Selamat membaca!
⋆.ೃ࿔*:・
3 minggu menjelang pernikahan nya. Mingyu lagi-lagi diuji dengan Irena yang menghilang beberapa hari ini. Gadis itu bahkan tidak membalas pesan sama sekali.
Disatu sisi Mingyu juga masih disibukkan dengan pekerjaannya. Ia tak mungkin mengambil cuti lagi setelah mengambil cuti kemarin, alhasil lelaki itu cukup uring-uringan karena Irena seakan mengujinya disaat pernikahan keduanya akan dilangsungkan.
"Mas, Bunda kemarin sudah hubungin pihak Irena mengenai baju seragam. Mereka bilangnya kalau bajunya sudah sampai, terus untuk souvenir sudah di antar kerumah kita. Untuk undangan bunda udah bagiin setengah sayang."ujar Ibunda mingyu yang kini terhubung pada panggilan telepon
"Makasih ya bunda, maaf kalau aku masih belum bisa bantu hari ini. Abis kerja aku kerumah nanti." ujar Mingyu
"Hari ini tidur disini ya mas. Kita bahas hal-hal lain yang harus dibahas, kayaknya banyak yang harus kita bicarakan dulu karena hari-h sudah dekat."
"Iya bun. Nanti aku kabarin kalau sudah selesai kerja ya. Aku tutup ya bun, Assalamualaikum."
Setelah ibunya mengucapkan salam Mingyu pun mematikan sambungan telepon tersebut. Baik ia maupun kedua orangtuanya pasti memiliki kegundahan yang sama. Disaat kedua orangtuanya mempersiapkan pernikahannya, kedua orangtua Irena seakan terima beres bahkan tampak acuh dengan acara tersebut. Acara yang harusnya dilakukan di tempat pihak wanita pun malah dilakukan di gedung dekat rumah Mingyu. Orangtua Irena seakan menyerahkan semuanya kepada orangtua Mingyu, bahkan tak perduli dengan keriwehan yang terjadi. Keduanya tetap diam dan tak pernah mempertanyakan bagaimana progess kelangsungan persiapan acara.
"Ren, aku capek banget sebenernya. Tapi rasanya kok capeknya gak hilang-hilang ya." Gumam mingyu seraya menatap walpaper hapenya. Dimana fotonya dan Irena disaat awal jadian menjadi locksreen yang ia gunakan.
⋆.ೃ࿔*:・
Besok harinya Mingyu dikejutkan dengan pesan singkat dari Irena setelah beberapa hari sempat hilang kabar. Gadis itu mengirimkan pesan singkat disaat ia tengah bekerja.
"Ming. Aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu. Aku di bandung sekarang, Kita bisa ketemu di cafe dekat kantor kamu gak?"
Mingyu segera membalas pesan Irena untuk mengiyakan ajakan gadis itu, setelah menyepakati waktu pertemuan mereka. Sore harinya Mingyu pun menuju cafe tempat mereka janjian. Mingyu izin pulang lebih cepat pada komandannya. Walaupun sebenarnya Mingyu merasa tidak enak namun hatinya seakan tak tenang. Kedatangan gadis itu tiba-tiba seakan membuatnya takut.
Setelah sampai di cafe tersebut, Mingyu pun menuju salah satu meja. Suasana cafe tampak lenggang hanya ada beberapa karyawan dan pengunjung yang singgah. Ia sampai lebih dulu dari Irena. Baru saja berniat mengabari gadis tersebut, sosok cantik yang ia tunggu pun berjalan melangkah ke arahnya.
Gadis dengan dress biru muda itu tampak mengenakan masker, ia melangkah ke arah Mingyu yang tampak tegang menantinya.
"Hai, kamu udah lama sampainya?" sapa Irena seraya mendudukkan badannya bersebrangan kursi dengan Mingyu
"Nope, aku baru sampai kok. Kamu kok gak bilang-bilang kalau di bandung? Kamu sampainya kapan?" tanya Mingyu
Irena terdiam, raut wajah hangat yang ia tampilkan tadi berubah menjadi sendu. Gadis itu menatap Mingyu yang tampak sumringah menatapnya, seakan hilang kabar beberapa hari ini terlupakan oleh Mingyu. Lelaki itu kepalang senang melihat pujaan hatinya kini duduk didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Choice
RomanceHidup Mingyu yang tenang seketika runtuh ketika Irena memutuskan membatalkan pernikahan mereka yang sudah didepan mata. Mingyu jelas kalut dan kecewa. Disisi lain, Livia yang sudah bersahabat dengannya selama 20 tahun ternyata memendam rasa tanpa ia...