-2-

67 11 1
                                    

Happy Reading
*****

Pagi hari ini, entah kenapa suasana hati Atha begitu baik. Kaki jenjangnya berjalan riang sembari bersenandung menuju sebuah tempat dimana ia belajar tahap terakhir.

"Woi Tha!"

Ada yang memanggilnya, Atha lantas menoleh mencari sumber suara dan berakhir menangkap daksa seorang pemuda yang kini berjalan ke arahnya sembari menyeruput coffee.

"Nih," tawarnya sembari menyerahkan gelas coffee satu nya.

"Ngapain sih senyum senyum gitu kek orgil? Keluar rumah sakit bukannya tambah sehat kok malah tambah parah."

"Berisik."

Atha meninggalkan temannya itu laju ke sebuah kelas yang memang hari ini jadwal pagi nya. Di belakangnya Harlev menyusul karna memang mereka ada kelas yang sama hari ini.

"Har, hari ini kak Bintang di rumah gak?" Yang ditanya nampak berpikir sebentar barulah menjawab,

"Enggak kayanya, seinget ku sih kak Bintang bilang mau ada meeting perusahaan. Dia kan sekertaris CEO, mana mungkin gak ikut meeting." Harlev nampak mempoutkan bibirnya.

Atha hanya menggangguk. Bintang ini sangat sibuk, padahal banyak yang ingin Atha ceritakan padanya. Sudahlah, mungkin lain kali.

"Kak Bintang nih kerja di perusahaan mana sih? Setiap aku tanya, pasti gak di jawab."

Harlev terdiam sebentar, matanya mulai bergetar cemas. Dia seperti menyembunyikan sesuatu.

Harlev menggeleng. "Gak tau. Kak Bintang aja gak pernah bilang sama kita."

Atha mengangguk walau sedikit curiga. Bagaimana bisa seorang adik tak tahu menahu tempat kerja kakaknya?

Selang beberapa menit, Dosen memasuki kelas membuat Atha kembali memfokuskan mata ke depan. Buku-buku mulai ia buka dan tangannya mulai menggurat lembar-lembar kertas.

"Nanti malem jadwal kak Eja dateng kan?" bisik Harlev di telinga Atha.

Mendengar nama tersebut, tangan Atha langsung terhenti, fokusnya kabur seketika dengan tatapan tajam yang mampu membuat lubang di tubuh penerima.

"Huft, aku tau maksud kamu, tapi udahlah, lama-lama aku kasian juga sama kak Eja."

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Atha beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke tempat duduk lain kemudian laju mendengarkan penjelasan di depan. Seperti biasa, Harlev menghela napas melihat kelakuan teman satu-satu nya itu.

~♡~

Tepat pada pukul lima sore, Atha barulah selesai menjalankan kegiatannya pada hari ini. Dengan badan yang begitu letih, kakinya di tuntun untuk berjalan mencari tempat duduk dalam bus.

Setelah duduk di kursinya, kaca di sebelahnya ia buka sedikit. Penglihatannya di edarkan melihat jalanan disertai musik yang ia dengarkan melalui earphone.

Semakin lama pikirannya kian semakin kalut dengan perasaan aneh. Sudah sangat lama ia merasakan nya, entah perasaan apa namun rasanya ada sedikit yang mengganjal di hati nya.

"Huft."

Selama beberapa menit perjalanan, matanya ia tutup. Kenangan-kenangan itu berputar mengelilingi isi kepala nya. Jujur Atha lelah mengingat nya, namun ia sendiri pun tak dapat menghentikan nya.

Perlahan ia bergerak menuju apartement sewanya. Tombol lift di tekan menuju lantai lima sedang pandangannya ke depan. Di depan pintu dengan nomor '225' tangannya di julurkan menekan-nekan pin sandi.

2UR EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang