Chapter 10 ~ Pesta?

4.4K 424 7
                                    

"Mana kembaran gw?!" Tanya Akhtar yang bahkan baru saja menjejakkan kaki nya di gym itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana kembaran gw?!" Tanya Akhtar yang bahkan baru saja menjejakkan kaki nya di gym itu. Caleb menatap datar sahabat nya itu.

Dengan isyarat mata, Caleb menujuk posisi Aklesh yang sedang angkat beban. Akhtar tercenggang melihat Aklesh, Ayolah bahkan saat Aklesh belum diusir, mengangkat beban 3 kg saja dengan susah payah. Tapi sekarang dia melihat dengan mudah nya Aklesh mengangkat beban 100 kg tanpa sedikit pun suara terengah.

Apa selama ini Aklesh hanya berpura-pura lemah tak berdaya? Padahal sekarang Aklesh terlihat mampu menumbangkan 10 bawahan ayah nya dalam sekejap mata.

Aklesh merasakan tatapan yang cukup menusuk punggung. Dia berbalik dan menatap Akhtar yang terdiam disebelah Caleb yang melakukan pemanasan sejak tadi.

Daripada menanggapi drama dua saudara yang tidak habis-habis. Lebih baik dia melakukan latihan nya seperti biasa.

Akhtar mendatangi Aklesh. Aklesh hanya acuh, dia tidak terlalu terlalu peduli dengan keluarga Akleshi. Mereka tidak perlu diberikan sedikit pun pengampunan dari nya. Kearoganan mereka yang menghancurkan mereka sendiri.

Kalau saja satu saja anggota keluar Adelion saja memberikan sedikit rasa kemanusian kepada Akleshi mungkin dia akan sedikit memberikan kebaikan kepada mereka untuk sadar dari kearoganan itu.

Aklesh tidaklah munafik. Dia marah, jujur saja dia sangat marah. Baru kali ini, dia bertemu dengan keluarga yang hanya memikirkan harga diri yang tidak ada habis nya itu.

Hanya karena Akleshi tidak menunjukkan bakat yang menonjol, mereka memandang Akleshi sebagai sampah yang harus dibinasakan. Akleshi tetaplah Manusia.

Aklesh menghela nafas pelan menahan amarah nya. Biarlah amarah nya tetap seperti lautan yang dalam, tidak perlu meledak seperti gunung berapi, dia hanya perlu menjadi ketenangan sebelum menenggelamkan siapapun yang membangun amarah nya.

Akhtar terlihat ragu memulai pembicaraan saat Aklesh terlihat sangat dingin. Dia hanya ingin meminta maaf tetapi kenapa Aklesh membangun dinding cukup tinggi.

'Tenang Akhtar. Lo cuma perlu sedikit keberanian ama ego yang diturunin. Lo salah selama ini, Akhtar' Batin Akhtar sambil menatap Aklesh yang sibuk angkat beban.

Aklesh yang mulai jengah dengan keberadaan Akhtar yang hanya diam.

"Urusan lo apa?" Tanya Aklesh dengan nada dingin.

Akhtar sedikit tersentak mendengar suara Aklesh yang dingin. Dia memainkan jari nya dengan gugup.

"G-gw mau..." Akhtar tidak bisa melanjutkan ucapan nya.

"Kalau lo cuma mau minta maaf, lebih baik lo pergi. Gw bukan orang pemaaf yang bisa maafin orang yang puas nyakitin gw dimasa lalu"

Akhtar terdiam mendengar nya. Dia tahu kesalahan nya tidak lah sebuah kesalahan kecil. Pengabaian, kekerasan, penghinaan, pengucilan dan sebagainya. Aklesh mengalami itu semua sejak dia lahir. Saat lahir semua perhatian tertuju kepada nya dan bertambah parah saat Aklesh dinyatakan tidak mendapatkan berkah dari elang merah, semua nya semakin menjadi. Tidak hanya pengabaian, mereka menjadi terbiasa menjadikam Aklesh pelampiasan emosi mereka. Dan itu bukan lah hal mudah bagi Aklesh, dia sadar akan itu.

Akleshi? No, I'm Aklesh {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang