“Jika keberadaanku tidak dihargai, mungkin pergi akan menyadarkanmu suatu hari nanti.”
Hari baru yang sendu bagi Shazea. Selama mengikuti jam pelajaran pertama hingga jam istirahat, dia lebih banyak diam dan menjadi irit bicara.
Teman sebangkunya merasakan perubahan Shazea, beberapa kali diajak ngobrol pun dia hanya menjawab seperlunya.
“Zea, lo sakit? Mau gue temenin lo ke UKS?” Flora merasa kesepian dengan sikap temannya, dia sudah berusaha membuat lelucon, akan tetapi Shazea benar-benar tidak bereaksi seperti biasanya.
Suasana kelas cukup sepi, sebagian dari mereka ada yang pergi ke Kantin dan Perpustakaan. Sedangkan, Shazea memilih untuk di kelas saja, menyumpal telinganya dengan earphone dan menatap kosong ke luar jendela.
“Gue baik-baik aja, Flo. Udah waktunya istirahat, mending lo ke Kantin buat makan siang, jangan khawatirin gue, ya.” Shazea mengulas senyum. Namun, Flora bisa tahu temannya sedang menyembunyikan sesuatu.
Ingin memberikan banyak waktu agar Shazea bisa menenangkan diri, Flora pun akhirnya pergi ke Kantin tanpa Shazea. Dia berpamitan kemudian keluar kelas.
Di kantin, Flora membeli makanan dan jus favoritnya. Setelah selesai, dia kembali ke Kelas. Ketika berjalan di koridor, Flora berpapasan dengan Daren yang baru selesai bermain basket, badannya basah oleh keringat. Bukan hanya dia, tetapi ada temannya juga.
“Mau ke mana, lo?” tanya Daren menghentikan langkah Flora.
“Bukan urusan lo!” jawabnya ketus, Flora bersidekap dada. Mendapat respon bingung dari Daren yang bertanya kepada temannya dengan mengedikkan dagu, mereka hanya menggelengkan kepala karena tidak tahu.
“Gue punya salah apa? Kenapa lo sensi banget sama gue?” tanya Daren menyelidik. Jika dipikir-pikir dia tidak mempunyai masalah dengan Flora.
“Bukan sama gue, tapi Zea. Lo udah apain dia, hah?!” Meskipun tidak mengetahui pasti biduk permasalahannya, akan tetapi insting Flora mengatakan jika Daren adalah penyebab di balik diamnya Shazea.
“Emang Shazea kenapa, Flo? Buruan kasih tau gue!” Daren langsung terpikir tentang kejadian semalam, dia berhutang banyak penjelasan kepada orang yang selalu ada untuknya tersebut.
“Gak tau, ah. Minggir!” Flora pergi begitu saja. Meninggalkan Daren yang dihinggapi banyak pertanyaan di kepalanya. Dia hendak pergi melihat keadaan Shazea di kelasnya, akan tetapi kedua temannya mengingatkan jika jam istirahat sudah habis.
“Mending kita buruan ke kelas, bentar lagi guru fisika masuk.” Perkataan temannya membuat Daren menjadi urung pergi, dia harus bisa menahan keinginannya sampai jam pulang sekolah.
Daren hanya bisa menghela napas panjang. Kemudian, mengayun langkah menuju ke ruang kelas 12B. Sementara itu, Shazea berada di kelas 12A.
Waktu seakan berjalan lambat, berulang kali melihat jam di pergelangan tangan, Daren menjadi gusar dengan ucapan Flora. Merutuk di dalam hati, dia terus menyalahkan dirinya sendiri.
Saat yang ditunggu akhirnya tiba. Bunyi bel yang menandakan waktunya pulang berdering, mengakhiri kegiatan belajar dan mengajar. Guru mata pelajaran memberikan tugas, kemudian berpamitan keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utuh tapi Runtuh
Teen FictionShazea tertawa miris, "Selamat atas kebahagiaan lo, Ren. Akhirnya, hati lo kembali utuh, tapi sekaligus hati gue ikut runtuh." *** Kedalaman cintamu hari ini adalah kedalaman lukamu di kemudian hari. Mencintai orang yang belum selesai dengan masa l...