HUJAN?

143 85 29
                                    

Hujan begitu deras, sama seperti perasaanku, air mataku turun bersama hujan, kali ini aku membiarkan diriku pulang mengendarai motor hujan-hujanan, mungkin tuhan pun tahu kali ini aku membutuhkan ketenangan.

Tak lama aku sampai dihalaman rumah ber-pas-pasan dengan motor yang dikendarai kakak, tanpa sapa aku segera mengetuk pintu untuk masuk. Ibu membukakan pintu, ku pikir ia khawatir anak perempuannya bermain hujan.

“Kakak kamu kenapa hujan-hujanan, kan ibu udah nyimpen jas hujan di tas kamu, kok ga dipake? Tanya ibu khawatir.

“Aku gapapa kok bu, nanggung tadi hujannya baru deras pas hampir sampe rumah” lanjutnya.

“Bu?” tanyaku, aku seperti tak terlihat oleh mereka.

Ibu menoleh, namun ibu tak mengatakan apapun.

“Aku kira ibu bakal khawatir” pikirku.

“Bentar ya, ibu bawa-in handuk dulu” Jawabnya.

Mendengar perkataan ibu membuatku sangat senang, ternyata ibu sudah sayang sama aku.

Tak menunggu waktu lama, ibu kembali ke halaman rumah, hatiku kembali sakit, ibu hanya membawa 1 handuk dan memakai kan handuk itu ke kakak.

“Ayo kak masuk” ujar Ibu menggandeng tangan kaka untuk masuk ke dalam rumah.

Deg. Air mataku lagi dan lagi kembali turun, namun aku menghapusnya segera.

“Sabar Tasya, ini kan udah biasa kok kamu nangis lagi” gumamku.

Aku masuk ke dalam rumah segera mengganti baju dan pergi kedapur untuk membuat air hangat.
Lagi dan lagi aku menyaksikan keharmonisan dirumah, aku melihat kaka dan papa sedang duduk diruang tamu bercanda tawa.

Aku tersenyum tipis, aku tak mau menyaksikan luka lagi, setelah air hangat selesai aku membawa makan dan langsung bergegas masuk ke dalam kamar.

Setelah selesai, hujan masih begitu deras, aku duduk di meja belajar dan aku mengambil satu buku diary, untuk menulis disana.

“Tuhan Tasya cape, bolehkah bawa Tasya pulang? Tasya gapunya siapa- siapa lagi disini, temen-temen yang tasya kira baik ternyata salah. Tuhan sekali saja, bolehkah Tasya ngerasain apa yang kaka rasain? Tasya pengen di sayang juga kaya kakak, sekali aja, setelah itu ajak Tasya pulang untuk ketemu nenek”

Aku menangis sejadi-jadinya, hari demi hari air mataku terus menerus turun, ingin sekali saja rasanya satu hari tanpa adanya air mata, aku menghapus rasa sedihku aku mulai tidur.

***

Di pagi yang cerah, aku segera bergegas untuk berangkat sekolah, menyiapkan semua peralatan, aku bergumam pada diriku sendiri.

Apapun yang terjadi, ku mohon jangan menangis lagi yaa
Aku turun ke bawah untuk sarapan, hari ini Cuma ada Ibu dan Papah dimeja makan.

“Kakak kemana?” Tanyaku.

“Ke luar kota, beresin skripsi” Ujar Ibu.

“Alhamdulillah” Jawabku, membuat semua orng kaget.

“Kenapa alhamdulilah?” tanya Ibu ketus.

“eh eng-ga bu” jawabku.

Aku berangkat ke sekolah, hari ini cuaca begitu cerah, aku mengendarai motorku dengan menikmati sekitar jalan.

Setelah sampai di sekolah, aku menatap pintu kelas, jangtungku mulai tak karuan, untuk kali ini aku gamau adanya tangis yang keluar.

“asalamualaikum” gumamku.

“Waalaikumsalam” jawab mereka.

“Tasy?” Tanya Dinda.

Aku tak mengubris pertanyaannya, kali ini aku akan bersikap seperti semula. Kebetulan  guru pelajaran masuk dengan tepat waktu, aku langsung duduk di sebelah Indri, sendari tadi ia terus mengajak ngobrol namun aku tak ingin mendengarnya.

RUMAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang