Prolog

38 2 1
                                    

(mimpi)

     "Kau mau mengikuti kami atau tidak?" suara pria yang cukup lembut, tetapi bisa membuat semua orang yang mendengarnya merinding. Suara yang penuh intimidasi yang dapat membuat anak anak di depanya ketakutan tak berdaya.

     "Shinaide kudasai (tolong jangan) Reina!!" Seina berteriak sekencang munkin agar adik kesayanganya tidak mengikuti yang dikatakan pria tua itu. Lengan, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki Seina mulai mencucurkan darah dikarenakan tali yang mengikatnya.

     "Gomennasai, (maaf) oneechan (kak)." suara lirih Reina  yang tersenyum kepada kakaknya sembari menahan air matanya yang akan tumpah. Reina berpikir lebih baik ia mengikuti kemauan pria tua itu jika Seina bisa bebas. Jika Seina di bunuh, itu lebih baik. Dari pada Seina merasakan siksan yang lebih  banyak, lebih baik Seina tenang berada di surga.

     Reina berjalan kerah wanita yang berada di sebelah pria tua itu, dan menggenggam tangan wanita itu. Tangan Reina bergetar hebat, air matanya sudah tak bisa di tahan lagi. Dalam beberapa detik air mata Reina bertumpahan deras, perasaanya yang campur aduk membuat Reina ingin muntah.

     "Jadi apa keputusanmu sekarang Seina?" matanya yang melotot, lingkaran hitam yang terletak di bawah matanya, suara yang penuh intimidasi. Tak mungkin jika anak kelas 5 SD tak takut akan hal seperti itu.

     Bulu kuduk Seina berdiri melihat sosok yang begitu seram. Raut wajah Seina penuh dengan kebencian dan ketakutan, ia menggertakkan giginya. "AKU TETAP PADA PENDIRIANKU! AKU TAKKAN MENGIKUTI PERINTAHMU DALAM BERBUAT JAHAT!!" tak tertahankan akan ketakutan, air mata mengalir halus di pipinya. Bohong jika ia tak takut akan hal ini.

     "baiklah jika itu pilihanmu, selamat tinggal...." ucap pria tua itu lagi sambil menyodongkan pistol kearahnya. 

DOORRR

JLEBBB

    Suara tembakan, peluru itu menembus kedalam paru-paru Seina. Tembakan yang begitu cepat itu menghancurkan salah satu tulang rusuk Seina dan menembus kedalam paru parunya. Darah segar mengalir deras dan membuat genangan darah di bawah kaki Seina. Seina tak mampu menjaga keseimbangannya lagi, ia terjatuh ke belakang dan lantai membentur kepalanya.

     "SEINA!!!!!" 

(ini ternyata hanya mimpi)

     Mimpi menakutkan yang membuat seorang gadis bernama Sherry Raymond terbangun dari tidurnya

     Ia terengah-engah keringat dingin bercucuran di tubuhnya, tangannya begetar hebat. Terlalu nyata jika ini di sebut mimpi. "Untung cuman mimpi......." Sherry menghela nafas. "Semoga bukan djavu. Aku harap tidak terjadi sesuatu pada Seina..." ia menutup matanya dan melanjutkan tidurnya.

5 tahun kemudian.......

Pagi hari di Kediaman Raymond (Jepang). 

     "Ada apa Ayah?" Terlihat seorang pria tinggi,  dengan rambut coklat gelap yang sedikit menutupi rambut sehingga terkesan tampan. Manik hijaunya yang menatap ayahnya penasaran, mengapa ia di panggil pagi-pagi. Ia adalah Seiichi, kakak dari Sherry.

     Beberapa detik kemudian terlihat Sherry yang masuk dengan tampang malas, dia sedikit lebih pendek dari pria yang di sebelahnya. Rambutnya terurai, terlihat poninya sedikit menutupi matanya. Warna coklat gelap yang terlihat cerah karena sinar matahai masuk di celah celah jendela di ruang Ayahnya. Mata ungu jernihnya terlihat cerah meskipun wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat malas untuk datang ke kantor pagi pagi.

     "Sherry, Seiichi, ayah ingin menguji, apakah kalian bisa hidup sendiri. Jadi kalian akan pindah sekolah pada kenaikan kelas tahun ini." ucapnya dengan sorot mata yang tenang bagaikan air di danau yang sepi.

    "Nani?! (apa?!)" Sherry benar benar terkejut dengan apa yang di katakan Ayahnya. "Kita pindah kemana ayah?" tanya Seiichi.

TUUUKK

     Sebuah panah yang dilemparkan oleh Ayah melesat dan menancap pada sebuah peta yang menunjukan....

     "INDONESIA?!" teriak Sherry. Sherry rasanya ingin melempar vas bernilai rarusan juta yang terletak di sudut ruangan Ayahnya tersebut karena sangking kesalnya.

     "Tempat kelahiran ku tentunya!" seorang wanita datang dengan ceria seperti tak terjadi apa apa.  Rambutnya hitam mengkilap, senyumnya cerah bagaikan mentari di ruangan yang suram tersebut.

     "Ibu... Aku tak mau kesana..." Sherry memeluk ibunya manja, berharap tak dikirim seperti paket keluar negri oleh Ayahnya.

     "Lalu kalian berdua ikut?" tanya Seiichi yang seolah tak peduli apa yang terjadi.

     "Tentu tidak, kemampuan bahasa Indonesia kalian sangat bagus jadi ibu tak perlu khawatir tentang kalian"

     "Sudah gak usah banyak omong, simpel.  Kalian tinggal bawa barang yang kalian perlu. Nanti urusan baju biar ayah yang kirim, kalian tinggal naik pesawat kesana. Sudah ayah belikan apartemen. "

     "Kenapa nasib aneh selalu datangnya ke aku huh...." gerutu Sherry sambil keluar dari ruangan Ayahnya dengan kesal.

1 bulan kemudian.........

    Hari itu Seiichi dan Sherry telah mendarat di bandara. Mereka menuju apartemen yang bernama, Zx Apartement. Setelah beberapa hari akhirnya Sherry dan Seiichi mulai masuk ke kelas baru mereka, tapi mereka berbeda sekolah karena Seiichi melanjutkan pendidikan S2 di Universitas, sedangkan Sherry masuk kelas 10 di Grym Academic.

                Sherry Raymond Season 1 : Kenangan masa lalu Sherry

Di Mulai

Sherry Raymond (Tahap Revisi)Where stories live. Discover now