lagi Haechannie, jika tidak dituruti, nanti kau akan dipecat atau paling parah kau dipindahkan ke rumah sakit cabang!"

"Astaga! Jangan menakutiku!" Haechan menepuk bahu Renjun, sehingga Renjun dapat melihat luka di jari Haechan. "Hey! Kau terluka, apa kau tidak apa-apa?!" Pekik Renjun, membuat beberapa orang melihat kearah mereka.

"Jangan keras-keras bodoh! Aku terluka tadi pagi saat membuat bekal, oh dan ini untukmu! Semangat bekerja Renjunnie, aku pergi dulu!" Haechan langsung berlari menuju lift khusus ke lantai eksekutif, Renjun hanya dapat menghela napas atas kecerobohan yang sahabatnya lakukan.

"Astaga, lama-lama anak itu aku masukkan ke Playground!"

[BLOOD]

Haechan sampai didepan pintu ketua rumah sakit. Untuk kedua kalinya ia kebingungan karena biasanya, lantai ini ramai dan suasananya juga cerah karena berada di lantai paling atas.

Namun, hawa dari lantai ini membuatnya cukup bergidik entah kenapa. Mungkin ia belum terbiasa dengan peraturan serta selera ketua baru itu.

Tok tok tok!!

Haechan mengetuk pintu, Johnny pun tersenyum cukup ramah dan mempersilahkan Haechan untuk masuk. Ia oun masuk dengan suasana cukup canggung, apa yang akan dia lakukan disini?

"Terlambat 10 menit, tapi aku akan memakluminya untuk sekarang." Ucap Jaehyun datar, Haechan memegang tenguknya canggung karena merasa malu.

"Maafkan aku pak, ada sedikit kendala tadi." Jaehyun mengangguk, menghampiri Haechan dan langsung meraih jari Haechan yang terluka.

Di ujung ruangan, ada Johnny yang sudah menahan hasratnya agar taringnya tidak muncul. Harum yang keluar sedari tadi membuatnya benar-benar kelaparan, darah ini adalah darah termanis yang pernah Johnny cium.

"Kau bisa keluar John!" Perintah Jaehyun mutlak, pria besar itu mengangguk lalu pergi keluar, ia harus meminum darah kelinci sekarang!

"Kau terluka, apa sakit?" Haechan menggeleng, bingung dengan situasi yang sedang ia hadapi saat ini.

Jaehyun dengan gerakan lambatnya membuka balutan kasa itu, nampak darah Haechan yang sudah berhenti keluar, namun membuat Jaehyun semakin berhasrat. Sementara Haechan hanya dapat mematung, aura yang Jaehyun keluarkan entah mengapa cukup membuatnya tercekik.

"Aku akan mengobatimu."

Setelah itu, semuanya gelap. Haechan pingsan.





















Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood (Jaehyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang