chapter 6.

12.7K 295 10
                                    

Grace sekarang tengah dalam perjalanan menuju kantor suaminya. Seperti kemarin, suaminya memintanya untuk kekantornya untuk mengantarkan makan siang. Grace pun dengan senang hati menurut.

Begitu sampai, Grace segera masuk lift dan memasuki ruangan suaminya. Sebelumnya Richo memang meminta Grace untuk langsung masuk ke ruangannya saja tanpa menunggu dirinya. Richo bilang dirinya akan meeting dan selesai pada jam makan siang.

Tak lama, Richo memasuki ruangannya. Kemudian segera memeluk tubuh Grace.

"Laper?" Tanya Grace sambil mengelus rambut Richo.

"Tidur dulu bentar ya yang"

Grace mengubah posisinya menjadi duduk bersandar sementara kakinya ia selonjorkan. Membiarkan Richo tertidur di dadanya, sementara Grace bermain dengan ponselnya.

Jam 13:30

Richo terbangun dari tidurnya, Grace yang melihatnya pun tersenyum.

"Makan yu, pasti capek banget abis meeting" ucap Grace, kemudian Richo bangun dan mengambil air minumnya.

Setelah selesai makan siang, Richo dengan posesif memeluk Grace kembali dengan erat.

"Abis bahas apa sih mas? Kok kaya cape banget." Tanya Grace.

"Banyak, salah satunya bahas mecatnya Sekar" jawabnya malas.

"Serius dipecat?" Tanya Grace tak percaya.

"Serius yang, dia ketauan buang kondom di tempat sampah lobby, alhasil banyak yang liat. Banyak juga yang komplain karena risih dan nganggep kantor ini kotor".

"Bagus deh" ucap Grace.

Tak lama, terdengar ponsel milik Grace berdering. Tertera nama Bunga disana. Grace sekolah menatap wajah suaminya yang juga sedang menatap ponsel Grace.

"Siapa?" Tanya Richo.

"Bunga, adik tiri aku"

Tangan Grace bergerak mengambil ponselnya. Dengan malas, ia mengangkat panggilan teleponnya.

"Hal-" ucap Grace terpotong.

"Kak, aku pulang. Aku numpang di rumah kakak ya, makasih" ujar Bunga diseberang sana.

Kemudian panggilan berhenti, Grace menatap tidak enak pada Richo.

"Gak papa, mas tau kok"

"Mas tau kan, sifat bunga gimana?" Tanya Grace.

"Iya sayang mas tau, kalo perlu pun mas carikan tempat tinggal buat Bunga."

"Jangan mas, Bunga kalo dibaikin takutnya kenapa-kenapa. Aku kakaknya, dan aku lebih hafal sama sifatnya" ujar Grace.

Richo hanya mengangguk, ia juga paham bagaimana Bunga itu.

Pikirannya terbayang dengan masa lalu Richo. Saat pertama kali Richo bertemu dengan Grace. Saat itu Grace tengah ulang tahun ke 10 tahun. Dan saat itu Richo masih berusia 19 tahun.

Saat acara dimulai, Grace kecil tampil dengan gaun ungu yang terkesan lucu untuknya. Berbeda dengan Grace, adik tirinya yang tak lain adalah Bunga, ia mengenakan gaun pink serta hiasan rambut yang lebih ramai dari Grace. Seakan-akan dialah yang ulangtahun.

Dari sinilah, Richo mulai mengagumi Grace. Ia sangat mengagumi kesederhanaan Grace. Grace bukan tipe wanita yang harus ini itu. Tapi Grace adalah tipe wanita yang seadanya. Ia bisa menerima sesuatu walaupun dirinya tidak suka.

Sifatnya juga sangat berbanding terbalik dengan adik tirinya.

Bunga dan Grace selisih satu tahun. Ibu Grace menemuka Bunga yang sendirian tepat di dalam sebuah kardus. Dengan kertas yang tertera tulisan Bungaya Arditha yang tak lain adalah namanya. Saat itu Grace masih satu tahun, dan mau tak mau ia harus menerima seorang adik saat umurnya yang masih balita.

Little Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang