03 Fact

1.2K 80 0
                                    

Clarissa memasuki bilik toilet wanita. Satu tetes air mata keluar dari mata yang selalu memancarkan semangat itu, entahlah, rasanya ia sangat sulit menahan tangisnya sekarang. Gadis itu duduk diatas closet setelah sebelumnya menutup closet tersebut. Tangannya menepuk dadanya sendiri seolah berusaha menguatkan dirinya.

"Gapapa ris, gapapa..." Ucapnya lirih pada dirinya sendiri, ia berusaha menguatkan dirinya untuk tidak terus meneteskan air matanya seperti ini.

Kemudian, tangannya bergerak menyikap kemeja hitam yang ia kenakan hingga kini dapat ia lihat sisi kanan perutnya yang membiru. Tendangan yang begitu kuat dari ayahnya pagi ini cukup menyakitkan, mungkin karena itu Clarissa terbawa suasana begitu Legolas mulai menyinggung tentang orang tuanya. Clarissa sudah sangat sering mendapat kekerasan fisik seperti ini dari Joshua, setiap kali Joshua pulang dari luar kota ia pasti akan mencari Clarissa dan menjadikannya samsak saat itu juga.

"Gapapa.. nanti juga sembuh seperti biasanya" gumam Clarissa dengan senyum yang lagi-lagi keluar dari bibir itu meski sebenarnya hatinya sangat hancur saat ini. Bahkan jika air mata tidak mengalir dari matanya, mungkin dunia tidak akan pernah tau sesakit apa kepedihan yang dirasakan gadis manis itu.

"Ayah hanya sedang lelah makanya dia selalu butuh rissa untuk menghilangkan rasa lelahnya... dan olas... dia hanya sedang tidak mau diganggu makanya berkata seperti tadi." Ucap Clarissa panjang berusaha menormalisasikan semuanya.

"Tidak perlu menangis... cengeng sekali aku" ucap Clarissa berusaha menghapus air matanya yang masih saja mau menetes.

"Hiks.. tapi.. sakit. Hatiku sakit.. dadaku sesak..hiks.."

Clarissa menangis cukup lama dibalik bilik toilet itu. Beberapa mahasiswi yang berada di toilet pun mendengar tangisannya, namun mereka tidak mengetahui siapa yang sedang menangis sepilu itu. Hingga beberapa saat Clarissa keluar dari bilik toilet dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci mukanya yang terlihat sangat sembab, suasana di toilet sudah sepi dan tersisa dirinya saja didalam sana. Gadis itu kemudian mengeluarkan kacamata hitam dari totebag nya.

"S-m-i-l-e, smile Clarissa! Kamu harus bersenang-senang!" Ucapnya sembari menatap dirinya lewat pantulan kaca dihadapannya yang sudah mengenakan kacamata hitam untuk menutupi mata sembabnya.

Gadis itu kemudian keluar dari toilet dan bergegas menuju kelasnya, karena sudah waktunya untuk kelas berikutnya. Namun ketika ia sampai didepan kelas, dirinya dikejutkan dengan kelas yang sudah berlangsung. Tangannya beralih menyentuh layar ponselnya untuk melihat pukul berapa saat itu.

"Perasaan masih ada 5 menit lagi sebelum kelas dimulai?"

Kemudian Clarissa membuka aplikasi pesan untuk melihat pesan yang dikirim Maria yang belum ia buka dua puluh menit lalu. Matanya melotot begitu membaca informasi bahwa kelas ini dimajukan 20 menit lebih awal. Ia merutuki dirinya sendiri yang justru keasikan menangis tadi.

"Aduh... Masuk ga ya?" Clarissa tampak sangat bimbang sekarang.

"Masuk aja deh.." putusnya cepat, ia sendiri tidak pernah terlambat dan bolos kelas jadi mungkin Legolas akan mengerti, pikir Clarissa.

/Tok-tok

/Cklek.

"Permisi sir.."

Legolas yang sebelumnya menjelaskan materi pun menoleh ke arah pintu dimana disana terdapat gadis yang selalu mengintilinya kini mengenakan kacamata hitam dan terlambat masuk kekelasnya. Ia pikir Clarissa tidak hadir kekelasnya karena kesal ia usir pagi ini, ternyata dugaannya salah. Namun Legolas mulai heran mengapa gadis itu mengenakan kacamata hitam? hidung mancungnya juga tampak memerah.

"Ola.. ehm Mr. Lego, maaf saya terlambat. Bolehkah saya masuk kekelas anda?" Tanya Clarissa dengan gugup.

Bagaimana tidak gugup, saat ini semua mata tertuju padanya. Bahkan dengan tatapan Legolas yang begitu tajam kepadanya membuat hatinya ketar-ketir. Legolas ini terkenal sebagai dosen mematikan yang sangat tidak suka dengan ke tidak disiplinan disini. Clarisaa hanya bisa pasrah menunggu jawaban pedas apa yang mungkin akan ia terima dari dosen yang paling ia sukai itu.

"Duduklah." Ucap Legolas singkat kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya menjelaskan materi.

Mendengar kata itu, beberapa mahasiswa dikelas tampak terheran-heran dengan Legolas. Biasanya jika ada yang terlambat Legolas tak segan-segan akan berkata pedas dan mengusirnya dengan teganya, namun kini mereka melihat sebuah pemandangan langka. Clarissa kemudian berjalan cepat menuju kursi disamping Maria yang baru saja melambai kepadanya.

"Setelah ini, yang tadi terlambat tetap berada dalam kelas." Ucap Legolas begitu selesai ia mengakhiri kelasnya dengan memberikan tugas kepada murid-muridnya.

Beberapa suara mulai terdengar, membicarakan nasib Clarissa yang mungkin akan dapat siraman qolbu dari dosen baru mereka ini. Mereka pikir Clarissa mendapat keberuntungan hari ini karena lolos dari seorang Mr. Legolas namun ternyata dugaan mereka salah. Maria yang memang disamping Clarissa pun kemudian menepuk pundak sahabatnya itu.

"Semangat berjuang untuk hidup ya say!" Seru Maria dengan senyum ibanya

"Aduh.. kabur saja apa ya?" Tanya Clarissa yang langsung mendapat sentilan dari Maria

"Kabur bagaimana, lihat sekarang kedepan bagaimana Mr. Lego sedang memperhatikanmu dengan tatapan tajamnya itu."

Clarissa kemudian menoleh sekilas kedepan sebelum kemudian kembali menatap Maria. Benar saja, Legolas tampak memperhatikannya sekarang, tak mungkin ia bisa kabur. Maria berdiri dan bersiap keluar.

"Pokoknya nanti malam kita akan berpesta untuk menghilangkan hawa panas Mr. Lego"

Bisik Maria ditelinga Clarissa sebelum kemudian beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari kelas. Clarissa mengiyakan dalam hatinya, ia pikir ia benar-benar butuh berpesta malam ini. Lamunanya terpecah saat mendengar suara berat itu memanggil namanya dan menyuruh nya maju ke meja pria itu.

"Em olas! Kenapa menyuruh ku disini? Kamu kangen aku ya pasti?" Ucap Clarissa begitu tiba dihadapan Legolas berusaha sebisa mungkin mentralkan ekspresi nya dan bertingkah seperti biasanya karena dikelas ini hanya tersisa mereka berdua.

Tak mendengar jawaban apapun, Clarissa mulai merasa canggung. Gadis itu tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Maaf.. tadi terlambat. Aku janji tidak akan mengulangi-"

"Buka kacamata mu."

"Eh.. hah?"

"Tidak ada pengulangan."

"Maaf tapi aku tidak bis-"

Lagi-lagi ucapan Clarissa terpotong

"Ok, selain tugas yang tadi kamu mendapat tugas tambahan. Kerjakan sampai halaman 68."

"Ak-aku buka kacamata saja kalau begitu!"

Dengan cepat Clarissa membuka kacamatanya, ia tak mau jika harus mengerjakan soal hitung menghitung seperti itu. Ditengah duduknya yang tegap dan matanya yang menatap lurus kedepan dimana Clarissa berdiri dan melepas kacamatanya, Legolas dapat melihat mata gadis itu tampak bengkak. Terlihat jelas sekali baru saja menangis cukup lama pastinya.

"Kenapa?" Pertanyaan itu muncul dari Legolas.

"Kenapa apanya olas?" Tanya Clarissa pura-pura tak mengerti, sungguh ia sangat tak mau terlihat lemah dimata siapapun. Ia sudah berusaha menutupinya namun sekarang Legolas justru mempergokinya dengan kondisi ini.

"Matamu" jawab Legolas singkat

"Ah..oh ini tadi kelilipan-"

"Bagaimana bisa kamu menyuruhku bersandar padamu saat dirimu saja begitu lemah." Ucap Legolas sebelum kemudian berdiri dan meninggalkan Clarissa yang termenung mendengar ucapannya.

.
.
.

LEGOLAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang