3. Betting

815 114 10
                                    

Taruhan
.
.
.

Kata siapa Wang Yibo bahagia? Bukan benci tetapi trauma. Satu ruangan dengan pria itu membuat bayang akhir itu terus berputar di ingatan nya. Ia pernah mencoba mengakhiri hidupnya sendiri karena Xiao Zhan. Setiap kali melihat Pria itu, kenangan pahit itu kembali lagi seolah mengejeknya. Bahwa, ia masih saja berputar di tempat yang sama. Ia kembali lagi kepada laki-laki itu sekalipun tahun-tahun telah berlalu. Seolah perjuangannya untuk melupakan Xiao Zhan hanyalah sia-sia.

Wang Yibo bukan manusia yang tidak tahu caranya berterimakasih. Cinta itu sudah mati tujuh belas tahun yang lalu ketika ia merenggang nyawa di kamar apartemen. Yang tersisa hanyalah rasa hormat dan tanggungjawab.

Bersentuhan dengan kulit pria itu saja ia takut. Ia takut terluka lagi atau mati untuk kedua kalinya lagi. Satu-satunya cara adalah bekerja untuk menyita waktunya.

Malam telah larut dan Wang Yibo baru saja pulang. Ia pikir seluruh isi rumah sudah terlelap. Ternyata tidak dengan istri Komandan nya. Pria itu menunggu kepulangannya.

"Ge, kenapa pulang nya jam segini?" Tanya Xiao Zhan berdiri dari sofa dan berjalan ke dapur untuk memanaskan makanan.

"Mn."

Tangan di atas piring tersebut berhenti. Satu bulan telah berlalu dan tidak ada kata lain yang ia dengar selain gumaman pemuda itu. Jikapun ia berbicara, itu hanya tentang Julian dan Arzan. Mereka tidak pernah mengobrol seperti pasangan suami-isteri yang lainnya. Terlalu asing. Ia mencoba untuk menciptakan hubungan baik namun, Yibo acuh.

"Bersihkan dirimu dan makan." Ucap Xiao Zhan lagi.

Wang Yibo hanya mengangguk tanpa dilihat pria itu. Ia mandi dan berganti pakaian setelah itu keluar ke meja makan.

"Lian?" Tanya Yibo karena ia tidak  melihat motor Julian di parkiran.

"Dia belum... Pulang," ujar Zhan sedikit takut. Pasalnya jam telah menunjukan pukul satu lewat lima belas menit.

"Sejak kapan ia seperti ini?" Selidik Yibo. Apakah sikap ini sudah ada disaat Yixing masih hidup atau baru saja terjadi karena dirinya. Selama ini ia sibuk dengan pekerjaannya sekaligus pulang ke rumah pribadi nya.

"Sejak masih ada Yixing. Kami___

Pintu apartemen terbuka. Seseorang yang baru saja Yibo tanya masuk dengan santai seolah tidak melewati jam malam.

"Darimana?" Tanya Yibo. Makanan di piring sudah tidak ia pedulikan. Anak ini perlu di didik untuk mengetahui batasannya.

"Bukan urusan mu." Bantah Lian. Rahang Yibo mengeras. Ia mendekati Lian. Keduanya saling menatap seoala saling bermusuhan. Xiao Zhan bisa merasakan atmosfer perlahan memanas diantara keduanya. Hubungan keduanya bisa semakin memburuk jika ia tidak melerai mereka sekarang juga.

"Aku tidak Sudi memikirkan anak seperti mu karena kau bukan anakku. Aku hanya kasihan kepada Papa mu karena harus menunggu setiap malam karena khawatir. Ia tidak berbicara karena takut kau tersinggung atau terluka. Jadi kalau mau berlaku seenaknya maka lahirlah tanpa orang tua atau..."

Wang Yibo menarik kunci motor dari tangan Julian membuat remaja itu mengeram marah. Tidak pernah ada yang mengaturnya bahkan protes ketika ia pulang di jam seperti ini. Tetapi, ayah baru nya ini dengan berani mengatur dirinya. Julian tidak akan terima.

"Kembalikan! Kau tidak berhak mengaturku. Itu uang ayah ku. Pemberiannya ayahku."

Wang Yibo seolah tidak mendengarkan dirinya. Julian semakin marah,"Aku bilang kembalikan Wang Yibo."

Wang Yibo memasukan kunci tersebut kedalam saku celananya dan kembali berkata," pemberian ayahmu dari uang Milik ayah mu. Bukan milik mu. Jadi kalau kau ingin mendapatkan sendiri milik mu maka, kerja dan cari sendiri uang nya. Kalau uang jajan dan uang sakumu masih di berikan oleh orangtuamu maka jangan berlagak seperti orang dewasa yang bisa segalanya sendirian. Bisa mengatur hidupnya sendiri."

"Kau pikir kau siapa, hah? Kau hanya laki-laki yang tidak tahu diri. Pembunuh ayahnya ku yang masuk kedalam rumah ini hanya untuk menghancurkan keluarga kami yang bahagia. Aku tahu laki-laki modelan seperti mu. Kau sengaja membunuh ayahku agar bisa menikahi dengan Papa, bukan?" Ujar Julian sembarang karena tersulut emosi.

"Dengar baik-baik anak kecil." Ia melangkah lebih dekat hingga wajah keduanya hanya berjarak dua senti.

"Tidak ada yang menginginkan Papa mu. Merusak kebahagiaan mu bahkan sengaja membunuh ayahmu. Kalaupun aku ingin membunuh seseorang maka orang itu bukan ayahmu melainkan orang yang telah melahirkan mu. Aku tidak Sudi masuk kedalam rumah ini namun karena sumpah ku sebagai prajurit adalah harga mati dan sebagai rasa kemanusiaan atas balas budi."

Xiao Zhan menutup mulutnya dengan mata yang sudah basah. Yibo bahkan tidak berpikir dua kali ketika berbicara. Tidak berpikir apakah ucapan itu akan menyakiti nya atau tidak. Sesakit apa dirinya ketika mendengar laki-laki itu menginginkan kematiannya.

"Kalau begitu ceraikan Papa."

Wang Yibo tersenyum dan mengangguk," dengan senang hati." Ia bisa memenuhi janjinya tanpa harus menikahi pria itu. Yibo baru Sadar jika seharunya ia berpikir seperti ini sebelum hari pernikahan.

Mendengar itu, Xiao Zhan menggelengkan. Tidak! Ia tidak ingin berpisah lagi dengan Wang Yibo. Setelah bertahun-tahun dan mereka telah terikat dalam ikatan suci seperti impian mereka dahulu sebelum ia hancurkan dengan sendirinya. Xiao Zhan berharap sangat besar untuk pertemuan yang ketiga kalinya ini. Bahwa dikesempatan ketiga ini, mereka tidak akan terpisah lagi.

"Sayangnya pernikahan bukanlah permainan untuk ku. Bagiku mencintai sekali, terluka sekali, percaya sekali, mati sekali dan menikah pun sekali. Jadi belajarlah untuk saling menerima seperti aku yang sekuat tenaga berusaha menepati sumpahku."

Julian melirik ibu nya dan berujar," Papa menginginkan pria ini? Papa sudah dengar apa yang dia katakan? Tidakkah Papa mengerti sekarang bahwa sampai kapanpun ia tidak akan pernah mencintai Papa seperti yang Ayah lakukan kepada Papa." Jika Yibo tidak bisa menceraikan ibunya maka ibunya pasti setuju.

"Lepaskan laki-laki ini. Kita bisa hidup tanpa___

Julian bungkam seribu bahasa. Jawaban Papa membuat Julian semakin sakit hati dan tidak menyukai Yibo.

"Papa tidak bisa. Maaf Lian." Ia melangkah mendekati putranya namun, Julian melangkah mundur.

"Kau berhasil merebut Papa dari Ayah ku, dari kami." Ujar Lian dan memunggungi Yibo dan ibunya.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku akan menceraikan Papa mu asalkan dengan syarat." Menghadapi Lian tidak bisa menggunakan kekerasan. Ia mengerti perasaan Lian sekarang. Ia harus membuat anak itu mengakui kekalahannya sendiri dan dan mengalah.

"Apa syaratnya?"

"Ge, jangan seperti ini..." Kenapa Yibo berubah lagi. Ia benaran takut sekarang. Terserah apa kata orang tentang dirinya yang egois, tak tahu diri namun, ia tidak ingin lagi kehilangan Wang Yibo.

"Ring tinju dan balap motor. Jika aku kalah maka kau akan mendapatkan keinginan mu tapi jika tidak maka, kau harus menerimanya dan menuruti semua perintahku."

Julian tersenyum remeh," aku terima." Ia masuk kedalam kamar dengan perasaan lega.

"Bagaimana kalau kau kalah? Kita akan berpisah lagi."

Wang Yibo mengernyit dan melihat ucapan berani seseorang dibelakangnya." Berpisah? Lagi?"

Wang Yibo menggaruk hidung nya pertanda ia sedang berusaha untuk meredam emosinya. Pria itu tersenyum dan sedikit tertawa.

"Tidak akan ada kata lagi ketika tidak ada perpisahan di awal. Aku sedang berusaha untuk menepati janjiku terhadap sahabatku sekalipun aku tercekik. Aku tidak ingin membuat sahabatku tidak tenang karena memperlakukan istrinya dengan buruk. Jangan membuat ku mengingat bagaimana kurang ajarnya dirimu dahulu. Tidak tahu malu dan seberapa muak aku terhadap mu. Jadi tolong, bantu aku untuk menjaga janjiku dengan tidak menuntut apapun karena aku hanya bertanggung jawab atas pinjaman nyawa yang diberikan untuk ku. Tujuh belas tahun yang lalu Wang Yibo yang mencintaimu dengan seluruh hidupnya sudah mati."

Wang Yibo meninggalkan Xiao Zhan. Pria duduk di atas sofa ruang tamu. Ia menggigit tangan nya untuk meredam suaranya. Ucapan pemuda itu berulangan di kepala. Terlalu sakit. Dulu Wang Yibo paling tidak bisa melihatnya menangis bahkan terluka sedikit saja. Ia sadar bahwa, perubahan itu karena dirinya.

.
.
.

**To Be Continued**

Heart StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang