CHAPTER - II

552 76 4
                                    

Bertahun-tahun berlalu.

Raja Deuz semakin menua dan anggota Kerajaan begitu cemas. Mereka mulai berdiskusi dalam menentukan siapa yang pantas untuk menduduki takhta. Diskusi diam-diam untuk menyingkirkan Raja Deuz terus berlangsung lama hingga Raja Deuz menghembuskan nafas terakhir.

Seringai saudara Raja Deuz seolah menunjukkan kejayaannya. 

Ia akan menjadi Raja Deuz yang baru.

Mereka bahagia dan memeriahkan pesta penobatan Raja tersebut. Rakyat berkumpul di wilayah istana Kerajaan Deuz. Para bangsawan ikut datang untuk acara kehormatan yang diketahui oleh seluruh anggota Kerajaan di Benua Cherry. Teriakan-teriakan kebahagiaan dan dukungan atas Raja Deuz yang baru terdengar saling bersautan. 

Namun, bayangan gelap itu muncul.

Bayangan gelap itu menutupi sebagian sinar mentari yang mengenai istana Kerajaan Deuz.

Rakyat yang sedang memberikan hiburan untuk mengisi acara itu berhenti bergerak. Para bangsawan yang sedang minum dan mencicipi makanan itu terdiam. Para pengawal membeku dengan mata melebar. 

Semua terpaku. 

Sosok itu menjulang tinggi dengan mata yang menyalang memandang tajam ke bawah. Tubuh hitamnya begitu besar dan suara desisan terdengar halus.

Ular hitam raksasa.

Pupil mata Raja Deuz bergetar. Matanya melebar seolah tak percaya ketika ia memandang sosok pria yang berdiri di atas kepala monster tersebut.

Semua jantung bergemuruh menyaksikan hal itu.

Beberapa detik kemudian, suara jeritan terdengar.

Kepala ular raksasa itu bergerak dengan cepat menuju istana Kerajaan Deuz. Gerbang Kerajaan roboh, pertahanan Kerajaan kacau, tubuh sebagian rakyat hancur, darah terciprat pada setiap sisi Kerajaan, dan pengawal yang menyerang berakhir mengenaskan.

Pria itu melompat dari kepala ular tersebut. Bersamaan dengan itu, ular hitam raksasa bergerak memakan satu per satu manusia yang ada di Kerajaan Deuz, sementara kaki pria itu melangkah memasuki istana. Tatapan dingin tertuju pada satu orang dan gerakan pedangnya bergerak cepat menusuk pengawal yang menghalanginya.

"Tidak... S-Selamatkan aku!"

Pria itu hanya melirik ketika beberapa anggota Kerajaan Deuz melarikan diri. Langkah kakinya kembali bergerak pada Raja Deuz yang mengacungkan pedang di depannya. Suara hancurnya dinding istana Kerajaan membuat Raja kembali waswas hingga ia melihat tubuh-tubuh anggota Kerajaan menjadi santapan ular raksasa tersebut.

Satu hal yang ia rasakan.

Ketakutan.

Raja Deuz memandang pria di depannya dengan penuh amarah. Pergerakan gesit pria itu membuat Raja kalut. Serangan-serangan pedang berusaha Raja tangkis hingga tangan kiri pria itu berhasil menembus tubuh Raja begitu dalam. Mata Raja Deuz melebar karena tidak mempercayai serangan tersebut. Ayunan pedang pria itu membuat pedang Raja terlempar jauh. Tangan kiri itu terangkat ke atas, mengangkat tubuh Raja dan rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh Raja.

"B-Bagaimana bisa tanganmu--"

Kalimat Raja tidak terselesaikan karena ayunan pedang terlebih dulu memenggal kepalanya. Pria itu menjatuhkan tubuh Raja Deuz lalu memandang tangan kirinya yang diselimuti darah. Perlahan, darah itu memudar, menyerap memasuki permukaan kulitnya. Ia berbalik dan melangkah keluar. Mata semerah darahnya melirik tubuh-tubuh tak bernyawa yang terbaring mengenaskan. Ketika ia mencapai balkon istana Kerajaan, kepala ular raksasa itu muncul di hadapannya. Kepala itu menunduk dan ia segera naik ke atas kepala ular hitam raksasa tersebut.

Pria itu memandang lurus dengan sorot mata dinginnya.

Dia akan menjadi Raja Deuz yang baru.

Cherry Throne [ SasuSaku ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang