SBU| Empat

50 43 0
                                    


Happy Reading!

♡♡♡

"Kapan balik?"

Ezra maupun Amara sama sekali tak menyangka pertemuan pertama mereka setelah sekian lama malah di tempat seperti ini.

Amara berkali-kali membuang muka, tak sanggup menatap Ezra lama. "Kemarin."

"Lo nggak berniat ngontak gue sebelum balik?"

Amara menghela napas dengan posisi tertunduk. "Gue pindah, bukan balik karna asal gue emang bukan di sini."

Ezra menyeringai sinis. "Terserah. Lo pergi lagi dari kota ini gue juga nggak peduli. Tapi yang gue tanya apa lo nggak pernah ada niatan ngontak gue?"

Amara melongos kesal. "Gue nggak tau kenapa lo kayak gini, tapi buat apa? Kontak lo bahkan udah nggak ada di gue."

Mendengar hal itu membuat Ezra merasa kecewa meskipun sebenarnya ia sudah tahu fakta itu. Ia hanya ingin mendengar alasan yang keluar dari mulut Amara.

"Sori, gue lupa gue nggak sepenting itu di hidup lo."

Amara menghela napas sebelum mulai memberanikan diri menatap Ezra tetap di matanya. "Lo penting, penting banget. Gue bahkan berpikir buat minta bantuan lo setelah pindah ke sini. Tapi jangankan kontak lo, kontak semua orang yang terlibat dalam masa lalu gue aja udah hilang semua. Gue bahkan nggak bisa nyari akun sosmed kalian."

Mendengar hal itu setidaknya membuat Ezra sedikit melunak. Entah kenapa hubungan mereka justru semakin memarah setelah bertemu kembali, saking banyaknya pemikiran-pemikiran aneh yang masih membekas dipikiran keduanya.

"Oke."

Amara menghela napas lega.

"Tapi ... Setelah pergi, apa pernah lo mikirin kami, nggak, mikirin gue?"

Amara tertegun. Ia tak tahu harus jawab apa. Karna sejujurnya setelah pergi banyak hal yang terjadi dalam hidupnya. Jangankan memikirkan orang lain, ia bahkan tak sanggup memikirkan dirinya sendiri.

"Nggak."

Ezra terdiam membisu. Sorot matanya masih sama, bercampur aduk.

"Gue nggak bakal pergi tanpa alasan. Kalau gue pergi berarti ada alasan yang sangat jelas dan pantas."

Ezra menarik napas dalam satu tarikan kuat lalu mengangguk mantap seolah sudah menemukan inti dari percakapan mereka. "Oke, kita akhirin di sini aja," ucapnya menatap tepat dimata Amara. "Nggak mungkin pertemuan pertama kita setelah sekian lama malah kayak gini." Sambungnya dengan senyuman yang melebar

Amara terpana. Pada akhirnya ia tersenyum juga, hingga aura tak mengenakkan di antara mereka menghilang.

***

"Menurut lo ini apa? Drama Korea?"

Yuna menggeleng-geleng pelan sambil mengelus dagunya. "Ini bukan drama korea, tapi ini 'MASALAH PERMANTANAN YANG BELUM TUNTAS'!"

Juan tersentak kaget mendengar pekikan cewek campuran Korea-Indo itu. Tapi ada benarnya juga, sih. Kalau bukan mantan tak mungkin auranya seaneh itu.

"Kalau iya, gue harus ada di dekat mereka. Harus! Gue harus menulis semua percakapan mereka biar gue bisa nerbitin naskah gue."

"Naskah Move On Rugi Dong itu? Yang cuma sampe prolog?"

Yuna menabok bahu Juan. Emangnya boleh sejelas itu? Malu-maluin aja.

"Lo harus bantu gue apapun caranya. Kalau buku ini terbit kita bagi rata," ucap Yuna kesenangan sendiri.

Juan menatap ragu. "Lo sekalipun punya bahan tetap nggak sanggup, kan, nulis sampe abis?"

Something Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang