2-

109 46 122
                                    

2. her

Suasana kelas yang tadinya ramai beransur sepi menyisakan beberapa siswa yang sedang bersiap. Abel dan Kalea berada di pojok kelas setelah berganti pakaian olahraga. Memilih berganti di kelas alih-alih di kamar mandi.

"Materi nanti apa?"

Abel yang sedang menata baju di kursi menatap ke arah Kalea, temannya itu sedang memakai liptint dengan kaca berbentuk bundar di tangan kirinya.

"Kayaknya voli. Minta dikit," ucap Abel. Mulutnya mengerucut membuat Kalea tertawa kecil.

"Deketan lagi." Ucap Kalea membuat Abel mendekat.

"Kelas digabung sama sebelah, kan? Kelasnya Jeje. Wuih pesona anak band." Kalea berucap dengan matanya yang berbinar.

"Inget pacar Le," sindir Abel membuat Kalea mendengus. "Udah putus kali," jawabnya santai.

"Sus amat hubungan lo. Baru berapa minggu?"

Kalea mengusap jarinya yang terkena liptint ke bibirnya. "Enam apa tujuh ya, lupa gue."

Baru saja Abel hendak menjawab, Arsen dan Mark masuk ke dalam kelas. Arsen yang sudah rapi dengan baju olahraga sedangkan Mark menggunakan kaos hitam sebagai atasan training.

"Buru ditunggu Pak Erwin." Mark berucap sambil mengambil buku absen di meja.

"Mas, kelas sebelah udah di lapangan?" Kalea bertanya pada Arsen. Cowok jangkung itu duduk di tempatnya sambil mengeluarkan botol minum.

"Udah beberapa, ayo cepet."

"Mark! Yang telat nraktir!" Kalea bersorak kemudian berlari kencang membuat Mark, manusia yang paling tidak bisa ditantang segera menyusul.

"Curang lo!" Teriaknya membuat Abel tertawa kecil.

Arsen menoleh ke arah Abel, ia mengulurkan buku absen yang tadi dititipkan. "Tolong, gue mau tali sepatu."

"Oh, sini, Mas."

Abel tertawa kecil melihat Arsen mendengus. Arsen baru-baru ini mendapat panggilan khusus 'Mas' saat mereka bermain di rumah Fadil. Mamah Fadil yang awalnya memanggil Arsen dengan tambahan Mas membuat yang lain ikutan.

Satu lagi, Arsen memang pantas dipanggil Mas. Entahlah,di kacamata Abel sangat pantas tanpa tau alasannya.

"Tapi serius cocok banget ditambah Mas," lanjut Abel. Arsen menarik tubuhnya kemudian berjalan mendahului Abel.

Abel menyusul, dirinya menarik seragam belakang Arsen. "Dih dih ngambek Mas?!"

Arsen tetap berjalan tanpa menoleh ke belakang. Pandangannya mengedar menatap koridor kelas yang mulai sepi. Sekilas saat melewati kelas Mipa 1 dahinya mengernyit tidak suka. Dia melihat, pacarnya Sintia sedang bergurau dengan teman cowok sekelasnya.

"Aww!" Ringisan Abel membuat Arsen spontan menarik pergelangan tangan cewek itu.

"Bel, nggak papa?"

Abel mengusap dahinya kemudian menatap Arsen yang lebih tinggi dari tubuhnya. "Kalo mau stop bilang dong!" Omelnya. Dirinya memilih mendahului Arsen saat melihat Kalea melambai ke arahnya.

Arsen yang melihat Abel pergi dengan hentakan kaki sebal membuatnya terdiam sebentar kemudian berjalan mengikuti.

"Lama banget, Mas. Ciee.. Arsen Abel ada apaan nih?!" Sorakan dari Alang memancing suara godaan dari lapangan.

Kalea tidak mau tertinggal, cewek itu mendorong bahu Alang. "Lagi pdkt Lang."

"Belok ke kantin apa ke taman kalian?" Pak Roni ikut mendekat sambil mengambil buku absen yang disodorkan.

SWEET FEELINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang