14| Kelopak Pertama

196 52 8
                                    

Kaylo merasakan gejolak emosi yang tidak terkendali. Semua perasaan negatif seperti memenuhi benak dan pikirannya. Perasaan-perasaan yang belum pernah dia rasakan.

Tidak tahu apa yang terjadi, tidak mengerti kenapa bisa begini— hanya ada kebingungan.

"Ella! Ella, tolong bangun." Kaylo berusaha membangunkan Ella, tapi dia sendiri tahu kalau itu tidak mungkin. "Ella ..."

Tubuh Ella sudah tak bergerak, tanda-tanda kehidupan telah menghilang. Kematian sudah dipastikan.

"Ella, jangan tinggalkan aku ..."

Isi kepala Kaylo seperti sesak, penuh dengan kenangan bersama Ella. Sekalipun cuma tiga hari, tapi sudah cukup mengalahkan ingatan ribuan tahun.

Tiga hari itu— tiga hari yang istimewa, dia mendapatkan hal yang sangat penting baginya, dan itu adalah perasaan.

Senyum Ella, suara tawanya, tingkah usil yang dia lakukan seakan mengendap di otak Kaylo.

Tubuh Kaylo kehilangan tenaga, dadanya sakit seperti dihujam benda tajam berkali-kali. Dia jatuh dengan masih memeluk raga Ella. Ini seperti tidak mungkin terjadi. Beberapa menit yang lalu, Nona penyihir itu masih hidup. Lantas, kenapa tanda-tanda kehidupannya telah tiada sekarang?

Tiba-tiba, aroma darah tercium. Aroma menyengat yang mengingatkan Kaylo akan seseorang.

Pria alien itu menoleh cepat, melihat sekelilingnya yang perlahan dipenuhi oleh kabut hitam. Otot di sekujur tubuh menegang, kepala ingin pecah, perasaan aneh tumbuh dalam benaknya— dan itu adalah amarah.

Dalam sekejap, dia berteleportasi, menghilang dari sisi Ella, muncul di sekumpulan kabut paling tebal— lalu menendang udara di sekitar kabut itu.

"ARGH!" Suara kesakitan terdengar diikuti oleh kemunculan Regina dari angin yang berhembus.

Perut wanita penyihir itu seakan kena tendang kaki Kaylo. Tubuhnya jatuh tersungkur di atas tanah rerumputan basah. Hanya satu hantaman saja, dia merasa organ dalamnya hancur.

Darah segar mengalir keluar dari bibir wanita penyihir itu. Keningnya mengerut. Dia panik, kaget, bingung serta ketakutan melihat Kaylo yang melangkah mendekati.

Dia bertanya, "ba-bagaimana kamu bisa menendangku dalam wujud kabut!?"

"Kamu mungkin bisa menghilangkan keberadaanmu, tapi bau darahmu tetap tercium, Makhluk Lemah."

"Tapi kemarin saja kamu tidak berdaya melawanku!"

"Tidak berdaya? Kamu pikir siapa aku? Aku bukan tidak berdaya— aku hanya tidak peduli padamu."

Regina bergidik sekujur tubuh. Sekalipun dia ingin berdiri, tapi raganya terlalu ketakutan sehingga tak bisa menggerakkan satu ujung jari pun. "Tu-Tunggu, aku ke sini untuk—"

Belum selesai bicara, Kaylo keburu menghilang, berteleportasi lagi, kurang dari sedetik sudah ada di depan muka Regina.

Napas Regina tersentak. "A-Apa!"

Kaylo mencengkram kepala wanita penyihir itu. Sorot matanya dingin mematikan, menanggung kesedihan mendalam. Dia hendak menghantamkan kepala Regina ke tanah.

"Tu-tunggu sebentar!" teriak Regina yang panik bukan main. Entah mengapa, saat kepalanya dicengkram, dia tak bisa menggunakan sihir. "Bukan aku yang mengutuk wanita itu! Aku kemari karena aku tahu dia meninggal dunia, jadi aku ingin membantumu! Percayalah! Aku— aku bukan musuhmu!"

Tetapi, tatapan mata Kaylo sangat mengerikan sampai membuat penyihir berdarah murni sepertinya tak sanggup bergerak.

Kaylo mengatakan, "aku tidak perlu tahu siapa yang mengutuk Ella, aku cukup akan membunuh setiap penyihir yang ada di dunia ini."

Nona Penyihir & Tuan AlienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang