Roderick Julian"Kamu mau kemana Julian!" seru seseorang yang berlarian kecil di belakangnya. "Tengah malam begini kamu mau pergi kemana lagi? Di luar dingin, malam-malam begini seharusnya kamu tidur, beristirahatlah. Kenapa kamu selalu membangkang untuk tidak melanggar aturan ayah." kalimat panjang itu diucapkan oleh kakak perempuannya. Dia tanpa sengaja memergoki adik laki-lakinya itu yang akan diam-diam menyelinap keluar istana.
Ya benar, Julian dan Lilian adalah sepasang saudara kembar yang lahir di istana Estenaria. Mereka adalah penerus kerajaan sebagai pangeran dan putri mahkota. Lilian tumbuh dengan kepatuhan dan kecerdasan yang terkesan kolot karena dia hampir tidak pernah melanggar perintah dan aturan sedangkan Julian menjadi laki-laki yang bebas, berani dan juga cerdas layaknya saudari kembarnya. Jiwa bebas Julian selalu bergejolak untuk mengeksplore sejauh yang bisa dia lakukan dengan tidak mengenal waktu. Dua pribadi mereka memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
"Aku akan pergi keluar sebentar. Jangan ikuti aku lagi."
"Tidak bisa! Ayah akan marah besar jika kamu berani pergi tengah malam begini."
"Lilian berhenti mencemaskanku."
"Aku tidak akan mencemaskanmu jika kamu menurut."
Julian berhenti. Lilian ikut melakukannya. Di ruangan yang temaram mereka saling tatap. "Ayah."
Mendengar kata ayah keluar dari mulut saudara kembarnya, Lilian memutar tubuh lalu tidak menemukan siapa-siapa. Di sela gadis itu lengah, Julian kabur secepat yang dia bisa untuk meninggalkannya. Melihat hal tersebut, Lilian hanya bisa menggerutu kesal sembari mengucapkan sumpah serapah dengan suara pelan agar tidak menimbulkan masalah baru. Meski dia dibuat kesal, Lilian tetap berusaha untuk melindungi adiknya agar tidak sampai dimarahi oleh ayah mereka.
Terlepas dari cengkraman Lilian di istana, Julian menunggangi kuda, dia melesak diantara gelap malam jalanan yang sepi tanpa penerangan. Cahaya bulan saat itu tidak terlalu terang karena tertutup awan. Dia terus melajukan kudanya ke antah berantah. Saat itu entah apa yang ada di pikiran Julian karena dia sebenarnya tidak tau mau pergi kemana. Tidak ada tujuan yang akan dituju. Niat awal dirinya pergi adalah untuk mencari udara segar akibat terlalu bosan di dalam kamar.
Kudanya terus melaju mengibarkan mantel hangat panjang di udara yang dikenakannya.
Hingga pada suatu tempat yang jauh, hampir di pedesaan yang jauh dari istana, mata Julian samar-samar menangkap pergerakan aneh dari arah depan. Pergerakan itu berlawanan arah dengannya sehingga dia prediksikan akan berpapasan. Naasnya, semakin dekat kuda membawa mereka bertemu, kuda itu malah takut.
Kuda mengikik, dia berhenti dan menaikkan kaki depannya ke udara. Julian kualahan untuk menenangkan.
"Tenanglah Roxy tenang!" ucapnya sembari melakukan pergerakan untuk membuat kuda itu diam. Di area gelap itu Julian tidak tau bahwa sebenarnya kudanya telah berhenti tepat disaat seseorang kini tengah menggigil kedinginan di depan mereka.
Beralih pada sosok yang tanpa sengaja bertemu mereka, sosok itu adalah Liese dengan kondisi berantakan sehabis melarikan diri dari tuannya. Mata gadis itu yang sembab sehabis menangis dan keadaan gelap malam membuatnya tidak bisa membedakan ada sebuah pergerakan atau tidak karena apa yang terlihat di matanya hanya buram. Liese mendengar suara tapi tidak tau berasal dari mana karena dia tidak bisa berpikir jernih. Hingga akhirnya tubuhnya hampir ditabrak oleh kuda Julian namun keberuntungan masih memihak dirinya.
Bukannya meminta tolong Liese malah mencoba untuk lari setelah mendengar suara Julian menenangkan kuda. Dia takut bisa saja dirinya bertemu dengan pria hidung belang lainnya. Terlebih kondisi tubuhnya bisa memancing siapa saja untuk berbuat jahat. Liese tidak punya cukup tenaga untuk melawan apabila harus bertemu dengan pria bejad lain selain tuan Rudy, maka dia memilih buru-buru berlari menjauh melewati mereka tetapi Julian melihat itu.
Julian tersentak kaget. Apa yang dilihatnya seperti orang gila dengan pakaian compang-camping. Sebagian besar tubuh atasnya terekspos. Kulitnya putih pucat, menyala terang di kegelapan. Di dalam batin, Julian menggerutu, apa-apaan itu, kenapa tengah malam begini ada seorang gadis kelayapan. Apa dia kabur dari rumah atau dia baru saja mengalami hal buruk?
Pertanyaan tersebut terus muncul membuat Julian tidak tega. Dia memilih menghampiri setelah berhasil membuat kudanya tenang kambali.
"Nona." panggil Julian dengan mengejar tanpa kuda. Mendengar ada panggilan yang ditujukan untuknya, Liese semakin mempercepat larinya. Gadis itu panik sampai serampangan dan berakhir terjatuh gara-gara tersandung kakinya sendiri. Julian langsung membantunya berdiri tapi Liese menampik tangannya dan menangis. Hal itu membuatnya terkejut, Julian yakin bahwa gadis tersebut baru mengalami sebuah kejahatan. "Saya bukan orang jahat nona. Jangan takut."
Mata Julian tanpa sengaja jatuh pada dada Liese yang terekspose. Laki-laki itu langsung membuang muka. Dia tidak sadar bahwa gadis yang ditemukannya dalam kondisi membahayakan untuknya atau laki-laki lain.
Dengan pikiran yang masih terjaga kewarasannya, sekalipun Julian orang yang baik tetapi dia tetaplah laki-laki dewasa berusia dua puluh tahun. Apa yang terlihat di matanya akan berdampak buruk jika terus dibiarkan begitu saja. Apalagi sosok itu meskipun sedang berantakan, dia masih terlihat cantik nan rupawan. Bentuk tubuhnya juga indah. Siapa yang tidak tergoda jika melihatnya dengan keadaan seperti itu dan lagi dia tengah seorang diri. Tidak ada kesempatan yang lebih bagus dari ini.
Mantel panjangnya dia lepas. Julian memberikan mantel itu kepadanya, "Pakailah." tapi Liese tidak bergerak mengambilnya. Dia diam saja.
Menunggu cukup lama tetapi mantel miliknya tidak kunjung diambil, Julian langsung memakaikan mantel itu di tubuh Liese dengan berusaha untuk matanya melihat ke arah lain. Selesai menutupi tubuh atas gadis itu, Julian baru bisa melihatnya dengan benar.
"Nama anda siapa? Apa yang baru saja terjadi, apa anda habis mengalami hal buruk?" tanyanya.
Liese mengangguk tapi tidak menjelaskan.
"Rumah nona ada dimana biar saya antarkan pulang." jawaban Liese adalah gelengan kepala, dia mencengkram tangan Julian seakan memohon untuk tidak diantarkan kembali ke pemiliknya meskipun sebenarnya Julian tidak tau menahu soal perlakuan Rudy.
"Saya tidak ingin pulang. Saya tidak punya rumah tuan."
Julian tercenung, "Lalu anda baru saja darimana?"
Liese menggeleng lagi. Terbesit kemudian di kepalanya jika akhir-akhir ini dirinya sering mendengar berita soal jual beli budak di desa perbatasan istana. Budak-budak yang dijual belikan digunakan untuk bekerja sebagai penghibur di toko-toko gelap yang menjual beer dan hal kotor lainnya. Lalu apakah gadis ini menjadi salah satu dari mereka? Tapi desa perbatasan cukup jauh dari tempat mereka berada saat ini. Apa gadis itu kabur dan berakhir di tempat mereka bertemu sekarang?
"Mari ikut saya."
"Tidak. Saya harus pergi." ucap Liese.
"Nona mau pergi kemana dengan keadaan seperti ini? di luar sana banyak orang jahat apalagi sekarang sedang gelap. Nona tidak akan tau siapa yang akan nona temui setelah ini." jelas Julian. Dia berniat tulus membantunya.
Benar, kesempatan dan keberuntungan tidak datang dua kali. Hampir seluruh keberuntungan sudah Liese pakai untuk melarikan diri. Biasanya dulu dia hampir tidak pernah memakan waktu lama untuk tertangkap kembali. Jika saja dirinya ingin tetap pergi, apakah dia akan selamat? Bisa saja dia akan bertemu dengan orang lain yang lebih kejam. Meski tidak punya pilihan setidaknya laki-laki itu cukup meyakinkan. Hati Liese mengatakan untuk percaya kepadanya.
.
.
.Done up langsung tiga hehe
Selamat berjumpa di next cerita
Semoga sukaa ♡☆
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNELIESE
FantasíaAnneliese diciptakan untuk menderita Julian ada untuk mengulurkan tangan Keduanya kemudian saling jatuh cinta tapi cinta mereka ditentang oleh semesta karena berbeda kasta. Annelise hanyalah seorang budak sedangkan Julian adalah pangeran mahkota Neg...