"Ragamu tidak lagi bersamaku.
Tapi nasehat baikmu abadi dalam ingatanku."
.
.
Danial Laksana____________________
Falisha mendongak menatap langit sembari tiduran di atas pasir. Ia membiarkan ombak menyapu tubuhnya hingga membasahi seluruh bajunya. Hal itu ia lakukan untuk menenangkan pikirannya yang kacau karna sampai detik ini, Herdian belom juga menghubunginya.
"Mas, kamu ke mana sih?" gumam Falisha.
"Sayang, ayo bangun, ngapain tiduran di situ. Kan bajunya jadi basah." Bu Sari menggeleng kepalanya, ketika melihat tingkah putrinya yang menurutnya masih kekanak-kanakan.
Falisha segera bangkit dari tidurnya, sembari memasang wajah lesu, membuat bu Sari merasa heran.
"Kamu kenapa Nak? Sakit?" Bu Sari menempelkan punggung tangannya pada kening Falisha. "Ya Allah Sayang, badan kamu panas sekali."
"Gak papa kok Bu, Falisha baik-baik aja," ucap Falisha, merasa sok kuat dengan menunjukkan senyumnya pada ibunya.
"Baik-baik aja gimana, badan panas gitu kok. Pokoknya Ibu yang bawa motor, kamu duduk di belakang," ucap bu Sari.
Seketika itu Falisha tidak bisa membantah perintah ibunya. Selain tidak punya tenaga, ia juga tidak mau melawan orang tuanya.
Bu Sari segera menggandeng tangan putrinya, memastikan bahwa Falisha baik-baik saja sampai ke tempat sepeda motornya.
***
Sesampainya di rumah, bu Sari dan Falisha dikejutkan dengan sebuah mobil sedan berwarna hitam, terparkir di halaman rumahnya. Falisha mengamati mobil itu, rasanya ia mengenalinya. Semakin dekat dengan teras rumahnya, Falisha melihat sepasang suami istri sedang duduk di depan terasnya.
"Ayah, Bunda?" ucap Falisha, saat kedua matanya menatap sepasang suami istri, yang merupakan orang tua Herdian.
Ervita langsung menatap Falisha dan berjalan mendekatinya, hampir tanpa ekspresi. Ia langsung memeluk Falisha.
"Bunda, baju Falisha basah. Nanti Bunda ikutan bas-"
Tangisan Ervita, berhasil menghentikan ucapan Falisha.
"Bunda kenapa nangis?" tanya Falisha, usai mendengar tangisan calon mertuanya itu.
Ervita tetap diam, entah kenapa mulutnya terasa kaku, yang bisa ia lakukan hanyalah menangis sembari memeluk tubuh wanita, yang sangat dicintai putranya itu. Tangisan itu semakin membuat Falisha penasaran, ia pun melepas pelukan Ervita.
"Bunda baik-baik aja kan?"
Lagi-lagi Falisha tidak mendapat jawaban. Dari tangisan Ervita, Falisha bisa menebak jika telah terjadi sesuatu, sehingga membuat bunda Herdian itu menangis sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Marinir
RomancePenantian panjang Falisha berakhir dengan kepahitan. Bagaimana tidak, satu bulan sebelum hari pernikahannya ia harus menerima kabar bahwa calon suaminya gugur di medan latihan. Bukan ia tak terima kenyataan tapi ia curiga calon suaminya bukan gugur...