16 - Plan

1K 70 4
                                    

"Ada alasan yang tidak bisa ku jelaskan saat ini karena ingatanmu yang belum pulih. Jika waktu itu tiba, aku akan menjelaskannya. Untuk sekarang, tolong percaya padaku bahwa aku melakukan ini tidak semata-mata karena aku kasihan padamu. Tetapi aku perduli padamu. Atas semua bahagiamu dan atas semua rasa sakitmu mulai sekarang menjadi urusanku."

.
.
.

Perkataan Legolas berputar dikepala Clarissa. Gadis yang kini tengah bersandar pada headboard itu terlihat melamun. Mulut gadis itu memang tertutup rapat dan tampak tenang namun kepalanya begitu berisik mengumpulkan semua hal yang terjadi dalam hidupnya termasuk perkataan Legolas tadi.

'Tidak usah percaya diri Ris. Olas jelas melakukan itu karena rasa kasihan. Kamu ini hanya gadis menyedihkan dan pembawa sial.' batin Clarissa pada dirinya sendiri.

Suara-suara dikepala gadis itu lenyap seketika saat ia merasakan sentilan kecil didahinya dan menyadari kini didepannya sudah ada Legolas dengan piring ditangannya.

"Jangan terus memikirkan hal yang akan menyakiti mu. Itu semua tidak penting." Ucap Legolas menatap Clarissa teduh.

Clarissa menggeleng pelan dan tersenyum tipis menanggapi ucapan Legolas. Gadis yang biasanya tersenyum dan menatap dengan binar diwajahnya kini terlihat meredup. Legolas tau senyum tipis itu sulit Clarisa keluarkan. Namun gadis itu berlaga sok tangguh seperti biasanya.

"Sarapan dulu ya. Biar aku suapi" ucap Legolas sembari tangannya menyendokkan bubur dipiring.

"Aku bisa makan send-"

"Tidak ada penolakan Riri." Potong Legolas cepat.

"Aaa" lanjut Legolas sembari menyodorkan sesendok bubur ayam ditangannya.

Clarissa membuka mulutnya perlahan tak lagi menolak. Suapan demi suapan yang Legolas berikan kini mampu membuat mata gadis itu kembali berkaca-kaca. Legolas yang menyadari itu pun menatap gadis itu teduh dan meletakkan piring ditangannya diatas nampan yang ada dinakas. Dan tanpa Clarissa duga, pria itu memberikan kecupan yang cukup lama di dahinya seolah menyalurkan kehangatannya disana.

"Apa yang kamu pikirkan hm? Apakah buburnya tidak enak sehingga kamu merasa sedih?" Ucap Legolas setelah melepas kecupannya didahi gadis itu.

Ucapan Clarissa tercekat seolah tak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan. Air mata gadis itu luruh tak dapat lagi ia tahan. Kedua tangannya menutup wajahnya sendiri tak mau Legolas melihatnya menangis seperti ini. Namun tangan besar hangat itu mencoba memegang kedua tangan Clarissa dan menjauhkannya dari wajah gadis itu.

"Jangan ditutup. Menangis lah aku disini. Jangan merasa kamu sendiri. Aku disini Riri. Kamu bisa memelukku, kamu bisa mengeluarkan semua air matamu di pelukanku."

Mendengar penuturan Legolas semakin membuat Clarissa menangis.

"Aku tidak apa-apa hiks.."

"No.. you're not ok" ucap Legolas

(Tidak, kamu tidak baik-baik saja)

"Aku hanya... hiks... Baru kali ini aku disuapi saat sakit. Baru kali ini aku mendapat perhatian dari seseorang sampai segininya hiks.. aku merasa tidak pantas" Sedetik setelah Clarissa mengatakan itu Legolas menarik gadis itu kedalam dekapan hangatnya.

Pelukan inilah yang selalu Clarissa tunggu-tunggu selama ini. Pelukan yang ia butuhkan disaat dunianya hancur, disaat hatinya tak dapat lagi menahan sakit yang ia dapatkan dari kerasnya kehidupan. Seharusnya Clarissa merasa bahagia bukan mendapat ini semua? Namun nyatanya gadis itu justru semakin merasa hancur membayangkan bahwa pelukan ini hanya terbentuk karena rasa kasihan.

Meski Legolas sudah menjelaskan mengenai sikapnya yang tiba-tiba berubah itu tetap saja penjelasannya kurang dapat Clarissa terima. Jadi gadis itu masih berpikir bahwa semua yang Legolas lakukan hanyalah bentuk kasihan pada dirinya. Dirinya begitu menyedikan bukan? Dianiaya keluarganya bahkan faktanya ia adalah pembunuh adiknya sendiri., batin Clarissa.

"Sakit.."

"Mana yang sakit? Sebelah mana? Kita obati ya" ujar Legolas sembari melepas pelukannya dan menatap Clarissa khawatir.

"Disini.." jawab Clarissa sembari menunjuk dadanya seolah menunjuk hatinya

"Sakit sekali rasanya hingga aku ingin mati." Ucapan Clarissa selanjutnya mampu membuat hati Legolas terasa nyeri. Tangan pria itu terkepal.

"Sshh, jangan berkata begitu. Kamu akan baik-baik saja sekarang. Kamu aman bersamaku disini" Ujar Legolas sembari mengusap pipi basah Clarissa.

Legolas benar-benar merasa nyeri didadanya mendapati gadisnya yang seperti ini. Gadis ini selalu terlihat ceria tapi ternyata ia menyembunyikan luka batin yang cukup besar. Bahkan hal sesederhana "di suapi" menjadi luar biasa untuk Clarissa. Rasa bersalah mengerubungi isi pikiran pria itu, seharusnya ia menjemput gadisnya ini lebih cepat.

"Kita makan lagi ya? Setelah itu minum obat. Agar kamu cepat sembuh." Ucap Legolas berusaha mengalihkan pembicaraan agar Clarissa tidak larut dalam kesedihannya.

Clarissa mengusap air matanya dengan sesegukan karena menangis gadis itu mengangguk seolah setuju dengan ucapan Legolas.

"Nanti sore mau ke taman?"

"Taman?"

"Iya, dibelakang mansion ini ada taman bunga yang cukup luas. Aku akan membawamu kesana okay."

"Tidak perlu repot-"

"Tidak merepotkan Riri. Aku dengan senang hati mengajakmu kesana."

"Baiklah.. terimakasih"

"My pleasure... sayang" jawab Legolas dengan intonasi yang semakin mengecil diakhir kalimatnya hingga gadis itu tidak mendengar panggilan Legolas.

-O-O-

"Apa yang akan kamu lakukan pada mereka?" Tanya Mark yang kini duduk dikursi berhadapan dengan meja kerja Legolas.

"Menyiksanya hingga hanya kematian yang mereka impikan." Balas Legolas dengan nada yang cukup dingin dengan tatapannya yang penuh dengan amarah mampu membawa atmosfer mengerikan diruangan itu.

"Sebarkan video yang dikirim Maria. Tapi blur tubuh gadisku sebelum disebarkan."

"Baiklah aku akan mengurusnya." Mark mengangguk mengiyakan perintah Legolas.

"Setelah itu apa yang harus ku lakukan?" Lanjut Mark bertanya

"Jebak gadis bodoh yang sialnya merupakan adik gadisku. Hancurkan dia, buat orang disekitar nya menjauhinya. Beberkan juga penggelapan dana yang dilakukan Joshua."

"Setelahnya buatlah skenario segila mungkin yang bisa membuat keluarga sialan itu semakin hancur."

Legolas mengepalkan tangannya kuat diatas meja. Rasanya ingin sekali ia menguliti mereka hidup-hidup saat ini juga namun ia harus menunggu. Ia akan menghancurkan mereka tanpa sisa. Ia tidak akan membiarkan citra baik terus melekat pada orang-orang yang sudah menyakiti gadisnya.

Wajah penuh dendam yang sangat jarang Legolas keluarkan itu mungkin mampu membuat orang yang tidak mengenal baik pria itu merinding. Bahkan Mark teman kecilnya pun tak berani bertingkah saat ini, bisa-bisa kepalanya berlubang mengingat Legolas selalu membawa pistol dibalik jas mewahnya.

"Taman sudah beres?" Tanya Legolas- menatap netra Mark dengan wajah yang serius.

"Aman. Sekarang mereka sedang menyiapkannya."

"Ok."

"Jangan memasang wajah seperti itu, kamu sangat menyeramkan Legolas." Keluh Mark pada akhirnya tak tahan dengan suasana mengerikan saat ini.

"Suruh Eric menyiapkan mobil. Kita harus kembali ke mansion sebelum pukul 3." Ucap Legolas tanpa mengindahkan ucapan Mark sebelumnya membuat pria diseberangnya itu mendengus pelan dan pasrah.

.
.
.

LEGOLAS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang