"Jika setiap pengalaman adalah pelajaran
Lantas pelajaran seperti apa
Yang bisa kuambil
Dari pengalamanku kehilanganmu, Mas?"
.
.
Falisha Humeyra____________________
Jenazah Serda Herdiansyah Setiawan tiba di rumah duka pada pukul delapan malam. Setelah diterbangkan dari Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang, menuju ke Bandar Udara Tunggul Wulung, Cilacap. Menggunakan pesawat milik TNI Angkatan Udara.
Jenazah disambut isak tangis kedua orang tua Herdian. Mereka tak kuasa menahan rasa sedihnya kehilangan putra yang dicintainya itu. Apalagi Ervita, selaku orang yang telah melahirkan Herdian. Kehilangan Herdian adalah hal yang paling menyakitkan untuknya.
"Herdian. Nak, bangun!" Ervita menangis di samping jenazah putranya yang sudah dibalut dengan kain berwarna putih.
"Bunda, istighfar Bun. Herdian sudah tidak ada," ucap Bambang, sembari mengelus punggung istrinya.
"Ayah, dosa apa yang pernah kita perbuat. Hingga Allah mengambil kedua putra kita."
"Astaghfirullah Bunda! gak boleh ngomong seperti itu. Apa yang sudah terjadi itu atas kehendak-Nya. Kita harus ikhlas," ucap Bambang, berusaha menenangkan sang istri.
Tiba-tiba saja Ervita jatuh pingsan di samping jenazah putranya, Herdian. Dengan sigap, Bambang mengangkat tubuh Ervita dan membawanya ke dalam kamar mereka.
Tak lama setelahnya, seorang laki-laki paruh baya, memakai baju loreng menghampiri Bambang di kamarnya. Laki-laki itu tampak memberi hormat sebelum memulai bicaranya.
"Mohon ijin Pak, jenazah Herdian mau dimakamkan malam ini atau besok pagi?"
"Besok pagi saja Pak. Biar prosesnya lancar dan prajurit yang lain bisa istirahat malam ini," jawab Bambang. Dibalas anggukan oleh laki-laki yang merupakan komandan Herdian itu, yakni Letkol Andi.
***
Pagi hari, Falisha dengan nafas terengah-engah, terbangun dari tidurnya sembari memangil nama Herdian.
"Mas Herdian?"
Suara Falisha sontak membuat Bu Sari yang tertidur di samping Falisha, terbangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun Nak?"
Melihat putrinya yang melamun dengan tatapan kosong, Bu Sari segera duduk di samping Falisha dan memeluk putrinya itu.
"Jangan seperti ini Nak. Kamu harus ikhlas," ucap Bu Sari, sembari menitikkan air matanya, karna tak tega melihat kondisi Falisha.
"Jadi benar yah Bu, Mas Herdian udah gak ada?" Falisha menatap ibunya, sendu.
Bu Sari hanya bisa mengangguk tanpa berani mengatakan apapun. Ia khawatir, Falisha semakin bersedih jika mendengar penjelasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Marinir
RomancePenantian panjang Falisha berakhir dengan kepahitan. Bagaimana tidak, satu bulan sebelum hari pernikahannya ia harus menerima kabar bahwa calon suaminya gugur di medan latihan. Bukan ia tak terima kenyataan tapi ia curiga calon suaminya bukan gugur...