CHAPTER - IX

431 62 14
                                    

"Apa dia temanmu?"

"Hn."

"Apa dia yang kau bilang cantik? Teman hitammu ini?"

Sasuke menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk senyuman tipis. "Cemburu?"

Sakura melirik kearah lain. Ingin mengakui namun terasa memalukan karena ia mencemburui seekor monster raksasa. 

Ular hitam itu hanya memandang kearah mereka dengan tatapan menyalangnya. Fokus Sakura buyar saat kedua lengan Sasuke melingkari punggung dan kakinya, menggendongnya di depan dada dan pria itu berpindah menaiki kepala ular hitam raksasa tersebut.

"Aku bisa menaiki ular ini sendiri. Kau tidak perlu menggendongku." ucap Sakura.

Sasuke melirik dengan tatapan dinginnya. "Bersamaku lebih aman." Ia mendekatkan wajahnya ke telinga Sakura, berbisik dengan senyuman yang terukir di bibirnya. "Jangan jauh-jauh dariku." 

Sakura tersenyum dengan rona tipis menghiasi pipinya. Ia mengalihkan pandangannya agar tidak semakin salah tingkah. Tingkahnya terekam dengan jelas pada pandangan pria itu. Sasuke tersenyum geli dan mendudukkan diri di atas kepala ular hitam tesebut. Ia mendudukkan Sakura di pangkuannya dan ular itu membawa mereka entah pergi kemana. Sakura melirik ke bawah, memperhatikan ular raksasa yang baru pernah ia lihat lalu memperhatikan pemandangan sekitar.

"Kemana kita pergi?"

"Kerajaan Deuz."

Sakura menoleh. "Jadi, ini wilayah Kerajaan Deuz?"

"Ya." 

Sasuke memajukan wajahnya mendekat, membuat Sakura berkedip beberapa kali. Mata hitam Sasuke hanya memandangnya dan berhenti dengan jarak yang begitu dekat dengan wajahnya. Hanya memperhatikan, tanpa melakukan apapun, membuat Sakura tenggelam dalam kebingungannya.

"Kenapa?"

Sasuke tak langsung menjawab. Ia memandang detail wajah gadis di depannya hingga pandangannya terhenti pada pipi Sakura. Perlahan, jemari Sasuke menyentuh sebelah pipi Sakura lalu menekan-nekan pipi berisi itu dan begitu asyik memainkannya. Kerutan diantara alis gadis itu semakin jelas karena perasaan herannya.

"Kau bertingkah aneh." ucap Sakura.

"Pipimu seperti adonan kue." balas Sasuke.

"Kenapa harus disamakan dengan kue? Kau lapar?"

"Hn." 

"Aku masih ada kue di tas. Kau mau?"

Cengiran ceria itu terlihat. Gadis itu terlihat menggemaskan. Sasuke tersenyum dan memeluk Sakura. 

"Lebih baik tidur. Kau belum tidur siang."

"Aku bukan anak kecil, Sasuke."

"Pejamkan mata saja."

Sasuke menyandarkan kepalanya di bahu Sakura. Sakura merasa heran. Pria itu memberikan instruksi untuk dirinya sendiri. Kenapa pria itu tiba-tiba menempel seperti ini? Sakura mengerutkan keningnya, berpikir begitu serius, sementara Sasuke diam-diam tersenyum. 

"Sebenarnya, kau 'kan yang ingin tidur, Sasuke?"

Senyuman tipisnya semakin lebar. Sasuke meraih jemari Sakura, mengarahkan jemari itu untuk mengusap kepalanya. Sakura terdiam sesaat lalu melirik Sasuke. 

"Aku benar 'kan?"

"Ya." Sasuke memejamkan matanya dan memeluk pinggang Sakura lebih erat. "Tetaplah di sisiku, Sakura."

Sakura memandang pasrah dengan senyuman. "Kenapa kau tiba-tiba manja begini?"

Sasuke hanya mendengarkan seolah tidak peduli, lalu memejamkan matanya. Ia bersandar dengan begitu nyaman di dekat leher Sakura. Tak lama, ia merasakan usapan pada surai hitamnya. Sakura sibuk memainkan rambut hitamnya dengan jemarinya.

Cherry Throne [ SasuSaku ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang