-6-

45 8 4
                                    

~Happy Reading~
*****

Sial, kenapa sudah malam Minggu saja? Itu yang Atha pikirkan, saat baru pulang dari kampusnya. Selesai bebersih, ia memilih duduk di sofa ruang tamu sembari menatap layar ponselnya. Dari kemarin ia dan Bintang sama sekali tak berkomunikasi, jujur Atha sedikit merasa ada yang kurang.

Mungkin dalam pikirannya, Atha terus berkata bahwa ia membenci Eja, namun sekarang ia malah duduk di ruang tamu seakan menunggu seseorang tuk datang. Itulah perbedaan pikiran dan perasaannya, mau sedalam apapun ia menanam rasa sayangnya pada Eja, tetap saja Eja itu kakaknya. Kakak kesayangannya.

Ding, dong...

Atha menghela napas panjang. Ia pun langsung berdiri dari duduknya dan menyalakan monitor untuk melihat siapa yang datang. Seperti biasa, sosok Eja yang tersenyum ke arahnya terlihat jelas di depan matanya.

Eja melambaikan tangan sembari tersenyum manis dan terlihat membawa sesuatu. Padahal terlihat jelas kalau Eja mengisyaratkan kepada Atha agar membuka pintu, namun Atha sama sekali tak berminat tuk mengabulkan permintaan kakaknya itu.

Eja yang tak heran dengan perlakuan Atha hanya terdiam sejenak kemudian tersenyum lagi. Ia meletakan plastik di bawah kemudian lekas pergi karna takut keberadaannya mengganggu sang adik. Mungkin juga adiknya risih, karna memiliki kakak yang cacat sepertinya.

Pandangan Atha terus menatap layar monitor menatap kepergian sang kakak, jujur ia sedikit merasa bersalah, namun apa boleh buat? 'dia adalah pembunuh orang tuanya' itu masih tercetak jelas di depan wajahnya. Sekitar tiga puluh menit Atha menatap ke arah monitor, barulah ia membuka pintu apartemennya dan mengambil sesuatu yang tadi di tinggalkan Eja.

Saat membuka plastik hitam itu, Atha termenung. Kue ulang tahun.

Sebentar lagi memang ulang tahun Atha, tapi kenapa kakaknya sudah membawanya sekarang? Entahlah, tanpa pikir panjang Atha hanya memasukkan kue strawberry itu ke dalam kulkas. Ia tak setega itu untuk membuangnya.

~♡~

Hari ini, Eja benar-benar bertekad untuk menuntut sembilan koruptor yang sudah mencuri hasil perusahaan. Oleh karna itu, ia dan Bintang kini terus mengotak-atik berkas berkas dari beberapa tahun yang lalu. Mereka bahkan harus susah susah memanggil peretas tuk memulihkan kembali data-data yang telah terhapus.

Tapi bukannya puas, kini wajah Eja malah berubah pucat dan tangannya gemetar. Bintang yang menyadari hal tersebut pun langsung bergegas berlari menuju Eja yang kini masih terpaku dengan layar komputer.

Setelah ia berdiri tepat di sebelah Eja, Bintang menengok ke arah komputer dan melihat sebuah berkas yang telah tersusun rapih berisi bukti-bukti tindakan korupsi yang dilakukan orang-orang perusahaan. Berkas itu bertuliskan 'Farrel Nalendra' yang tandanya pembuat berkas itu ialah Ayah tercintanya. Tiba-tiba senyuman terukir jelas di matanya, berarti Ayahnya pun sudah menyusun strategi untuk mengusir para hama ini. Ayahnya saja berani, namun kenapa Eja takut kan? Sungguh sangat disayangkan Ayahnya harus pergi duluan sebelum menyelesaikan misinya.

Berbeda dengan Eja yang tersenyum, Bintang kini malah mengernyit dan mulai mencurigai sesuatu. Eja bilang penyebab orang tuanya meninggal adalah karena kecelakaan. Dia bilang orang tuanya ditabrak sebuah truk yang kekurangan kendali karna pengemudinya mengantuk. Tapi setelah dipikir-pikir, pengemudi yang telah ditangkap beberapa tahun lalu itu sekarang berusia 30 tahun yang berarti 15 tahun sebelumnya dia masih anak di bawah umur.

"Ja, maaf banget nih ya. Coba kamu inget-inget, dihari kamu kecelakaan pengemudinya masih anak kecil atau udah dewasa?"

Eja mengernyit sebentar, kenapa tiba-tiba Bintang menanyakan hal itu?

2UR EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang