2- Secret admirer.

761 56 1
                                    

"dih, kepedean. gue lagi liatin jalanan di sebelah kanan ya, bukan ngeliatin lo!" Gracia melipat kedua tangannya didepan dada dan menyenderkan tubuhnya di jok mobil.

Shani tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya pelan. padahal sudah jelas Gracia memandanginya, tetapi masih saja mengelak.

"mampir ke cafe dulu yuk? gue pengen minum kopi bareng lo." tawar Shani kepada Gracia, Gracia menganggukkan kepalanya setuju dengan tawaran Shani.

akhirnya dua gadis itu melipir dulu ke sebuah cafe langganan Shani, mereka makan dan minum kopi hingga malam hampir tiba. banyak pembicaraan yang mereka bahas di cafe itu, Shani juga senang karena Gracia bisa tertawa dengannya. setelah mereka rasa cukup, Shani mengajak Gracia untuk pulang.

menuju ke perjalanan pulang, ponsel milik Gracia berdering. menunjukkan nama kontak maminya.

"halo mi? kenapa?" Gracia bertanya kepada maminya, ternyata maminya memberitahu bahwa adik-adik dan ayah Gracia sedang pergi bersamanya. jadi Gracia harus dirumah sendirian.

"tiba-tiba banget sih, terus kapan pulangnya?" Gracia mendengus sebal karena maminya pergi secara tiba-tiba. mereka juga katanya pulang 3 hari lagi.

"yaudah deh, have fun mi." Gracia menutup panggilan itu sepihak.

Shani yang awalnya fokus kepada jalan sekarang menengok kan kepalanya ke Gracia, mendengar percakapan Gracia dan maminya di telefon itu.

"kenapa ge?" Shani bertanya kepada gadis yang masih mengotak-atik layar ponselnya itu, ia langsung mengalihkan pandangannya kepada Shani saat mendengar suara itu.

"keluarga gue pergi, gue sendirian di rumah." ia mematikan ponselnya dan meletakkannya kembali ke dalam tas.

"kasian banget sendirian. kalau gue temenin mau?" ia kembali meluruskan pandangannya ke jalanan. menunggu jawaban dari Gracia.

"Sean gimana? dirumah sendirian dong dia."

"kok jadi ke si Sean? dia udah besar, bisa sendiri." Shani sedikit sebal mendengar nama adiknya terucap dari lisan Gracia, cemburu sedikit.

"ga usah cemburu gitu lo shan, gue nanya doang. lagian itukan adik lo." Gracia terkekeh melihat wajah Shani yang tampak seperti orang kesal.

"kepedean lo." Shani mengangkat bahunya dengan acuh. meskipun sebenarnya ia memang cemburu.

"yaudah gapapa, nginap dirumah gue aja." Gracia menolehkan kepalanya ke Shani yang terlihat masih fokus pada jalanan.

Shani hanya mengacungkan jempolnya sebagai arti persetujuan.

skip dirumah Gracia abangku...

"gue tidur dimana ge? diruang tamu aja ya?" Shani bertanya kepada Gracia yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Shani terdiam menatap pakaian yang Gracia gunakan. ia hanya menggunakan kemeja putih oversized dengan celana pendek sepaha. Shani meneguk salivanya. OSIS galak kok dirumah jadi begini sih??!!

"tidur sama gue ajalah, ngapain diruang tamu." Gracia sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"ngg, oke dah." Shani mengangguk-anggukkan kepalanya, entah kenapa dimata Gracia itu terlihat lucu.

Gracia meninggalkan Shani ke kamarnya, Shani melihatnya tetapi ia tetap duduk di sofa ruang tamu. tak selang lama Gracia keluar memberikan celana pendek kepada Shani.

"ganti, terus masuk kamar." Gracia meninggalkan Shani kedalam kamarnya.

"oke bos." ia segera masuk kedalam kamar mandi dan mengganti celana dan bajunya. Shani mengganti bajunya menggunakan sweater yang sempat ia bawa tadi.

selesai mengganti dan membersihkan wajahnya, Shani langsung keluar dan menuju ke kamar Gracia. saat membuka pintu, terlihat Gracia yang berbaring di kasurnya. kaki jenjangnya terlihat begitu indah dimata Shani.

'apalah gue ini.' Shani menggelengkan kepalanya pelan, menghilang pikiran anehnya itu.

"gue tidur di samping lo ya?" Shani mematikan lampu kamar Gracia lalu duduk dipinggir kasur Gracia untuk menyalakan lampu tidurnya.

"iyalah, emang kalau tidur di atas gue mau?" Gracia terkekeh di akhir kalimatnya, mengapa tiba-tiba ia menjadi berani seperti ini?

Shani menolehkan kepalanya ke belakang, melihat Gracia yang sedang bermain ponsel.

"mau, emang boleh?" Shani mencoba mengikuti alur pembicaraan Gracia, awalnya hanya untuk bercanda. meskipun sebenarnya Shani menginginkannya juga.

"boleh. sini kalo berani." tantang Gracia, suaranya terdengar tengil di telinga Shani.

tanpa aba-aba Shani langsung membalikkan badannya, merangkak naik ke atas tubuh mungil Gracia. Shani meraih ponsel Gracia dan meletakkannya di meja samping kasurnya.

Shani mendekati wajah Gracia yang terdiam itu, "nantangin gue nih?" Shani terkekeh melihat wajah gadis dibawahnya itu.

Shani pikir Gracia akan takut? tentu tidak, Gracia tanpa rasa gugup mengalungkan tangannya dileher Shani. ia juga menekan tengkuk Shani agar lebih dekat, hanya tersisa beberapa inci saja wajah mereka.

deru nafas Shani bisa dirasakan oleh Gracia, gadis itu semakin mendorong tengkuk itu hingga bibir Shani jatuh tepat diatas bibirnya. Gracia dengan cepat langsung mencium bibir ranum Shani.

Shani tersenyum didalam ciuman Gracia, berani juga. ia segera membalas dengan agresif ciuman Gracia, terasa juga jari-jari Gracia mulai menelusup ke dalam rambut panjang Shani.

Gracia sedikit menekan kepala Shani agar menghisap bibirnya. Shani menuruti kemauan Gracia, ia menyesap bibir Gracia atas bawah secara bergantian.

bibir bawah Gracia di gigit oleh Shani, lidah Shani masuk kedalam rongga mulut Gracia. mereka bertukar saliva tanpa rasa jijik.

"mmhh." Gracia melenguh saat telapak tangan dingin Shani menelusup masuk kedalam bajunya, mengelus perut ratanya. Gracia semakin meremas rambut panjang Shani, merasakan sensasi nikmat yang Shani berikan.

nafas keduanya semakin menipis. Gracia kehabisan nafasnya duluan, gadis itu mendorong bahu Shani agar melepaskan ciumannya.

Shani mengerti, ia melepaskan ciuman itu. tetapi ia belum puas, Shani langsung menenggelamkan wajahnya diceruk leher Gracia. gadis di bawahnya itu kembali memegang kepalanya, mengusap surai coklat Shani.

awalnya Shani hanya menggesek-gesekkan hidungnya, tetapi dua menit kemudian berubah menjadi kecupan dan hisapan. Gracia tidak ada memberontak sama sekali dengan perlakuan Shani. ia menikmatinya.

"ngghh." Gracia menekan kepala Shani agar gadis diatasnya ini membuat tanda pada lehernya. baiklah Shani menurutinya.

tangan Shani meraih kancing kemeja Gracia dan membukanya, hanya kancing bagian atas. lalu kembali kebawah sana untuk mengusap perut Gracia.

"shann." Gracia mendongakkan kepalanya, ia terbawa oleh sensasi yang Shani berikan.

Shani mengangkat kepalanya, melihat leher jenjang Gracia yang mengeluarkan beberapa bercak merah. menatap gadis yang terengah-engah dengan keringatnya yang sedikit membasahi keningnya.

tangan Gracia yang masih berada di leher Shani berpindah mengusap pipi Shani. ibu jari Gracia mengusap bibir ranum Shani, ia tersenyum.

Gracia memeluk tubuh Shani. tubuh diatasnya itu menimpa dirinya, Gracia menyembunyikan wajahnya di leher Shani. wajahnya terasa panas.

"gue malu ci." Gracia berucap dengan suara pelan. Shani terkekeh mendengar ucapan dari Gracia itu.

ia memindahkan tubuhnya kesamping Gracia, memandang wajah cantik gadis itu. Shani mengusap lembut pipi Gracia, meraih bibir manis Gracia dengan bibirnya. Shani memberikan kecupan dibibir tebal itu.

"lagian sok nantangin gue." Shani terkekeh melihat wajah Gracia.

Gracia hanya diam menatap tangan Shani, ia memikirkan apakah ia harus mengungkapkan perasaannya sekarang? ini waktu yang tepat.








GRESHAN OS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang