Assalamualaikum
Sebelum mulai membaca
Sempetin vote dulu yuk
Gak lama kok cuma beberapa detik aja
.
._______________
Suasana bandara yang ramai, tempat di mana pertemuan serta perpisahan terjadi. Herdian, seorang tentara muda dengan badan kekar, berotot, berdiri tegak di depan pintu masuk pesawat yang akan membawanya jauh dari kota kelahirannya. Matanya penuh dengan tekad, tetapi juga terisi dengan keraguan, menunjukkan ketegasakan sekaligus kekhawatiran yang tak terungkap.
Di hadapannya berdiri kedua orang tuanya dengan hati yang penuh haru. Wanita bernama lengkap Ervita Anggraini, mencium kening putranya, yang sebentar lagi akan meninggalkannya jauh ke seberang pulau sana.
"Selalu ingat pesan Bunda yah Sayang?" ucap Ervita.
"Siap Bunda, Herdian akan selalu ingat semua pesan Bunda." Herdian memegang tangan bundanya, sembari menciumnya.
Sebenarnya ia juga tak tega meninggalkan bundanya seperti ini. Akan tetapi tanggung jawabnya sebagai seorang abdi negara jauh lebih besar dari tanggung jawabnya pada keluarganya. Sementara itu, di sebelah bundanya, ayahnya menatapnya dengan pandangan penuh harap.
"Jadilah tentara yang baik dan amanah, ya Nak," pinta Bambang.
Pandangan Herdian beralih pada ayahnya, yang kini ikut andil dalam memberinya nasehat.
"Jaga nama baik keluarga. Jangan sekali-kali sombong dengan pangkatmu. Jangan lupa jaga sholatmu agar kamu selalu ingat Allah dan terhindar dari perbuatan munkar," lanjut Bambang, selaku orang tua Herdian.
Herdian meresapi setiap nasehat yang didengarnya, ia pun mengangguk, paham. Kini pandanganya tertuju pada gadis cantik yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Herdian berjalan menghampiri gadis itu, yang kini air matanya telah tumpah membasahi kedua pipinya yang chubby.
"Jangan nangis. Hapus dulu air matanya," pinta Herdian, yang kini telah berdiri tepat di hadapan gadis itu.
Mendengar permintaan Herdian, bukannya berhenti, air mata Falisha justru semakin mengalir deras, rasanya ia tidak sanggup jika harus jauh lagi dari calon suaminya itu.
"Mas janji kan bakal balik ke sini lagi?" Falisha menatap Herdian penuh harap.
Herdian hanya bisa tersenyum, rasa tidak enak pada kedua orang tuanya, membuat ia enggan menyentuh calon istrinya itu. "Insyaallah Sayang, Mas pasti kembali."
Falisha tersenyum getir ke arah Herdian. "Tapi gimana kalo Mas lupa sama aku?"
"Tidak akan. Kamu itu adalah hal utama yang selalu memenuhi pikiranku. Jadi tidak mungkin kalo Mas lupa sama kamu."
Mendengar jawaban itu, entah mengapa hati Falisha menjadi lebih tenang, senyum mulai terukir di wajah cantiknya. Ia lekas menyeka air matanya, sembari memajukan kedua tangannya hendak memeluk Herdian.
Dengan cekatan, Herdian menahan tangan Falisha. "Sayang, ada Bunda sama Ayah," bisik Herdian.
"Astaghfirullah, iya lupa!" balas Falisha pelan, yang tanpa disadarinya hampir saja memeluk Herdian, ia lupa jika dirinya sedang diawasi oleh calon mertuanya.
Kedua muda-mudi itu, kompak tersenyum menatap sepasang suami istri, yang sedari tadi memperhatikan mereka. Ervita dan Bambang, hanya bisa menggeleng kepala saat melihat kelakuan putra dan calon menantunya itu
***
Gimana prolognya, menarik ngga?
Jangan lupa tinggalin jejak di kolom komentar yah.
Terima kasih sudah membaca cerita ini.
Jangan lupa follow Instagram:
Follow juga akun tiktok:
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Marinir
RomancePenantian panjang Falisha berakhir dengan kepahitan. Bagaimana tidak, satu bulan sebelum hari pernikahannya ia harus menerima kabar bahwa calon suaminya gugur di medan latihan. Bukan ia tak terima kenyataan tapi ia curiga calon suaminya bukan gugur...