Kedatangan Andre

101 0 0
                                    

Diana yang sedang bermain dengan putra nya ia tempatkan di atas sofa single, bercanda ria di teras rumah, bayi mungil itu terlihat menggemaskan ia sampai terkekeh akan dikejutkan oleh kedatangan pria tiba tiba berjongkok menatap ibu dan anak lekat.

"Astagfirullah, Ndre." kaget Diana bersekiap dada.

"Hai baby junior." sapa Andre mendekatkan wajah nya ke ibu dari anaknya.

Ibu muda beranak satu itu langsung berdiri satu langkah mundur ia tak mau terlalu dekat dengan pria itu, bukan apa apa ia sedikit gugup.

Saat ini detak jantung berdetak tidak karuan serasa ingin meledak.

Andre bertepuk tangan ria layaknya anak kecil yang sedang mengajak bermain adiknya.

Dia kan ayah biologis nya.

Aaaa

Teriak nya keras melompat dari posisi berdirinya meraih pinggang Diana yang akan jatuh akibat ulahnya.

Tidak ada adegan lihat lihatan tatap tatapan, Diana segera bangkit mendorong dada mantan kekasih yang sudah berubah status menjauh.

"Hati hati, nanti jatuh." ledek Andre padahal dia sendiri pelakunya.

"Hahaha. Ibumu marah nak." celoteh nya dengan nada mengejek. Dua jari tangan tertunjuk mencimingkan muka pada wajah perempuan berdiri tak jauh dari posisi berjongkok membentuk pistol seakan hendak menembak wajah kesalnya.

Cup

"Ngeledek lagi." dengus Diana membuang muka. "Kau kenapa sih teriak teriak gak jelas, bahkan celotehanmu lebih keras dari teriakan bayi." omel menghentakkan kakinya  setengah berbisik.

Tidak mau jika pertengkaran kecil dilihat langsung oleh putranya, bagaimanapun di usia 4 jalan lima bulan bayi bisa menangkap isi pembicaraan orang dewasa ia hanya bisa menahan rasa jengkel nya.

"Emang bisa bayi berteriak."sahut Andre.

Padahal hal itu tertuju pada ibu dari anaknya.

Meremas jari jemari tangan, rasanya ingin sekali meninju wajah menyebalkan pria itu. "Mau anda apa sih, kemarin kamu nipu aku dengan pura pura sekarat, terus gue jadi korban istri dadakanmu." jelas Diana panjang kali lebar.

Sedangkan Andre sendiri hanya manggut manggut. Pria itu selalu saja buat darah mendidih. "Lihat bundamu nak, galak banget, nakutin." celetuk nya bergidik ngeri.

"Eh, anda pikir aku ini apa? hantu." kata Diana berdecak pinggang.

Klik

Menjelentikkan tiga jarinya. "Betul."

'Lama lama gue bisa gila ngadepin orang modelan kayak gini.' batin Diana menghela nafasnya berat.

"Mau lo apa?" to the point.

Menyangga dagu. "Bentar aku tanya dulu sama baby junior." beralih menatap sang putra yang terlihat senang akan kehadiran papanya.

Haisss...

Diana masuk ke dalam rumah namun langkahnya terhenti.

"Hai bunda."  panggil Andre.

Menoleh. "Apalagi."

Pria itu tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya. "Kering nih tenggorokan aku." basa basi nya.

'Bilang aja minta buatin minum.' batin Diana. "Tunggu bentar." ujar nya berjalan ke arah dapur untuk membuatkan sesuatu.

"Sekalian sama roti sama isi coklat keju ya." pinta nya berteriak.

"Ck. Ngelunjak banget nih orang, dikira ini cafe apa. Teh nya abis lagi." gerutu Diana berjinjit membuka pintu rak penyimpanan teh.

Dari belakang sebuah tangan besar memeluk pinggang nya.

"Eh." kaget Diana berbalik badan menatap tajam siapa pelaku nya.

"Kenapa, aku berhak kan peluk pacar halal ku." santai Andre kedua tangan terulur kedepan.

Diana tidak memperdulikan soal itu melainkan ia teringat putranya ditinggal sendirian diluar.

"Ada mantan suamimu tuh diluar. Sama Juno." kata Andre mengikis kekhawatiran.

"Mas David." gumam nya tersenyum.

"Sekarang aku ini suamimu. Kamu malah panggil lelaki lain." tukas Andre duduk bersilang diatas meja cemberut.

Satu minggu yang lalu Diana untuk pertama kali ia datang ke rumah mantan kekasihnya, lebih tepatnya karna khawatir mendengar Andre sekarat.

Tentu didalamnya ada sebuah rencana dari para sahabatnya, dan banyak drama.

Pada akhirnya ia tak sengaja berucap janji, jika Andre sehat seperti semula ia akan melakukan apapun.

"Ndre lo kenapa."

"Sepertinya sebentar lagi aku mau pergi deh, sakit banget rasanya."

"Lo apaan sih ngomongnya ngawur gitu, emang lo mau pergi kemana."

"Ke tempat lebih indah."

"Nggak. Lo gak boleh pergi, Putra Anandra dia membutuhkan sosok ayah, gue mohon jangan pergi, gue janji akan lakuin apapun asalkan lo tetap disini."

"Hmm... benarkah."

Mengangguk. "Iya. Setidaknya lo jelasin dulu alasan dulu lo pergi ninggalin gue bertahun tahun."

Tersenyum lega akhirnya rencana berhasil, meskipun harus berpura pura sakit. "Menikahlah denganku."

Pernikahan pun terjadi saat itu juga, satu minggu sebelum Andre mendatangi kediaman Diana, hatinya berkecamuk begitu meringankan wanita yang sangat ia cintai.

...

BERSAMBUNG

IPAR KEMATIAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang