PROLOG

18K 804 19
                                    

Kata orang hidup Aklesh diantara enak ama kasihan. Enak nya hidup sebagai Aklesh adalah engga terkekang oleh nama nya peraturan yang dibuat orang tua tapi diwaktu yang sama Aklesh asing dengan nama nya orang tua.

Jujur kata Aklesh, Ayah dan ibu nya itu rasa nya cuma kaya bapak dan ibu kos. Emang engga bayar uang sewa sih tapi kaya orang asing yang nyedian tempat tinggal, engga lebih.

Aklesh udah biasa diperlakuin begitu, bahkan Aklesh percaya kalau ayah ama ibu nya itu punya anak selain dia. Karena saking nya engga pernah tinggal dirumah yang dia tempati.

Engga dibenci sih tapi engga disayang juga. Maka nya bagi Aklesh hidup dia monoton, engga kaya dibilang orang-orang. Dia merasa nyaman sekarang dengan hidup dia tapi bukan nya ada waktu nya manusia harus keluar dari zona nyaman, kan?.

Kata Aklesh, hidup sungkan mati tak mau. Engga ini bukan yang mau unek-unek Aklesh, dia cuma mau bilang gitu aja karena rasa nya keren gitu.

Hidup Aklesh berjalan datar, engga ada tantangan atau pun warna yang buat dia berkesan. Jujur, Bagi Aklesh hidup dia tuh kaya kebanyakan orang normal. Bangun tidur, mandi, sarapan, sekolah, ekstrakulikuler, pulang, mandi, makan malam, kerjain pr, main hp dan tidur. Normal bukan?.

Dan rutinitas dia engga pernah berubah. Saking engga pernah berubah nya sampai-sampai Aklesh engga lihat jam lagi. Udah kebiasaan tubuh.

Tapi, Entah angin ribut apa yang menerpa nya. Bukan nya pulang seperti biasa nya, dia malah singgah di toko buku tanpa tujuan. Seperti kalian baca Tanpa Tujuan.

Mata Aklesh bergerak dengan perlahan membaca satu persatu buku yang dipanjang di rak buku disamping kanan nya. Engga ada buku aneh-aneh kok, Cuma tanpa Aklesh sadari judul buku sekarang hampir memiliki pola yang hampir sama. Entah nama karakter atau sesuatu yang berhubungan dengan karakter. Sama kaya nih wp. Wkwkwkwk.

Seperti buku yang dia pegang. Jujur judul buku yang dipegang ini terbilang ekh...norak? Mungkin. Buku novel dengan corak warna pastel menjadi warna dominan di cover novel itu. Aklesh menghela nafas saat membaca judul nya "5 penjaga dan satu cahaya". Norak sekali.

Walaupun Aklesh berpikir seperti itu, dia tetap membeli nya karena tertarik dengan isi buku setelah dia membaca sekilas sinopsis yang ada dibelakang cover buku.

Aklesh membawa pulang buku tersebut. Saat setelah sampai kerumah dia kembali kerutinitas malam nya sebelum dia mulai membaca buku novel itu sekalian bergadang karena besok hari libur sekolah.

Satu jam berlalu, Aklesh masih membaca dengan tenang.

Dua jam berlalu, Mulai terdengar gerutuan dari mulut manis nya itu.

Tiga jam berlalu, Tangan Aklesh mulai mencengkram bantal dengan erat untuk menyulurkan kekesalan nya.

Dan empat jam sekaligus buku tersebut selesai dibaca, Aklesh melempar buku itu tepat ke tempat sampah.

Satu kesimpulan yang bisa Aklesh dapatkan setelah membaca buku itu. Alur nya sangat sampah, dan semakin memuakkan saat cerita yang begitu buruk tersebut dikemas dengan apik dengan kata-kata manis yang bisa membuat nya mati berdiri saking tidak enak nya dibaca.

Dengan segenap hati, Aklesh mengatakan semua caci maki yang bisa dia katakan sambil menujukan kearah novel yang sudah masuk kedalam tempat sampah samping meja belajar nya itu.

"Ya tuhan. Protagonis nya udah kaya jeli busuk, ditambah Male karakter nya kaya tai." Ucap Aklesh merebahkan tubuh nya dengan kasar diatas kasur kesayangan nya sambil mengeluarkan unek-unek nya.

"Ditambah lagi, Keluarga Adelion kaya anjing. Kata nya keluarga dengan berkah elang merah, eh tapi malah kelakuan kaya anjing"

"Apalagi tadi mereka dengan engga ada rasa bersalah nya ngebunuh orang yang jelas-jelas berbagi darah ama mereka cuma karena fitnah protagonis pungut supaya male karakter yang lukai dia engga dibunuh keluarga Adelion. Emang engga ada otak"

Kesal? Jelas. Aklesh tidak pernah sekesal ini. Dan semua kekesalan nya ini berasal dari novel norak yang sudah dia beli saat pulang sekolah.

"Si Akleshi juga pasrah amat. Padahal keluarga anjing itu udah nyiksa dia, usir dia, dan ngabain dia tapi masih aja nyari kasih sayang. Klise banget sih jujur"

Dan tanpa Aklesh sadari kalimat keramat keluar dari mulut dia sebelum dia terlelap menuju alam mimpi.

"Kalau gw jadi si Akleshi itu, gw ga bakal tinggal diam"

Dan seperti kita harapkan. Bom. Aklesh berada ditubuh Akleshi saat dia terbangun dari tidur nya.

Tercengang? Jelas. Bingung? Pasti. Kesal? Masih ditanya. Pasrah? Iya, karena salah dia juga.

Aklesh menghela sambil mengusap muka nya. Kata Aklesh terima takdir aja lah.

"Terima takdir ajalah. Sigh"

Bersambung.....

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Akleshi? No, I'm Aklesh {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang