51. Ending: I have returned to hell

214 35 7
                                        

Min Yoongi membuka matanya; dan apakah ia harus bersyukur tidak terbangun di neraka dengan kobaran apinya ataukah tetap bertahan pada penyesalan sejak yang ia dapatkan juga hanya sebuah penundaan?

Lehernya tidak bisa bergerak, ada sebuah benda yang menahannya mencari malaikat pengampun dosanya; satu tangannya juga kaku, nyeri jika ia ingin untuk menggesernya barang satu senti saja; pergelangan kakinya kebas.

Ingatannya terakhir kali adalah suara tembakan, tubuh Miguel yang tak bergerak di tanah lapang, jeritan Estelle, suara tembakan lainnya, dan tubuhnya yang menyusul juga samakan posisi Miguel di tanah itu.

"E-elle...?" lirihnya, mencoba memberitahu siapapun yang mungkin ada di ruangan jika dirinya sudah sadar dan minta diinformasikan dimana ia berada sekarang. "Estelle—"

"Min Yoongi, kau sudah sadar?"

Oh, Yoongi lega sekali. Matanya menyayu, satu-satunya yang bisa bergerak bebas saat ini selain bola matanya adalah bibirnya berusaha bicara. Indra penciumannya mulai membau wangi parfum yang sangat ia suka, lalu tak lama ia rasakan hangat di genggamannya, disusul maniknya dibasuh buram bayangan malaikat pengampun dosanya.

"...Elle?"

"Ya Tuhan, syukurlah, kau baik-baik saja," bisiknya, menyapukan ibu jarinya mengusap-usap pipi sang pria, di daerah yang tidak tertutup masker oksigen. "Ada yang sakit? Aku panggil dokter dulu sebentar."

Lalu selama menunggu dokter untuk datang, Yoongi berusaha menggerakkan tangan kirinya yang bisa bergerak untuk menggenggam puannya. "Apa yang terjadi?" bisiknya, meminta penjelasan lebih dari apa yang ia pahami saja.

Tapi Elle tak menggenggam tangannya yang dingin, gadis itu dengan matanya yang bengkak entah sudah berapa lama menangis—dan untuk apa menangis, malah bantu merapikan selimutnya yang masih rapi menutupi 3/4 tubuhnya. "Terjadi begitu saja," balas Elle sambil mengedikkan bahunya dan terkekeh, tak menatap Yoongi selama ia bicara itu dan pura-pura menyibukkan diri. "Aku menyesal, seharusnya kuikuti kata-katamu untuk tak lakukan apa-apa, apalagi menyeretmu ikut ke dalam masalah ini," katanya, masih mengambang penjelasan itu entah kemana arahnya, karena setelahnya dokter dan para perawat datang untuk memeriksa kondisinya setelah sadar.

Yoongi baru dijelaskan apa saja yang terjadi pada tubuhnya. Cedera di fraktur tulang leher, dislokasi bahu kanan, patah tulang lengan bawah kanan, dan luka di beberapa bagian yang berciuman langsung dengan tanah lapangan pacuan. Dia betulan jatuh dari kuda yang sedang berlari dengan kecepatan penuh tadi siang, untung kepalanya tak hancur karena gunakan helmet.

Yoongi melirik papan yang dibawa salah satu perawat dan mengetahui darisana tempat dimana ia dirawat sekarang. Ketika dokter dan para perawat pergi, ia baru bertanya kepada Estelle lagi yang sudah berdiri di sampingnya. "Aku di Sevilla?"

Elle tersenyum simpul lalu mengangguk-angguk. "Aku minta kau dirujuk karena rumah sakit disini lebih bagus daripada di Badazoj. U-uhm, mau kupanggilkan Hoseok?"

"Tidak—" Yoongi menahan pergelangan tangan gadis itu yang tiba-tiba beranjak ingin pergi. "Jangan kemana-mana, Elle."

Gadis itu tersenyum masam, dengan berat hati menjatuhkan lagi pantatnya di kursi samping ranjang rumah sakit pria itu, entah apa ia masih menyebutnya dengan pria-nya. "Oke." Ia membiarkan tangannya digenggam kali ini, sudah terlambat untuk menariknya dan menyimpannya sendiri. "Aku minta maaf sekali lagi, sudah membuatmu jadi seperti ini karena memaksamu membantuku."

Nah, tentang itu. "Apa yang terjadi?"

Estelle memandangi bagaimana tangannya digenggam hangat, ia sangat ingin menyambutnya dan menangis di bahunya saat ini. "Ramón," gumamnya, bahkan tak bisa untuk ceritakan fakta apa yang terjadi siang ini di rumah Badajoz mereka. "Ramón berpikir kau adalah ancaman dan berniat membunuhmu."

Diablo [M] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang