03. Gak asik

329 60 24
                                    

Hallo gaes,
Mau bilang kalo semua author itu sangat senang kalo pembacanya meninggalkan jejak dicerita mereka^^
Yang mau follow akun medsos aku bisa cek bio profil ya^^^

.
.
.

"Munafik? Mungkin memang benar."
- Chika Tanasya -

"Nah Shaka, kamu bisa duduk dibelakang ya, dibangku kosong dekat jendela samping Raja," ucap Kepala sekolah menunjuk bangku kosong yang disebelahnya diisikan siswa berkacamata yang terlihat kaget ketika namanya ikut disebut.

Shaka mengikuti arah tunjuk kepala sekolahnya itu, sebenarnya dia suka sekali dengan letak tempat duduknya. Namun sepertinya dia harus menolak, karena ada yang lebih dia sukai. "Pak, mata saya mines bisa duduk didepan aja?" cetus Shaka berbohong. Mana mungkin dia mines, baca buku aja dia jarang, main hp juga hanya kadang-kadang.

Raja yang mendengar itu, menghela nafas lega. Berbeda dengan Chika yang tiba-tiba merasa firasat buruk itu kembali.

"Memang kamu mau dimana? Kursi lain sudah diisi," cetus Kepala sekolah.

Shaka menunjuk ke arah Fizia, teman sebangku Chika. "Disitu." Fizia yang ditunjuk begitu, reflek ikut menunjuk dirinya yang di balas anggukkan oleh Shaka dengan senyuman.

"Kamu mau kasih tempat duduk kamu?" tanya Kepala sekolah pada Fizia.

Chika reflek menggenggam tangan Fika, memberikan gelengan kepala tanda dia tidak setuju. "Pak, kalo pekara mata mines, Raja juga mines Pak, tapi dia mau duduk dibelakang kok," sela Chika yang mendapatkan tatapan aneh dari teman-temannya itu. Tumben ketua kelasnya ini memberikan respon aneh seperti itu, padahal biasanya dia cuek bahkan kalopun ada gempa bumi dia mungkin jadi salah satu orang yang tidak akan panik.

Chika mengulum bibirnya. "Atau nggak, kita berdua pindah ke belakang, murid baru sama Raja jadi duduk di depan deh," usul Chika, bagaimana pun dia tidak mau duduk dengan orang yang sudah membuat dia benjol dan bahkan dia maki itu.

Kepala sekolah mengangguk itu ide bagus. Namun sebelum menyetujui itu, Shaka lebih dulu menyela, "Gak jadi mines deh Pak, saya duduk dibelakang aja," dumel Shaka.

Lah, sejak kapan mata mines bisa hilang timbul begitu?

Shaka langsung melangkah kakinya ke tempat duduk barunya, melewati sisi meja Chika. Dia berhenti sejenak, berjongkok tepat disisi Chika duduk, berpura-pura merapikan tali sepatu yang sebenarnya terikat rapi dari tadi.

Chika memperhatikan semua tindakan Shaka dengan heran, tadi berbohong tentang mata mines? Sekarang dia juga berpura-pura mengikat tali sepatu yang padahal terikat rapi? Apa sih maunya?

Shaka menolehkan kepalanya ke arah Chika yang juga memandang dirinya. "Senang bertemu denganmu lagi," gumam Shaka yang entah bagaimana membuat Chika merinding.

Kepala sekolah menepuk tangannya sekali. "Nah, semoga kalian bisa berteman baik," ucapnya. "Disini siapa ketua kelasnya?" tanya Kepala sekolah.

Chika membuang muka dari Shaka. "Saya pak," ucapnya sambil mengangkat tangan kanannya.

"Ah, kamu si peringkat pertama dari jurusan IPS ya. Ternyata jadi ketua kelas juga, hebat-hebat," puji Kepala sekolah seperti biasa. "Nah, nanti Chika ajak Shaka keliling sekolah ya, biar dia tau lingkungan sekolah kita," lanjut Kepala sekolah.

Shaka tersenyum senang mendengar itu bahkan terkekeh geli ketika melihat Chika yang melotot tidak terima namun tetap memutuskan menganggukkan kepalanya itu.

Please Keep It A Secret! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang