terror

131 91 84
                                    

Setelah melewati waktu yang begitu panjang, aku memutuskan untuk pulang karena hari sudah begitu malam. Suasana Bandung kali ini begitu dingin ditemani dengan alunan musik disetiap sudut jalan.

"Ca, Dika pernah di culik di kota ini tau" Ujar Dika.

"Hah kok bisa??"

"Jadi kan waktu umur 6 tahun, Dika lagi main mobil disana, terus ada badut, Dika diajak pergi tau tau badut itu nelpon seseorang buat cari cara masukin Dika ke mobil"

"Hah terus gimana??"

"Dika teriak minta tolong, Badut itu ngancem Dika dengan bawa senjata tajem, untungnya ada orang yang liat langsung nyelametin"

"Syukurlah, untung ga di apa-apain"

Dika tertawa "Kalo aku di apa-apain terus yang ada di depan kamu siapa? jin?" ledeknya.

"Ihh bukan gitu juga Dikaa"

"Hahaha, iya iyaa tapi sampai sekarang Dika jadi takut sama badut"

"Yeuu, tubuh kekar ginii takut sama badut" Ledekku.

"Ihh gausah ngeledek, trauma tau" ujarnya langsung dibalas tertawa.

Sesampainya di rumah, aku langsung terdiam, sudut rumah yang begitu sepi tanpa ada satu orangpun disana.

Namun aku melihat di depan meja halaman luar, ada satu buku diary yang aku rasa bukan punyaku.

Aku mengambil buku Diary itu, dan aku melihat ternyata bertulis "Diary Ibu" aku menatapnya heran, sejak kapan ibu menyukai menulis? karena aku rasa ibu begitu sibuk dengan pekerjaannya hingga tak pernah ada waktu untuk membuat Diary.

Namun aku menepis rasa itu, aku mengambilnya dan melihat isi di dalamnya yang membuat aku begitu terkejut dengan tulisan menggunakan pena berwarna merah.

" NYAWA DIBALAS DENGAN NYAWA
DENDAM INI AKAN TERUS ADA SAMPAI KALIAN SEMUA MATI!!!"

Tubuhku kembali mematung, aku ketakutan, perbuatan siapa ini? Ibu? ibu dendam kepada siapa?? aneh bener bener janggal, tulisannya pun tak aku kenali sama sekali.

Aku buru buru masuk kedalam dengan ketakutan, aku segera menghubungi Dika karena aku bingung harus meminta pertolongan kepada siapa lagi.

Dika menenangiku hingga membuat aku kembali tenang.

"Udah Caa, jangan terlalu dipikirin, mungkin hanya ancaman doang, nanti kalo ibu udah pulang coba kamu jangan cerita dulu, tunggu sampai semua udah tenang buat minta ibu ngejelasin semuanya"

Ucapan Dika ada benarnya, karena aku tau sebulan kebelakang ini ibu gapernah pulang sama sekali, karena alasannya lagi ada masalah dikantor, aku takut karena ini justru ngebuat masalah makin besar.

Aku tak memikirkan itu lagi, aku mengakhiri telpon dan langsung pergi untuk tidur.

***

Keesokan harinya.

Cuaca begitu cerah, hingga membuatku semangat untuk pergi bersekolah, aku tak ingin menghabiskan hari dengan tangisan lagi.

Aku turun kebawah dan aku melihat

Dika menjemputku untuk pergi sekolah bareng

"Udah lama disini?" Tanyaku di depan pintu.

"Baru sampe, ayo naik cantikk" Ujarnya membuatku tersipu malu.

RUMAH?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang