____________________
"Angkat-angkat cepat!" Letkol Andi yang melihat anak buahnya berada di tepi kapal dengan membawa Herdian. Langsung memerintah anak buah yang lain untuk segera membawa mereka naik ke kapal.
Tidak hanya Herdian yang tidak sadar, Danial pun sama. Ia terkulai lemas setelah kehabisan tenaga akibat memaksakan dirinya menyelam, mencari Herdian. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan Herdian, dan membawanya naik ke permukaan, tentunya dengan bantuan Riski dan Ramdani yang saat itu melihat Danial berenang membawa Herdian.
Setelah mereka semua berhasil dinaikkan ke atas kapal. Herdian serta Danial, dilarikan ke ruang medis yang ada di kapal. Itu adalah pertolongan pertama sebelum kapal sampai ke daratan.
"Tangani dengan baik!" ucap Letkol Andi.
"Mohon ijin Komandan," ucap seorang petugas medis.
Dua orang petugas medis dikerahkan untuk menangani Herdian. Mereka berusaha memeriksa kondisi Herdian. Salah seorang petugas medis tampak memegang tangan Herdian, untuk memeriksa denyut nadinya.
"Gimana?" tanya petugas medis pada rekannya yang telah mengecek denyut nadi Herdian.
Temannya itu tampak menggeleng kepalanya. Kini kedua petugas medis itu terlihat lesu, mata mereka memerah seperti menahan gejolak kesedihan yang sedang mereka rasakan. Dengan berat hati, mereka memberanikan diri berjalan ke luar, menghampiri Letkol Andi.
Letkol Andi yang melihat petugas medis itu, keluar dari ruangannya. Segera menghampiri mereka. "Gimana keadaan mereka berdua?"
Kedua petugas medis itu terdiam saling menatap. Perasaan tidak enak mulai dirasakan Letkol Andi, ia hafal betul dengan gestur yang ditunjukan oleh kedua medis itu.
"Siapa yang tidak selamat? Atau keduanya tidak selamat?" tanya Letkol Andi, yang sudah yakin dengan pertanyaannya.
Salah satu petugas itu tampak menarik nafasnya. "Maaf Komandan, kami sudah berusaha sebisa kami. Dilihat dari tekstur kulitnya yang sudah mulai membiru, ditambah tubuhnya yang mulai kaku. Sepertinya Herdian sudah meninggal beberapa jam yang lalu. Untuk Danial, dia hanya kelelahan, sebentar lagi pasti bangun."
Letkol Andi langsung memejamkan matanya. Sudah kesekian kalinya, ia menyaksikan anggotanya gugur. Entah dalam tugas ataupun dalam latihan. Itulah tugas seorang prajurit, resikonya mungkin tidak sebanding dengan gajinya. Tapi ada kebanggaan tersendiri yang membuat mereka tetap memilih menjadi prajurit meski banyak kasus kematian di dalamnya.
***
Pagi yang cerah di dalam rumah megah, dengan balutan nuansa warna biru. Sepasang suami istri, tampak menikmati perbincangan hangat yang memperkuat hubungan di antara keduanya.
Bambang, selaku suami, terlihat sedang menyeruput kopi buatan sang istri, Ervita Anggraini. Perempuan satu-satunya di dalam hidupnya yang sangat dicintainya. Sedangkan Ervita tengah fokus menatap suaminya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Marinir
RomancePenantian panjang Falisha berakhir dengan kepahitan. Bagaimana tidak, satu bulan sebelum hari pernikahannya ia harus menerima kabar bahwa calon suaminya gugur di medan latihan. Bukan ia tak terima kenyataan tapi ia curiga calon suaminya bukan gugur...