Happy Reading
*****Sebuah kursi roda terus berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Tangannya memutar roda tersebut ke arah sebuah ruangan.
Di depan sebuah ruangan, pergerakan tangannya berhenti. Ia menimang apa boleh ia masuk walau sekedar memastikan keadaannya? Kenyataan tiba-tiba menghantam nya begitu saja.
Dia sudah tak berharap, jangankan di sambut, keberadaannya saja pasti akan membuat seseorang marah.
Tapi jika dia tak masuk, percuma ia datang kemari. Selain membuang tenaga, ia juga menyianyiakan waktu serta membuang uang yang tadi digunakan untuk membayar uang taksi.
Kreet....
Pintu terbuka menampakan empat orang pemuda yang salah satunya berbaring di brangkar dengan tatapan tajam ke arahnya.
Atensi ke empatnya langsung teralihkan ke pemuda berkursi roda itu. Senyuman sedikit terukir oleh pemuda yang tadi baru masuk. Hanya satu yang membalas senyumannya, dua diantaranya menatap canggung sedangkan yang satunya masih menatap tajam ke arah pintu ruangan.
"Ngapain dia di sini?" Pemuda yang terbaring bertanya ke salah satu dari ketiga pria di dekatnya.
Yang lain hanya bergidik sebab memang tak tahu menahu bagaimana sosok pria ini bisa datang. Pria yang sedari tadi menjadi objek perbincangan hanya terdiam.
"Tolong suru pergi sih, risih ada hama di ruangan ini."
Tersadar, orang yang menjadi maksud dari perkataan itu hanya membeku. Padahal ia datang kemari hanya untuk menengok seseorang, seseorang di dunia ini yang paling disayangi. Naasnya orang itu saja tak membutuhkan keberadaannya, lantas apa guna ia masih di sini?
"Kak, mending pergi dulu," lirih pelan salah satu dari tiga pemuda.
Yang di pinta tersenyum kecut lalu mengangguk kecil dengan mata tertutup. Untungnya ia adalah orang yang sabar.
Sudahlah, setidaknya dia sudah memastikan keadaannya, itu cukup. Waktu yang ia gunakan juga jadi tak terbuang.
Tangannya menutup pintu dengan perlahan. Senyuman kembali terukir sebelum akhirnya sosok itu tak terlihat lagi dari netra keempat nya.
"Tha, mau sampe kapan sih sikap kamu begini terus?" celetuk salah satu pria.
Sang pemilik nama menengok dengan tatapan datar khas nya. Bola matanya memutar perlahan sebelum akhirnya membuka suara.
"Kak Bintang kalo mau belain manusia satu itu, mending jangan di sini deh. Keluar dulu gih, Atha lagi capek soalnya."
Bintang, sosok yang tadi di usir secara halus langsung terdiam. Dia tidak kaget, pemuda yang kini terbaring di brankar memang begitu sifatnya.
"Bukan gitu maksudku, Tha. Kamu tau sendiri kakakmu itu gak bisa jalan, dia udah berjuang loh buat dateng kesini jenguk kamu, masa gak kamu hargain?" tutur pemuda bernama Bintang.
Atha, yang sedari tadi diberi nasihat nampaknya sama sekali tak mendengarkan. Bola matanya berputar dan pandangannya dialihkan ke samping sambil berdecak kesal.
Satu pemuda menarik-narik lengan kemeja putih milik Bintang. Pemilik kemeja menoleh mendapati adiknya yang kini menggeleng kecil.
"Hufft, udahlah. Istirahat yang cukup ya Tha, lagian kating mu siapa sih? Gak mikir banget masa OSPEK di suru lari-lari?!"
Itulah alasan pemuda bernama Atha terbaring di brankar. Dia sedang melaksanakan OSPEK di salah satu universitas terkenal. Kelelahan sampai pingsan itu sudah biasa untuk seorang Maba, bisa dikatakan itu lumrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
2UR Eyes
Fanfiction[Sebelum baca budayakan follow! Jangan lupa Voment! Belajar menghargai karya orang! Kalo cuma mau numpang baca gak usah baca sekalian!!!] Puzzle memori memang belum tersusun rapih, namun satu keping saja sudah dapat disimpulkan. Kebahagiaan nya dire...