~happy reading~
~Langit & Senja~
✧✧6. Mengobral Nyawa
Senja tersentak saat menyadari ada sesuatu yang dingin ia rasakan menempel pada keningnya. ia membuka mata lalu melihat Arga yang sedang mengompres nya.
"papa" ucap Senja keheranan
Arga mengangguk "kamu lagi sakit, gak usah sekolah dulu untuk sementara sampai kamu sembuh" Arga membersihkan tumpukan buku-buku di meja belajar Senja.
melihat perlakuan Arga seperti itu Senja menjadi heran sendiri, apa-apaan ini? Senja buru-buru mengecek handphone nya melihat tahun berapa sekarang ini?
ohh, syukurlah. berarti tadi hanya mimpi buruk, saat ia mengulang kembali memori kelamnya sepuluh tahun lalu.
saat di mana semua kewarasannya di renggut paksa oleh pedofil gila itu. saat di mana ia harus kehilangan kepercayaan dirinya. saat dia harus menerima dirinya dan penyakit mental yang di deritanya.
"mimpi itu lagi?" tebak Arga
Senja mengangguk jujur, ia melihat Arga menarik kursi belajar nya ke samping ranjangnya
"maafin papa, ya. andai saat itu papa nggak milih jalan yang salah, pasti sekarang kamu gak kayak gini, nak." sesal Arga
Senja menggeleng, matanya berkaca-kaca ini yang ia tidak inginkan dalam hidupnya. mengungkit rasa sakit yang sudah ia pendam selama bertahun-tahun.
"ini bukan salah papa, andai aja dulu aku gak nakal dan nurut sama papa juga abang, pasti semuanya gak akan seperti ini" tukas Senja"ini semua bukan salah kalian, tapi memang takdir tuhan" timpal Langit dari ambang pintu
"abang kapan pulang?" tanya Senja
"barusan, abang gak betah kalo harus lama-lama di rumah sakit" jelas Langit
Senja mengangguk mengerti "maaf belum bisa jadi orang tua yang terbaik untuk kalian" gumam Arga
"papa udah jadi yang terbaik kok" sahut Langit dan Senja bersama
lalu mereka tertawa lepas, ini yang mereka tunggu. tertawa bersama tanpa adanya ago dalam diri masing-masing. dan tentunya tanpa ada orang yang menggangu keluarga mereka.
namun di balik itu semua ada dua orang yang sedang memperlihatkan mereka bertiga, yang satu tersenyum karena senang bisa melihat keluarganya akrab, sedangkan yang satunya lagi terlihat dongkol saat melihat keluarganya itu senang.
"kalian berdua jangan sekolah dulu untuk sementara waktu" ujsr Arga melerai kedua anaknya yang sedang bertengkar
Langit mengangguk tetapi tidak dengan Senja "tapi pa– mphhhh" belum sempat selesai mengucapkan kalimat nya Langit sudah lebih dulu membekap mulut Senja
"apaan sih!" cetus Senja yang tak terima "gak jelas banget!"
"udah, jangan bertengkar." lerai Arga "besok ikut papa, ya. kita ke rumah baru bunda." Arga memegang pundak kedua anaknya
"ini, pundak nya di kuatin lagi, ya. tunggu sebentar lagi. kalian akan bebas sebentar lagi. jangan bosan-bosan untuk berobat, ya. kalau kalian bosen berobat, nanti siapa yang nemenin papa baca koran sambil minum kopi lagi. nanti siapa yang papa jadiin teman untuk cerita lagi. maaf, maaf selama ini papa salah" sesal Arga
Senja sudah menangis berbeda dengan Langit yang menatap lurus kedepan. Arga menatap anak laki-laki nya "Langit harus penuhi janji Langit waktu kecil, janji untuk menjaga adek mu, dan janji untuk membahagiakan dia, sebelum dia di ambil oleh lelaki nya nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit & Senja
Teen Fictiontentang renjana yang terukir Amerta dalam bait-bait aksara, kemudian menjadikannya prosa nan dikara. -tentang rasa hati yang terukir dalam bait-bait tulisan, kemudian menjadikannya sebagai karya yang indah. #FOLLOW DULU SEBELUM BACA⚠️