7. Ada Sedikit Perubahan

628 49 9
                                    

"Tolong atur keberangkatan ku pagi besok," ujar Haruto yang memerintahkan Jihoon untuk segera mengatur keberangkatannya pagi besok.

"Berangkat? Memangnya kau mau pergi ke mana?" tanya Jihoon yang masih sibuk dengan ponsel ditangannya.

"Kau tak tahu? Mr. akan berpulang ke rumah awalnya." sahut Jaehyuk yang melepaskan pena dari mulutnya.

Karena, tadi Jaehyuk dan Yoshi sedang mengatur strategi untuk menyusup ke rumah lawan. Sebab tepat pada pukul 2 subuh nanti, Jaehyuk dan Yoshi akan keluar.

Junghwan?

Saat ini si bungsu itu sedang sibuk memantau CCTV yang ada di seluruh ruangan, ralat! Sebenarnya sedari tadi Junghwan hanya mengawasi Junkyu yang berada di kamarnya. Sesekali Junghwan terkekeh saat melihat baju besar itu terbuka sedikit dan berhasil memperlihatkan bagian paha Junkyu yang putih.

"Kau ikut dengan ku?" tanya Haruto kepada Jeongwoo, yang sedari tadi membaringkan diri di sofa panjang ruangan sambil menutup matanya, akan tetapi telinganya masih mendengar apa yang direncanakan oleh rekannya.

"Untuk apa?" tanya Jeongwoo balik.

"Untuk menemani Junkyu di sana, jika aku sedang keluar." jawab Haruto.

"Kenapa harus aku? Kau suruh saja yang lain!" ujar Jeongwoo tak terima.

"Yang lain sudah mempunyai pekerjaan masing-masing," jawab Haruto lelah. "Coba kau buka mata, lihat siapa yang tak mempunyai pekerjaan sekarang!"

"Aku tak ingin ikut serta dalam hal ini," Jeongwoo bangun dari rebahannya. "Kau tahu sendiri jika aku tak pandai dalam hal mengatur strategi, aku tak pandai dalam hal melukai seseorang, apalagi membunuh. Bagaimana bisa aku ikut menyusup dengan mereka?"

Haruto mengutuk dirinya yang pelupa, dia lupa jika saudaranya itu tak pandai melakukan apa pun dalam hal kelicikan. Bukan karena hatinya yang tulus, akan tetapi ada kesan trauma mendalam di dalam dirinya hingga membuat Jeongwoo tidak berani ikut serta lagi setelah kejadian tersebut.

"Maka dari itu, aku memerintahkan mu untuk ikut dengan ku ke rumah awal. Agar kau tak turun bekerja keluar." ujar Haruto lagi. "Pesan 3 tiket, untuk ku dan Junkyu, serta Jeongwoo."

"Kalau Jeongwoo tak bisa ikut dengan mu, aku bisa menggantikannya." ujar Junghwan menawarkan diri, semua atensi rekannya itu lantas mengarah padanya dengan tatapan sinis.

Jihoon terkekeh pelan sambil melemparkan kertas yang tadi dia gumpal. "Kau urus saja CCTV mu itu! Tak perlu ikut campur urusan lain."

"Saat aku keluar bersama Yoshi, aku harap kau bisa mengurus rumah ini sendiri. Masih ada Felix Lee jika kau memerlukan bantuan." ujar Jaehyuk.

"Jihoon?" tanya Junghwan. "Apa Jihoon ikut dengan mu?" tanyanya kepada Haruto.

"Dia tidak akan pergi ke mana-mana, dia akan menjagamu di sini. Karena belum tentu semua pekerjaan mu benar. Kau masih kecil, masih perlu arahan dari yang tertua." jawab Haruto yang membuat beberapa anak di dalam sana mentertawakan Junghwan.

Dia hanya tidak tahu jika aku bisa saja membunuhnya saat aku ingin. Batin Junghwan geram.

"Akan ku serahkan semuanya pada mu," ujar Haruto kepada Yoshi sambil menepuk pelan punggung Yoshi.

.

.

.

"Apa-apaan?!" kesal Junkyu sambil melemparkan remote TV. "Kenapa semua serial di televisi ini tidak ada yang bagus?"

Junkyu kesal, lelah, bosan, dan marah karena tidak bisa melakukan apa-apa di kamar itu. Sebenarnya semua isi ada di dalam, seperti lemari pendingin, pemanas makanan, televisi, bahkan kamarnya yang luas itu hampir dijadikan dapur oleh Haruto. Agar Junkyu bisa melakukan apa pun di sana. Tapi, tetap saja. Junkyu merindukan suasana di luar rumah.

"Itu karena kau tak bisa menggunakannya." sahut Haruto yang baru masuk, dan menghampiri Junkyu di atas ranjang setelah menutup pintu itu kembali.

"Aku? Jika aku tak bisa, televisi ini tak akan menyala!" jawab Junkyu tak terima karena sudah disalahkan.

"Tumben sekali kau belum tidur, dan apa ini-" kalimat Haruto menggantung saat melihat banyaknya bungkus snack di samping ranjangnya. "Kau? Menghabiskan semua ini?"

Junkyu mengangguk kaku, "Kenapa? Apa aku tidak boleh memakannya?" tanya Junkyu dengan wajah polosnya.

"Bukan seperti itu, hanya saja-ah sudahlah, lupakan!" jawab Haruto.

Junkyu memicingkan matanya curiga saat Haruto tak menyelesaikan kalimatnya. "Kau terlihat mencurigakan, apa aku harus memeriksakan diri ke dokter?"

"Silahkan, aku tak melarangnya." sahut Haruto santai. "Em, begini-"

Junkyu hanya diam, menunggu orang di sampingnya untuk melanjutkan kalimatnya. Junkyu juga tidak tahu, sejak kapan dia mulai bisa mengontrol emosinya jika dihadapkan dengan Mr. itu.

"Besok pagi, aku akan mengajak mu pulang. Jadi, kemasi barang-barang mu malam ini. Jika besok kau terlambat, maka aku akan membatalkannya." jelas Haruto.

Junkyu membelalakan mata saat mendengar penjelasan Haruto.

"Mengajak ku?" tanya Junkyu tak percaya.

Haruto mengangguk dengan senyum tipis.

"Pulang?" tanya Junkyu lagi dan Haruto mengangguk lagi.

"Ke rumah ku?!" cerewetnya hingga membuat tawa di bibir Haruto itu pecah.

"Tapi, apa yang akan aku kemasi? Bukankah aku datang ke sini dengan tangan kosong?" bingung Junkyu.

"Tak perlu banyak tanya, segera kemasi barang mu atau aku akan meninggalkan mu di sini." titah Haruto yang beranjak dari ranjang tersebut, Haruto berniat keluar dari sana.

"Em, Haru!" Panggil Junkyu yang membuat Haruto berbalik ke arahnya kembali. Karena melihat Haruto diam, Junkyu memberanikan diri untuk mendekati lelaki dingin itu. "A-apa aku akan di-dibawa pulang ke rumah i-ini lagi nan-nanti?"

Haruto mengangguk. "Kita tidak pulang ke sana, lebih tepatnya kita berkunjung. Mungkin kita akan menginap beberapa hari, atau 1 Minggu."

Junkyu memikirkan alasannya, tapi dia tak bisa apa-apa karena Mr. itu yang terlalu mengingkatnya dengan kuat. Junkyu hanya bisa meulas senyum tipis, dan mengangguk seolah dirinya begitu senang. Walaupun masih ada yang mengganjal karena alasan semua ini belum dia temukan.

Sret!

Tubuh Junkyu ditarik Haruto agar lebih mendekat padanya. "Kita akan sering berkunjung ke sana, tapi untuk membiarkan mu pulang dan berdiam diri di sana sendiri. Aku tidak akan melakukan itu."

"Tapi, apa alasan kau melakukan ini semua?" tanya Junkyu. "Kenapa kita-bukan! Maksud ku, aku dan kamu. Kita tidak saling kenal, lalu kenapa kau mengurung ku seolah kau pernah kehilangan ku?"

Haruto terdiam, pertanyaan Junkyu seolah ingin membocorkan semua rahasia yang dia pendam bertahun-tahun ini.

"Aku berjanji padamu, akan aku ceritakan semuanya padamu saat usia mu sudah tepat 20thn." jawab Haruto sambil mengusap surai si manis, lalu kakinya melangkah keluar dari kamar tersebut.

Junkyu terdiam, dirinya kembali duduk dengan pikirannya yang bergelud di sana. Junkyu berusaha memikirkan, apa rencana Tuhan kedepannya hingga mempertemukan dirinya dengan Haruto di sini. Junkyu bersemangat untuk menyambut usianya 20thn nanti, hanya memerlukan waktu 1 tahun lagi untuknya.

Love Story (HARUKYU) HIATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang