Menemani

21 3 0
                                    

Sore menjelang malam hujan turun sangat deras. Gemuruh petir dan angin kencang disertai hawa dingin membuat semua orang enggan untuk keluar rumah. Hari itu keluarga kerajaan tengah berkumpul di ruang tengah. Ada ayah, ibu, Lilian dan Julian. Neneknya sedang tidak bersama mereka karena memilih untuk beristirahat. Ayah Julian membaca kumpulan arsip pekerjaan bulan kemarin sedang ibunya duduk santai menikmati secangkir teh hangat. Lilian sendiri sibuk menyulam bunga mawar sebagai hobinya yang sering dia lakukan bersama gadis bangsawan lain. Di sisi yang berbeda, Julian tengah merasa kebosanan.

Hujan mengekangnya untuk tidak kemana-mana. Hujan tidak terlihat akan berhenti dalam waktu dekat. Bisa jadi akan terus sampai pagi melihat bagaimana kondisi akhir-akhir ini. Beberapa kali dia menguap, tidak ada hal yang ingin dikerjakannya. Seharian tadi sudah dihabiskan dengan berlatih pedang dan membaca tumpukan buku pengetahuan soal etika dan bisnis perdagangan antar kerajaan. Julian tidak punya hobi menyulam seperti Lilian, makanya dia merasa bosan karena hobi yang sebenarnya dari dalam diri Julian adalah kabur dari istana untuk berkeliling. Dalam satu hari yang sibuk itu dia sampai tidak bisa melihat Anneliese. Memikirkannya saja tidak sempat apalagi menemuinya. Yang ada hanya bibi Marina, melakukan pekerjaan yang dilakukan setiap hari.

Tiba-tiba ayahnya menutup buku lalu berbicara, "Julian, ayah besok akan pergi ke wilayah timur. Kamu urus pekerjaan di rumah dan jangan kemana-mana." Jika ayahnya sudah menyuruh maka dia harus menuruti, "Lilian juga tolong bantu Julian menangani pekerjaannya karena ayah akan beberapa hari disana."

"Bagaimana dengan ibu?" tanya gadis itu.

"Ibu akan menemani ayah. Kalian jangan bertengkar selama ibu dan ayah pergi. Terutama Julian." Ibu Julian memandangnya dengan tatapan mengerikan tapi sebenarnya dia hanya bercanda. Kedua anak kembarnya sekalipun sering bertengkar tapi dia sangat menyayangi mereka dengan porsi yang sama tanpa membedakan salah satu.

"Dengar kan. Awas saja macam-macam." kata Lilian setengah meledek. Julian hanya berkedip-kedip melihat kekompakan ibu dan kakak perempuannya. Sebenarnya Julian juga tau maksud yang diucapkan Lilian karena selama ini dia sering kabur-kaburan.

Keesokan harinya mereka berdua mengantar ayah dan ibunya di halaman depan. Penjagaan ekstra selama mereka dalam perjalanan menuju wilayah timur sangat ketat. Tidak heran karena di kereta kuda itu ada raja dan ratu dalam satu tempat yang sama. Sebenarnya ada hal yang tidak diketahui oleh kedua saudara kembar tersebut kenapa ayah dan ibunya harus sampai pergi bersama-sama.

Setelah kereta kuda benar-benar pergi melewati gerbang istana, Lilian berucap mengulang pesan ayahnya semalam. Dia menekankan kata-katanya agar Julian tidak berani macam-macam, "Ingat pesan ayah semalam, jangan kemana-mana!" lalu gadis itu berputar arah untuk masuk ke dalam meninggalkan Julian sendirian. Karena Lilian tau jika adik laki-lakinya selalu mencuri-curi kesempatan untuk kabur dari istana.

"Permisi, maaf apa boleh saya bertemu dengan bibi Marina." suara itu membuat kedua orang yang hendak kembali ke dalam ruangan menengok secara bersamaan.

Lilian dan Julian melihat sosok yang sama di mata mereka. Seorang gadis dengan rambut tergerai sedang berbicara pada seorang penjaga istana di pinggir kolam air mancur. Penjagaan sedang longgar usai kepergian kereta kuda sehingga sosok itu bisa sampai masuk melalui gerbang depan.

Penjaga istana langsung menghalanginya dengan senjata yang dia bawa sesuai prosedur penjagaan meski nama yang disebutkan sudah sangat familiar.

"Anda siapa, anda tidak boleh berada disini."

"Saya ingin bertemu dengan bibi Marina. Ada barang yang tertinggal di rumah jadi saya harus mengantarnya."

"Iya tapi anda tidak boleh berada disini. Mari ikut saya ke tempat yang lain." memang benar, gerbang depan hanya dikhususkan untuk keluarga kerajaan, tamu penting istana dan ketika ada acara besar perayaan. Selebihnya ada jalan lain untuk para pekerja atau keluarga pekerja istana yang ingin bertemu dikeadaan mendesak. Maka tidak heran perlakuan penjaga seperti itu kepadanya meski sebenarnya Liese sendiri belum paham soal itu.

ANNELIESETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang