Part 7

57 7 0
                                    

Juan melangkah cepat kedalam rumahnya. Terlihat dirinya diselimuti emosi, bahkan tatapan matanya membara seperti ingin menghabisi seseorang.

Juan memasuki ruang kerja ayahnya, dan kebetulan ayahnya baru pulang kerja.

BRAK!

Pintu ruang terbuka dan Juan melangkah mendekati ayahnya. Selebaran kertas yang dia bawa dilempar ke ayahnya hingga berserakan di lantai.

"JUAN! KAMU APA-APAAN? GA SOPAN BANGET SAMA ORANG TUA!!" Sentak ayah Juan

"Ayah puas udah bunuh bunda Juan?! Kalau ayah dari awal jujur sama bunda ini ga akan terjadi. Bunda ga akan tinggalin Juan atau bahkan bunda ga akan mau nikah sama ayah yang udah punya istri dan anak!"

PLAK!

Tamparan keras itu menampar pipi Juan berkali-kali.
"Jadi anak tuh jangan kurang ajar! Dan kamu ga usah ikut campur urusan orang tua. Kamu ga tau apa-apa Juan!"

"Apa yang Juan ga tau yah? Selama ini Juan hidup bareng ayah sama kakak tapi ga pernah sekalipun ayah bersikap baik dihadapan Juan. Juan capek! Ayah sama kakak ga pernah anggap Juan ada!" Ucapnya dengan air mata yang mulai menetes. Juan tak tahan ingin memukul ayahnya namun dia tahan, dan kemudian beranjak pergi dari hadapan ayahnya agar tidak kebablasan memukul sang ayah.

Saat keluar dari rumah, dia berpapasan dengan kakaknya yang baru saja datang. Tumben kakak tirinya itu pulang ke rumah, biasanya selalu susah dihubungi kalau disuruh pulang kerumah oleh ayahnya.

"Apa Lo lihat-lihat?!" Ucap kakak tirinya saat Juan menatap tajam kearahnya.

Juan menghiraukan itu dan berjalan dengan menyenggol bahu kakaknya dengan keras, lalu pergi meninggalkan rumahnya. Sang kakak hanya berdecak geram melihat adiknya.

Tujuan Juan saat ini hanya satu, yaitu pulang ke apartemen dan menemui wanitanya.

🔥🔥🔥

"Juan?" Ucap Kaluna tersentak saat dia merasa ada yang memeluknya dari belakang. Tak lama terdengar Iskan tangis dipunggung nya. Kaluna perlahan berbalik dan menatap Juan yang sedang menangis.

Tangan kaluna terulur untuk menghapus air mata dipipi Juan. Lalu dia membawa Juan kedalam pelukannya. Kaluna mengelus pelan pundak Juan untuk menguatkannya.

"Aku tau ini berat buat kamu, tapi aku yakin pasti kamu bisa hadapin semuanya. Aku selalu disisi kamu, aku bakalan terus support kamu, Ju. Kamu jangan merasa sendirian, ada aku." Ucap Kaluna lembut sambil mengelus rambut Juan yang panjang.

"Makasih banyak, kaluna. Aku sekarang cuman punya kamu." Ucapnya lirih.

Kaluna merasa sedih juga melihat Juan seperti ini. Biasanya Juan tak pernah menangis dan sekacau ini meskipun memang hari-hari yang dilaluinya selalu menyakitkan.

"Kamu udah makan?" Tanya Kaluna saat Juan mulai tenang. Dan Juan hanya menggeleng menanggapinya.

"Yu makan dulu, aku udah buat makanan kesukaan kamu." Kaluna membawa Juan ke meja makan.

"Aku tau kamu masih sedih, tapi jangan lupa untuk makan. Aku ga mau liat kamu sakit lagi."

"Maaf, selama ini selalu merepotkan kamu." Ucap Juan

"Jangan bilang gitu. Aku ga merasa direpotkan, malahan aku yang selalu repotin kamu, Ju."

"Aku lakuin itu karena aku tulus sayang sama kamu" ucap Juan

"Sama dong kalau gitu" timbal kaluna

"Lun.. soal ucapan aku tempo hari, aku beneran serius mau nikah sama kamu. Aku ga bisa bayangin kalau hidup aku tanpa kamu."

Rules || -.HaJeongHwan.-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang