5.Our Pain

861 120 25
                                    

Rasa sakit Kita
.
.
.

"Anggota DIF dibagi dalam sepuluh kelompok dengan masing-masing anggotanya lima orang. Satu orang bisa membunuh puluhan bahkan ratusan orang. Dan, semuanya sangat rahasia. Kau bahkan tidak tahu kalau diantara kita pasti ada mereka. Salah satu kelompok yang diberikan nama Demon dipimpin oleh Leonidas yang pernah membunuh anak buah mu bahkan menghancurkan markas kita." Laki-laki itu berbicara dan meletakan gambar masing-masing.

"Orang ini... Leonidas. Aku mengenal nya. Dia satu unit dengan ku saat masih di camp militer. Ia memang ahli dalam bidang rakit bom, manipulatif, membunuh bahkan strategi. Dia pandai dalam observasi dan tahu cara klimaks dengan sempurna." Laki-laki bernama Miloa asal Italia tersebut berbicara. Ia mengenal siapa Leonidas. Tidak ada status apapun tentang dirinya bahkan ketika masuk kedalam satuan pendidikan militer internasional. Ia hanya seorang Yatim piatu bahkan sampai sekarang.

"Yixing berhasil terbunuh karena melindungi Leonidas. Aku pikir dari sini kita bisa mencari kelemahannya dan akan sangat mudah menumbangkan nya."ucap laki-laki tadi lagi.

"Kau benar." Kematian dan pembantaian yang dilakukan oleh Leonidas tidak akan pernah ia lupakan.

"Berbicara tentang Yixing, apakah istri dan anak-anaknya baik-baik saja?" Tanya Miloa lagi. Ia memiliki permusuhan dengan istri Komandan tersebut.

"Setelah kematian suaminya, Xiao Zhan hanya hidup bersama kedua anaknya. Kenapa anda bertanya?"

"Xiao Zhan adalah nama yang tidak akan pernah aku lupakan. Pembantaian yang dia lakukan masih meninggalkan mimpi buruk dalam hidup ku. Aku tidak bisa menyentuhnya karena Yixing. Tetapi, sekarang sangatlah mudah. Aku akan membuatnya merasakan bagaimana panasnya api neraka." Mata Miloa berkilat marah. Tujuh belas tahun yang lalu tidak akan pernah ia lupakan.

"Jangan pernah katakan kepada siapapun bahwa aku adalah suami mu bahkan kau sudah menikah. Kau masih berstatus janda dari Yixing." Tukas Yibo. Xiao Zhan yang sedang merapikan ranjang dan meletakan pakaian suaminya di atas ranjang berhenti sejenak. Ia mendekati laki-laki itu tanpa menyentuh karena beberapa kali ia mendapati tubuh itu bergetar setiap kali bersentuhan dengannya. Entah karena apa atau karena laki-laki itu jijik bersentuhan dengannya.

"Kenapa? Kita sudah menikah. Apa kau tidak nyaman?"

"Kau masih menggunakan marga Yixing dibelakang namamu. Xiao Zhan Zhang. Bukan Wang Xiao Zhan. Jadi, aku harap kau mengerti. Ini demi kebaikan kita bersama." Yibo ingin mengatakan alasan yang sebenarnya namun, ia merasa tidak perlu. Bukan karena ia tidak mengakui pernikahan ini melainkan kehidupan nya yang terlalu rahasia. Sedikit saja ia kecolongan maka Xiao Zhan dan anak-anaknya akan dalam bahaya.

"Aku mengerti." Tidak perlu untuk berdebat ataupun protes. Apapun yang Yibo inginkan akan dia lakukan selama laki-laki itu tetap berada disisinya.

"Tunggu.." cegat Zhan. Yibo yang akan keluar berhenti sejenak karena Xiao Zhan. Alisnya bertaut ketika pria itu berjalan kearah nya hingga sangat dekat nya.

"Dasinya belum rapi," ujar Xiao Zhan. Entah kenapa hari ini Yibo sangat rapi. Tidak seperti biasanya ketika ia keluar untuk kerja baik pada pagi hari maupun malam hari. Wang Yibo menatap kearah lain sembari menahan nafasnya. Ia bukan merasa jijik hanya saja setiap berhadapan dengan pria itu kenangan pahit di masa lalu kembali menyerang. Bayang-bayang ia mengakhiri hidupnya kembali berputar di kepala nya. Kepalanya ribut dengan bisikan-bisikan tersebut.

Hoek--- Wang Yibo menutup mulutnya dan masuk kedalam kamar mandi. Kepalanya sakit dan perutnya seolah di aduk.

"Kau kenapa?" Tanya Xiao Zhan masuk kedalam kamar mandi dan akan menyentuhnya namun, Yibo berbicara dengan nada keras,"jangan mendekat." Membuat Xiao Zhan perlahan mundur dan keluar.

Brak

Xiao Zhan tidak peduli apakah ia akan dibentak, dimarahi ataupun dipukul. Ia masuk kembali kedalam kamar mandi dan mendapati pria itu telah tergeletak di lantai dengan kepalan tangan yang berdarah.

"Yibo..." Panggil Xiao Zhan sangat keras membuat Julian yang sedang belajar turun dari lantai dua menghampiri kamar Ayah dan ibunya.

"Papa..." Panggil nya namun tak ada jawaban jadi ia masuk tanpa mengetuk. Sampai di dalam kamar kedua orangtuanya, dapat Ia lihat Xiao Zhan berusaha mengangkat Yibo.

"Paman kenapa?" Ia menerima karena ibu dan adiknya. Bukan karena keinginan nya. Jadi jangan paksakan Julian memanggil nya Daddy.

"Bantu Papa. Panggil dokter... Tidak. Jangan lakukan itu." Xiao Zhan baru ingat tentang pekerjaan suaminya yang tidak bisa diketahui oleh siapapun. Julian mengangkat ayahnya keatas ranjang kemudian berlari keluar menuju dapur tanpa perintah. Tumbuhnya refleks bergerak seturut dengan hatinya.

"Apa kau tertekan hidup dengan ku? Jika ia, maka tidak apa-apa. Kau boleh pergi. Aku benar-benar tidak apa-apa selama kau baik-baik saja. Kau tahu aku sangat, sangat mencintai mu. Tolong sayang..."

Julian yang hendak masuk dengan air hangat berhenti didepan pintu ketika mendengar ucapan ibunya. Kenapa Papa masih mencintai pecundang itu.

"Lepaskan pakaian paman. Ia menggigil."perintah Julian. Xiao Zhan membuka atasan suaminya menyisakan celananya.

"Matikan pendingin ruangan," lagi-lagi Xiao Zhan hanya menuruti ucapan Putranya. Ia tidak perlu bertanya kenapa Julian tahu semuanya karena anak itu belajar banyak hal dan dia cerdas.

"Lepas!" Berontak Yibo tiba-tiba membuat Xiao Zhan hampir saja jatuh dari ranjang jika Julian tidak menahanya. Julian menahan sekuat tenaga tubuh ayahnya kerena sekalipun tidak sadar laki-laki itu sangat kuat.

"Ge, kau kenapa?"

Xiao Zhan bingung apa yang terjadi dengan laki-laki itu. Beberapa menit yang lalu, Yibo baik-baik saja lalu kenapa dia seperti ini. Xiao Zhan ingat kalau Yibo seperti ini disaat ia menyentuh tubuh pemuda itu karena ingin memperbaikinya dasinya. Perlahan Namun pasti, Xiao Zhan turun dari ranjang dan menjauh.

"Pa, jangan dilepas. Aku tidak kuat menahannya sendirian...."

Tubuh Yibo kembali tenang. Bersama dengan air mata yang mengalir membasahi pipi nya. Julian menatap Papa yang berdiri dalam diam dan Yibo yang kembali tenang. Ia mencoba mencari tali penyambung diantara keduanya.

"Akulah sakit dan obatnya sekaligus." Xiao Zhan keluar dengan perasaan terluka. Ia tidak tahu kalau luka yang pernah ia torehkan untuk Yibo sedalam dan seluas itu. Bahkan laki-laki paling kuat dan berani seperti itu yang tidak pernah takut dengan maut, takut dengan nya. Bersentuhan bahkan berdekatan membuatnya sekarat.

"Papa..." Julian meninggalkan Yibo yang sudah membaik setelah ia berikan obat yang sesuai. Ia kemudian menyusul Ibunya. Ia takut ibunya melakukan sesuatu yang berbahaya.

"Jangan macam-macam Pa..." Peringat Lian lagi namun tidak ada balasan apapun. Tidak bisa dibiarkan. Julian membuka paksa pintu kamar dan masuk. Ia mendapati tubuh itu tengah menyandar di pinggir ranjang dengan serpihan kaca pada tangan nya.

"Papa..." Ia memeluk erat-erat tubuh ibunya. Melepaskan serpihan kaca tersebut dan melepaskan kaosnya menutupi darah yang mengalir keluar dari beberapa tempat.

"Kenapa Papa melakukan nya lagi. Aku semakin membencinya." Ucapnya. Julian ikut menangis. Papa tidak pernah baik-baik saja sejak dulu. Itulah Kenapa ia benar-benar membenci Wang Yibo. Tapi setelah melihat keadaan Yibo, ia tidak bisa memutuskan siapa yang salah dan siapa yang benar.

"Kalau kalian saling mencintai kenapa ada perpisahan?" Gumam Julian. Ia mengangkat ibunya Keatas ranjang. Sepertinya pekerjaan nya seperti malam-malam yang dulu akan bertambah dua kali lipat. Ia tidak ingin Arzan tahu keadaan Papa. Bahkan mungkin Yibo juga.

.
.
.

Apa yang sebenarnya terjadi? Hmm...🤔🤔

**To Be Continued**

Heart StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang