22. eres una ola que me hunde

272 46 45
                                    

Yoongi menatap berkas penawaran yang ada di tangannya sekarang dengan tatapan kosong. Harusnya dia bersuka cita mendapat kiriman dari Kimdae Group yang menyatakan jika kontrak 1 tahunnya dengan KGarage dibatalkan dan ia berhak mendapat kompensasi dari pembatalan kontrak dan biaya pengobatan yang tak kecil nominalnya.

Dalam peraturan tidak tertulis kontraknya saat diskusi dengan tuan Kim dan kuasa hukumnya memang disebutkan jika ia berhasil mengkondisikan keuangan, dalam hal ini mengembalikan biaya pengiriman ke angka normal 3 kali berturut-turut, akan ada penawaran pembatalan kontrak yang diberikan padanya. Tapi Yoongi tidak tahu jika itu akan datang lebih cepat, ia tidak tahu apa alasannya karena tuan Kim tidak menjelaskan.

Yoongi lalu menaruh kertas-kertasnya di atas meja sebelum menghela nafas dan mengusap wajahnya kasar. Punggungnya bersandar di kursi kebesarannya, meskipun tidak nyaman sekali karena seharusnya ia masih berbaring dan dalam masa penyembuhan luka luar, tapi karena beberapa alasan seperti Estelle mengajaknya bertemu hari ini, dan supaya Seungwan cepat pulang ke Seoul, Yoongi memaksa dirinya untuk berangkat ke kantor.

Belum ketika sekretarisnya mengabari tentang janji temu dengan Montes. Yoongi mengernyitkan keningnya penasaran. "Manajer keuangan distribusi Asia?" tanyanya, karena dari kemarin ia berurusan cuma dengan itu saja ketika pergi ke Montes.

"Bukan, Daepyo-nim, disini tertulis pemilik Montes, Señor Ramón Montesinos."

Yoongi menelan salivanya. Bahkan Ramón kini juga ingin bertemu dengannya entah dengan tujuan apa. Haruskah Yoongi waspada dan menyusun rencana? "Mungkin besok, hari ini aku tidak kuat kalau harus duduk lebih lama lagi."

"Baik, Daepyo-nim."

Yoongi akan menunggu Estelle datang sampai jam makan siang sekaligus menunggu kapan Seungwan akan mengirim jadwal penerbangannya. Entah kenapa Yoongi masih tidak tertarik untuk meresmikan hubungannya dengan Seungwan demi ibunya, seperti sudah mencoba membuka hati, setidaknya sedikit saja untuk bisa menyukai gadis itu, tapi selalu gagal. Seperti saat ini, ia malah lebih ber-effort untuk bertemu Estelle,

—dan benar-benar bersyukur ketika akhirnya bertemu sang puan setelah sekian lama mengkhawatirkannya... dan merindukannya.

"Hai," sapa sang puan ketika masuk ke ruangannya pertama kali lagi setelah beberapa saat. Rasanya seperti semuanya sudah berbeda, untuk keluar dari ruangan, bertemu lagi dengan banyak orang, dan berpikir jika mereka semua yang menatapnya tahu tentang kisahnya beberapa tahun silam, ...jika dia pembunuh ibunya sendiri. "Bagaimana kabarmu?"

Yoongi mengerjapkan matanya, sudah lagi berjalan pelan-pelan masih dengan kruk empat kakinya menghampiri gadis itu yang berdiri beberapa langkah dari mejanya. "Aku hampir baik-baik saja." Senyumnya tertarik lebar, Yoongi tidak tahu kalau rasanya akan segugup dan selega itu untuk bertemu Elle kembali. "Kau, Estelle, bagaimana kondisimu? Kau baik-baik saja?"

Gadis itu mendekat supaya Yoongi tak berjalan lagi lebih jauh setelah melihat kesulitannya. "Apakah aku tidak terlihat baik?"

Estelle terkejut ketika tiba-tiba telapak pria itu bergerak menangkup pipinya. Lalu ketika refleks tangan kirinya sendiri jatuh di punggung tangan Yoongi, baru pria itu ganti menyentuh lalu mengenggam tangannya. Membalikkan telapaknya lalu melihat satu garis panjang melintang bekas luka dari pisau yang sudah mengering.

Yoongi tersenyum masam menatap luka di telapak tangan sang puan sambil mengusap-usap kecil bagian yang tak sakit. "Jika waktu bisa diputar apakah kau masih akan melakukannya?"

Estelle menggeleng kecil. "Harusnya kudengarkan ucapan Ramón untuk mengeluarkanmu darisana," bisiknya.

"Ramón tahu?"

Diablo [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang