7. Nostalgia dengan Luka

12 3 2
                                    

"Meski sudah berdarah-darah, tetapi perihal kamu, aku enggan sudah. Apakah ini cinta atau kebodohan belaka?”

“Pak Jono!” panggil Shazea dengan sedikit berteriak, pasalnya orang yang dimaksud tidak berada di pos.

Tidak berapa lama, satpam yang mengenakan seragam hitam berlari dari arah samping rumah. Kemudian, dia segera menghampiri Shazea dan membuka kunci gerbang.

“Eh, Non Zea. Maaf, tadi saya kebelet,” jelasnya seraya mempersilakan perempuan dengan pakaian casual tersebut masuk.

“Oh, gitu. Iya, gak apa-apa, Pak.” Shazea melewatinya. “Aku masuk dulu, Pak.”

“Monggo, Neng.” Jono kembali memasang gembok pada gerbang.

Shazea mengayun kaki masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci. Begitu sudah di dalam, dia mendapati kedua orang tuanya berada di ruang keluarga.

“Papa, Mama.” Shazea berseru riang, dia menghampiri mereka yang sedang nonton tv.

“Eh! Sumpah, aku gak liat apa-apa,” kelakar Shazea seraya menutup mata dengan telapak tangan. Hal tersebut mengundang tawa dari mereka.

“Kamu ini, suka banget godain Mama sama Papa.” Dhena melempar bantal sofa ke arah Shazea. Alih-alih marah, anak satu-satunya tersebut hanya meringis saja.

“Gak di luar, gak di rumah, ketemunya sama pasangan bucin mulu. Besok-besok aku pindah  planet juga nih!” gerutu Shazea seraya duduk di sofa kecil, di samping Mamanya.

Dhena dan Riko tertawa mendengarnya, mereka geleng-geleng seraya menggoda anaknya dengan saling mengeratkan pelukan satu sama lain. Hal tersebut membuat Shazea mencebik.

“Gimana jalan sama Darennya? Kok, pulang-pulang kesel gitu, sih?” tanya Dhena mengubah topik obrolan.

“Tau, ah!” Bahu Shazea merosot, dia menyandarkan punggungnya.

“Paling abis berantem, biasalah Ma, anak muda masih labil,” seloroh Riko diiringi cekikikan dari istrinya.

Shazea tidak membenarkan juga membantahnya, dia hanya menekuk wajahnya seraya gemas sendiri dengan kerandoman orang tuanya. Baginya, mereka adalah pasangan romantis yang selalu bersama dan nyaris tidak pernah ribut perihal rumah tangga. Melihat keharmonisan mereka, membuat Shazea berkeinginan memiliki suami seperti sosok papanya. 

“Bukannya dihibur, inimah anaknya malah diledekin, huh!” Shazea bangkit dari duduknya, kemudian pergi ke kamarnya.

“Pa, udah, Pa, kasian anaknya jadi ngambek.” Dhena mencubit pinggang suaminya agar berhenti menggoda anaknya yang sudah dipastikan mode merajuk tersebut.

Melihat tingkahnya, membuat pasangan yang sudah menikah puluhan tahun tersebut tertawa, mereka selalu merasa bahwa Shazea masihlah putri kecilnya.

Begitu sampai di kamar, Shazea menutup pintu dan tidak lupa menguncinya. Kemudian, menghempaskan badan ke atas kasur yang empuk, dia merenung seraya menatap langit-langit kamar yang berwarna biru.

“Gue kenapa sih? Gue cemburu? Apa mereka balikan, ya? Tapi, kenapa dia gak ngasih tau?” monolognya seraya mengingat kembali momen bersama Daren di danau tadi.

Utuh tapi Runtuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang