Halaman samping, taman bunga, menuju dapur, kembali ke area belakang tempat menyimpan bahan-bahan mentah untuk diolah. Selesai dengan itu, area aula tempat sarapan menjadi tujuan terakhir. Selama itu tidak sekalipun lepas pandangan Julian dari bibi Marina. Setiap gerak-geriknya, apapun yang dilakukan, Julian selalu ada disana sampai membuat wanita itu risih sendiri karena diikuti kesana-kemari. Padahal jelas-jelas dia tengah menjalankan pekerjaannya.
Bibi Marina menggenakan baju coklat terang dengan ikat kepala dan celemek di badannya. Dia cekatan melakukan tugas rumah tangga meski sejak tadi telah diganggu oleh tuan mudanya yang tidak tau apa maksud dan tujuannya melakukan itu sampai ketika dirinya hendak berbalik badan, Julian sudah berada di belakangnya.
"Astaga tuann!" suara bibi Marina melengking karena kaget, dia sampai hampir jatuh dan punggungnya menabrak kursi meja makan. Tangannya mengelus dada, semua ini gara-gara tuan mudanya yang melakukan hal tersebut, "Kenapa? Ada apa, kenapa sejak dari tadi anda mengikuti saya kesana-kemari. Katakan apa yang anda inginkan, kalau tuan muda seperti ini terus nanti pekerjaan saya jadi tidak beres."
Julian malah meringis, "Maaf."
"Ada apa, pekerjaan saya masih banyak tuan."
"Bagaimana?" itu yang dia tanyakan.
"Bagaimana apanya?" bibi Marina menjawab sembari melakukan tugas. Julian sebenarnya penasaran soal bagaimana gadis itu. Dia belum tau siapa namanya karena lupa bertanya pada malam dimana mereka bertemu.
Meski agak malu-malu, tapi rasa penasarannya tidak cukup menghentikan Julian agar tidak jadi bertanya, "Itu-- soal gadis yang saya titipkan pada bibi. Bagaimana?"
"Ooh, maksud anda nona Liese."
"Nona Liese?"
"Iyaa, gadis yang tuan titipkan pada saya nama panggilannya Liese." jelasnya. Sebagai informasi tambahan, Julian dan bibi Marina memiliki kedekatan yang bisa dibilang cukup dekat. Sejak usianya masih lima tahun, Julian sudah dirawat olehnya hingga besar. Sampai dirasa semua hal yang menjadi tanggung jawabnya telah bisa dia lakukan sendiri, baru bibi Marina berhenti melakukan tugasnya sebagai pengasuh pribadi. Maka tidak heran jika dia menjadi salah satu pelayan istana kepercayaannya.
"Lalu bagaimana dengan kondisinya sekarang?"
Bibi Marina berhenti dari kegiatannya, dia menggeleng, "Belum cukup baik. Sepertinya ada sedikit trauma dengan kejadian yang menimpa malam itu. Bibi tidak tau harus bagaimana apalagi bibi tidak bisa menemaninya setiap saat. Tuan muda tau kan saya harus bekerja disini sampai sore." benar juga! Julian tidak sampai memikirkan hal itu.
Entah kenapa hal tersebut seperti menjadi tanggung jawab Julian. Rasanya seperti dia telah menjadi salah satu hal yang harus Julian perhatikan karena dia yang membawanya kesana.
"Maafkan saya bibi, saya tidak cukup berpikir panjang saat membawanya kesana. Saya akan meluangkan waktu untuk membantu bibi menjaganya."
"Tidak, tidak perlu, biar bibi saja. Ada banyak hal penting yang harus tuan muda kerjakan. Urusan ini biar bibi yang tangani."
"Tidak bisa bibi. Saya merasa punya andil dalam hal tanggung jawab mengenai dirinya. Saya sangat berterima kasih karena bibi mau menampungnya tapi biarkan saya ikut melakukannya. Bibi tidak perlu khawatir, saya tau porsi yang harus saya lakukan. Biarkan saya ikut membantu setidaknya sampai dia bisa kembali normal untuk menjalani kehidupannya lagi."
Ucapan itu tidak bisa disangkal, bibi Marina mengerti tapi dia juga tidak ingin ada masalah baru yang bisa saja menimpa tuan mudanya. Dia takut jika ada rumor buruk akibat masalah ini, "Tapi bagaimana dengan ayah tuan? bibi takut jika nanti tuan kena marah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNELIESE
FantasyAnneliese diciptakan untuk menderita Julian ada untuk mengulurkan tangan Keduanya kemudian saling jatuh cinta tapi cinta mereka ditentang oleh semesta karena berbeda kasta. Annelise hanyalah seorang budak sedangkan Julian adalah pangeran mahkota Neg...