CHAPTER - III

521 73 6
                                    

"Dia adalah dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia adalah dewa."

Sakura melirik pada dayang yang sedang menyisir rambutnya. Mereka berada di kamar peristirahatannya setelah para dayang memandikannya.

"Kabar itu sudah menyebar. Sosok misterius melakukan pembantaian pada Kerajaan Deuz. Musuh Raja Haru sudah lenyap." ucap dayangnya.

Sakura memandang lurus kearah cermin di depannya. "Benarkah? Lalu, apa yang terjadi?"

"Menurut kabar, sosok misterius itu menjadi Raja Deuz. Kerajaan itu hanya terdapat Raja tanpa rakyat. Beberapa pengawal Kerajaan memerangi tempat itu karena para bangsawan Kerajaan yang diundang ke pesta Kerajaan Deuz meninggal. Tetapi wilayah Kerajaan Deuz dijaga oleh ular hitam raksasa."

"Sebagian rakyat mempercayai bahwa dia adalah seorang penyihir dan sebagian lainnya mempercayai bahwa dia adalah dewa yang turun dari langit. Para bangsawan takut untuk memasuki wilayah itu sehingga mereka menjadikan wilayah Kerajaan Deuz sebagai tempat terlarang. Meskipun begitu, musuh Kerajaan Deuz sangat bersyukur karena kemunculan pria itu."

Sakura hanya diam mendengarkan. Perlahan, kepalanya menoleh kearah jendela besar di kamarnya. Ia memandang langit biru yang indah. Mendengar tentang Kerajaan Deuz membuat ia kembali tenggelam pada kenangan masa lalu. Kegiatan melamunnya disadari oleh dayang-dayang yang selalu menemani kehidupannya selama ini.

"Apa ada hal yang mengganggu pikiran Anda, Tuan Putri?" tanya salah satu dayang dengan tatapan khawatir.

Sakura tersenyum. "Tidak ada."

Itu yang terucap dari bibirnya, sementara hatinya kembali terkikis secara perlahan. Ia merindukan teman semasa kecil lagi. Meskipun ia ingin menceritakan tentang perasaannya ke orang terdekat, hal itu hanya akan mendatangkan pertikaian karena ia menyinggung tentang musuh Kerajaan.

Sakura menundukkan pandangannya.

Ia ingin terbebas dari kepedihan ini.


.

.

.


PRANGG!

Sakura memejamkan matanya mendengar pecahan gelas kaca yang terlempar ke lantai Kerajaan. Ia hanya berdiri dengan gaun mewahnya dan kembali mengepalkan tangannya. Ratu Haru kembali memandang marah kearah Putri Haru setelah mendengar kalimat penolakan untuk kesekian kalinya.

"Kau harus melakukannya untuk memperbaiki hubungan Kerajaan Haru dan Kerajaan Venthom. Ini adalah satu-satunya cara untuk menghindari serangan mereka."

Sakura memandang Ratu tanpa ekspresi dan ia hanya menampilkan ketenangannya. Berbanding terbalik dengan Ratu yang kini melemparkan tatapan kebencian.

"Mereka terkenal kejam dan senang menyiksa. Anda tidak bisa mempercayai Raja Venthom. Saya yakin, dia hanya ingin mengambil sumber daya alam kita yang berlimpah dan berniat menguasai Kerajaan Haru secara utuh. Rencana pernikahan hanyalah siasatnya. Lebih baik kita--"

"Aku dan Raja sudah setuju. Cukup persiapkan dirimu untuk pesta pernikahan."

Kerutan samar muncul diantara alis Sakura. "Apa ini bagian dari rencana Anda untuk menyingkirkan saya dari istana Haru? Anda harus membersihkan hati Anda yang busuk itu, Ratu."

Raja Haru yang duduk tak jauh diantara mereka melirik sinis. "Jaga ucapanmu."

Sakura mengepalkan tangannya begitu kuat untuk meredam emosi. 

Seringai tipis muncul di bibir Ratu. Ia melipat kedua tangannya di depan dada dengan dagu terangkat angkuh.

"Kau harus menyadari kedudukanmu, Putri Haru. Raja membiarkanmu berada di istana Kerajaan hanya karena rasa kasihan. Kau beruntung karena Raja tidak mengusirmu." Ratu berjalan mendekat, berbisik di telinganya dengan senyuman angkuhnya. "Kau tidak berharga di sini. Jadi, buatlah dirimu berguna untuk Kerajaan ini."

Kepalan tangan Sakura mengerat.

"Keluar dari ruanganku." titah Raja.

Sakura memandang lurus tanpa ekspresi. Ia mengabaikan seringai kemenangan yang semakin mengembang di bibir Sang Ratu. Putri Haru membalikkan tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan peristirahatan Raja.

Sakura memejamkan matanya dengan perasaan pedih. 

Ia membenci dirinya sendiri.


.

.

.


Sakura hanya memandang dengan raut ketenangannya. Gaun megahnya mempercantik dirinya. Lengkap dengan perhiasan dan kain sarung tangan putih lembut yang membalut ujung jarinya hingga siku. Rambutnya tertata dengan rapi dengan perhiasan yang menghiasi penampilannya. Ia berdiri di lantai dua bersama Ratu dan Pangeran Muda Kerajaan Haru, sementara Raja berbincang bersama bangsawan lainnya. Kerajaan Haru dan Kerajaan Venthom mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan hubungan diplomatik yang terjadi antara dua Kerajaan. Para bangsawan begitu ramai memenuhi ruangan Kerajaan Haru. Para Pengawal Haru dan Venthom membaur menjadi satu untuk mengamankan wilayah Kerajaan.

"Kenapa kau masih di sini? Kau harus menari di tengah ruangan. Pesta ini untukmu." ucap Ratu sambil melirik kearah Putri Haru. "Raja sudah menunggu, jadi menarilah bersamanya. Jangan mempermalukan kami."

Sakura terdiam sejenak lalu menghela nafas pelan. "Ya."

Sakura melangkah menuju tangga. Ia menuruni tangga secara perlahan dan Raja Venthom berdiri menyambutnya di ujung tangga tersebut.

Sakura terdiam dengan raut dinginnya.

'Aku tidak ingin melihatnya.'

Perasaannya semakin membenci saat kakinya melangkah menuruni tangga. Pria separuh baya dengan seringai kejamnya kini memandang kearah Putri Haru. Ia mengulurkan tangannya kearah Putri Haru dan Sakura memandang hal itu sesaat. 

'Aku tidak suka dia menyentuhku.'

Sakura melirik kearah Raja Haru yang begitu memperhatikannya dari sisi ruangan. Sakura beralih memandang jemari Raja Venthom dan meletakkan tangan kirinya digenggaman Raja tersebut. Ia mengikuti langkah kaki Raja Venthom. Mereka pun menuju tengah ruangan megah Kerajaan Haru dan mulai menari bersama para bangsawan lainnya.

Sakura memalingkan pandangannya kearah lain.

Putri Haru membenci hidupnya.

Cherry Throne [ SasuSaku ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang